KEKUATAN ILMU PENGETAHUAN
(QS. AR-RAHMAN: 33)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam muncul tak luput dari ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan sendiri mulai ada dari sejak manusia diciptakan,
namun pada saat itu ilmu yang ada belum sehebat pada masa sekarang
ini.kewajiban perintah mengenai belajar telah tertuang dalam surah Al-Alaq ayat
1-5. Hal itu menandakan bahwa wajib hukumnya seorang muslim mendalami ilmu,
baik itu ilmu pengetahuan maupun ilmu keagamaan. Ilmu agama tanpa adanya ilmu
pengetahuan akan pincang dan ilmu pengetahuan tanpa ilmu agama akan buta,
Sehingga perlulah seorang muslim untuk mengkaji kedua-duanya. Diperlukan ilmu
keagamaan karena dengan ilmu tersebut seseorang dapat mengendalikan kekuatan
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang luas cakupannya itu sangat berbahaya
apabila dalam tujuannya ada niat buruk pada seseorang, Sehingga akan
membahayakan dirinya dan orang lain.
Dalam hal ini pemakalah akan
membahas mengenai kekuatan ilmu pengetahuan, Dengan menunjukan dalil beserta tafsirannya.
Sehingga seseorang dapat mengendalikan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa kekuatan ilmu pengetahuan.
2.
Bagaimana dalil dari kekuatan ilmu pengetahuan.
3.
Bagaimana tafsiran ayat 33 surah Ar-Rahman.
4.
Bagaimana cara mengendalikan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan.
C.
Tujuan
1.
Mengetahui kekuatan ilmu pengetahuan.
2.
Mengetahui dalil dari kekuatan ilmu pengetauan.
3.
Mengetahui penafsiran ayat 33 surah Ar-Rahman.
4.
Mengetahui cara mengendalikan dan memanfaatkan ilmu pengatahuan.
BAB II
PEMBAHASAAN
A.
Kekuatan Ilmu Pengetahuan
Ilmu sangat berarti apabila
seseorang menyertainya dengan tujuan pada awal prosesnya, dan juga menyertainya
dengan seseorang yang berperan mengarahkan pada semestinya(Guru), maka dia akan
sampai pada tujuannya. Namun sebaliknya apabila ilmu itu tanpa tujuan dan
seorang panutan dalam prosesnya maka perjalanannya akan terhalang dan tidak
akan sampai ke tujuan, tidak mendapat bukti petunjuk keberuntungan serta
pintunya tertutup. Pendapat ini merupakan kesepakatan Syaikh dan orang-orang
yang memiliki ma’rifat. Tidak ada yang mencegah dari ilmu selain para perampok
dan kaki tangan iblis.
Al-Junaid
bin Muhammad berkata,”Semua jalan tertutup bagi manusia selain orang yang
mengikuti jejak Rasulullah Saw.” Dan Dia juga berkata, “Siapa yang tidak
menghafal Al-qur’an dan menulis Hadist, berarti dia tidak layak di ikuti,
karena ilmu kami terikat oelh Al-Kitab dan As-Sunah.’[1][1] Dari penjelasan
diatas menegaskan bahwa sebuah ilmu tidak boleh sebarangan untuk dipelajari.
Ilmu boleh dipelajari asalkan buku atau pembimbingnya itu jelas asal-usulnya,
baik itu dari segi pendidikan maupun guru-guru yang mendidiknya. Kemudian ilmu
akan bermafaat ketika kita mengikuti jejak Rasulullah Swa, karena sejatinya
dari beliaulah ilmu dapat berkembang pesat seperti ini.
Ilmu-ilmu
pengetahuan yang terus berkembang dan modern, hal itu menandakan betapa
besarnya kekuasaan Allah Swt. kemajuan ilmu pengetahuan pada masa sekarang ini
ternyata sangat sesuai dengan keterangan yang dinyatakan dalam Al-qur’an. Salah
satu contoh yang menandakan ilmu semakin maju Adalah membedakan seseorang
dengan yang lainnya. Surah Al-Qiyamah ayat 4 menerangkan bahwa Allah Swt., akan
menyusun jari jemari manusia dengan sempurna. Kata sempurna mengartikan pola
sidik jari masing-masing manusia akan disusun kembali.[2][2] Begitu banyak ilmu
Allah, hingga tak terbatas dan tak habis-habisnya seseorang dalam mengkaji dan
mendalami ilmu. Dari situlah kekuatan ilmu pengetahuan, dengan ilmu pengetahuan
yang luas seseorang dapat mengetahui hal yang mustahil untuk dijangkau oleh
orang awam.
B.
Dalil Mengenai Kekuatan Ilmu Pengetahuan
ياَمَعْشَرَ الْجِنِّ
وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْا ۗ لَا تَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطٰنٍ
Artinya: “ Hai kelompok jin dan manusia, jika kamu
sanggup menembus penjuru-penjuru langit dan bumi, maka tembuslah kamu tidak
dapat menembusnya melaikan dengan kekuatan.” (QS. Ar-Rahman: 33)
Ayat 33 dari surat Ar Rahman ini
memiliki dua pengertian yang nampaknya berbeda akan tetapi ada hubungannya
antar keduannya, dua pengertian tersebut adalah :
Pengertian berdimensi akhirat, yaitu penegasan kepada jin dan manusia bahwa pada hari
pembalasan nanti mereka tidak akan bisa lari dari pembalasan Allah swt. sebab
untuk lari dan keluar dari penjuru langit dan bumi memerlukan kekuatan dan
kekuasaan. Sementara itu kekuasaan Allah swt. meliputi semua penjuru langit dan
bumi, sedangkan kondisi mereka pada saat itu tidak mempunyai daya dan kekuatan.
Pengertian berdimensi dunia, bahwa
manusia dan jin ditantang oleh Allah swt. untuk dapat menembus, melintasi dan
menjelajah daerah-daerah samawi (luar angkasa) dan bumi. Untuk diambil
manfaatnya bagi hidup dan
kehidupan manusia. Tantangan Allah swt. tersebut juga diikuti oleh
petunjuk dasar melakukannya, yaitu dengan “Sultan” yang berarti kekuatan dan
kekuasaan, atau dengan kata lain kekuatan fisik serta penguasaan ilmu dan
teknologi.
C.
Tafsir Ayat 33 Surah Ar-Rahman
1.
Tafsir Al-Ahzar
“Wahai
sekalian jin dan manusia! Jika kamu sanggup melintasi semua penjuru langit dan
bumi, lintasilah!” (pangkal ayat 33). Artinya bahwa
diantara Rahman-Nya Allah itu kepada kita manusia dan jin ialah kebebasan yang
diberikan kepada kita untuk melintasi alam ini dengan sepenuh tenaga pada kita,
dengan segenap akal dan budi kita, karena mendalamnya pengetahuan. Namun
diakhir ayat Tuhan memberi peringatan bahwa kekuatanmua itu tetap terbatas,”Namun
kamu tidaklah akan dapat melintasinya, kalau tidak dengan kekuasaan”. (ujung
ayat 33).
Dalam suku kata pertama diberi
kebebasan bagi manusia melintasi segala penjuru bumi, baik untuk mengetahui
rahasia dalam alam ini yang tersembunyi, yang sudah thabi’at dari pada manusia
itu sendiri ingin tahu. Namun di suku kata yang kedua di beri peringatan bahwa
semua pekerjaan itu sangat bergantung pada kekuasaan yang dalam ayat disebut sulthan.
Diberi ingat bahwasannya kalau kekuasaan tidak ada, pekerjaan akan terlantas di
tengah.
Ibnu Katsiir dalam tafsirnya
mengatakan ialah: “Bahwa kamu tidaklah akan sanggup lari dari pada kehendak
Allah dan takdirnya, bahwa takdir itulah yang selalu mengelilingi kamu dan kamu
tidak akan sanggup membebaskan diri pada kehendaknya atas dirimu, kemana saja
pun kamu pergi taqdir itu mengelilingi kamu, demikianlah kamu dalam kedudukan
tertawan di dalamnya. Malaikat berdiri rapat sampai tujuh lapis sekeliling
kamu, Sehingga tidaklah kamu akan sanggup membebaskan diri dari pada-Nya,
kecuali dengan kekuasaan. Artinya dengan kehendak Allah SWT.[3][3]
2.
Tafsir Al-Mishbah
“ Hai
kelompok jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus penjuru-penjuru langit dan
bumi, maka tembuslah kamu tidak dapat menembusnya melaikan dengan kekuatan.
Maka nikmat tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?”
Ayat yang lalu mengancam manusia dan
jin bahwa Allah akan bekonsentrasi untuk melakukan perhitungan terhadap
aml-amal mereka. Ayat diatas menegaskan bahwa mereka tidak dapat menghindari
dari pertanggung jawaban serta akibat-akibatnya. Allah menantang mereka dengan
menyatakan: Hai kelompok jin dan manusia yang durhaka, jika kamu
sanggup menembus keluar menuju penjuru-penjuru langit dan bumi guna
menghindar dari pertanggungjawaban atau siksa yang menimpa kamu itu, maka
tembuslah keluar. Tetapi, sekali-kali kamu tidak dapat menembusnya
melainkan dengan kekuatan , sedangkan kamu tidak memiliki kekuatan! Maka,
nikmat Tuhan kamu berdua yang , manakah yang kamu berdua ingkari?
Pernyataan diatas merupakan salah satu bentuk nikmat
Allah Swt., dan Karena itu pertanyaan yang menggugah atau mengandung kecaman
tersebut diulang lagi.[4][4]
D.
Mengendalikan Dan Memanfaatkan Ilmu Pengetahuan
1.
Mengendalikan Ilmu Pengetahuan
Pada era
sekarang banyak orang yang menuntut ilmu pengetahuan baik itu melalui
pesantren, jenjang sekolahan, maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Dan
banyak juga orang pandai, yang terbukti dengan semakin pesatnya perkemabangan
IPTEK. Sumberdaya alam dan manusia mulai melimpah, alhasil banyak Negara yang
mulai maju peradanannya. Namun masih banyak orang yang berilmu memiliki sifat
ujub, sombong dan merasa paling dekat dengan RabbNya. Banyak juga diantara
mereka yang menyalahkan orang lain, merasa paling benar sendiri. Hal seperti
itu tak sepatutnya dimiliki oleh orang berilmu. Sikap tidak terpuji tersebut
tumbuh pada saat kita sebagai orang berilmu tidak bisa mengendalikan ilmu
pengetahuan.
Hal-hal yang
harus dilakukan antara lain:
1.
Selalu bersyukur atas apa yang diraihnya
2.
Selalu mengingat Allah Swt, karena kekuasaannya seseorang dapat mengetahui
seisi jagad raya berkat kekuatan ilmu pengetahuan.
3.
Bermuhasabah diri.
4.
Selalu mengingat bahwa masih ada orang yang lebih pandai dari dirinya.
5.
Dan terapkan sikap tawadu’ (rendah hati).
Dengan
menerapkan hal tersebut diharapkan sifat tercela tidak mengakar pada diri
seorang muslim. Sehingga ilmu yang diperoleh akan bermanfaat bagi dirinya dan
orang lain. Bermanfaat bagi dunia dan akhirat juga.
2.
Memanfaatkan Ilmu Pengetahuan
Setelah
seorang dapat mengendaliakan ilmunya, diharapkan dengan ilmu yang dimilikinya
bermanfaat bagi orang lain. Seorang berilmu akan sempurna ketika ilmu yang
dimilkinya itu bermanfaat bagi orang sekitarnya. Contoh aplikasinya dalam
kehidupan seperti: seorang guru yang mengajarkan materi yang diajarkannya,
selain ilmu itu bermanfaat bagi dirinya ilmu itu juga bermanfaat bagi orang
lain. Karena dapat menumpas kebodohan dimasa mendatang. Yang kedua seorang
dokter yang mengobati pasiennya, ilmu pengetahuan tersebut sangatlah bermanfaat
sekali bagi orang lain, karena dapat menolong seseorang dalam keadaan
kesulitan.
Namun banyak
juga orang yang menyalah gunakan atau memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
dimiliki. Sepeti sekarang ini marak terjadinya korupsi, kenakalan remaja,
perampokan bahkan penyalahgunaan kekuasaan. Hal tersebut dapat dicegah apabila
dalam diri seseorang tertanam keimanan yang cukup kuat Sehingga apabila ia
ingin melakukan hal yang dibenci Allah maka akan diurungannya kembali.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari materi
pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Allah Maha Rahma dan Maha
Rahim. Kasih sayangnya tak terhingga, dengannya dibuktikannya ilmu pengetahuan
yang semakin luas cakupannya. Semua orang dapat mengetahuinya tanpa bersusah
payah. Namun semua hal itu tak luput dari kekuasaan dan kekuatan Allah Swt,
tanpa kehendaknya manusia hanya sebutir debu yang tidak bisa apa-apa. Dengan
diturunkan ayat 33 surah Ar-rahman maka Allah menunjukan kekuasaannya yang
tidak dapat dilampui oleh makhluknya.
Semua
makhluk Allah, jin dan manusia tak akan luput dari pertanggung jawaban Allah
kelak di hari akhir pada saat perhitungan atau hisab. Sebaik-baiknya seorang
muslim adalah seorang yang selalu menginstropeksi diri terhadap apa yang
telah terjadi. Menghilangkan sifat
tercela dan menanamkan sifat terpuji adalah cara paling ampuh agar ilmu yang
dimiliki tidak sia-sia, namun akan membawanya pada kebahagian dunia dan
akhirat.
B.
Saran
Mengingat
terbatasnya pengetahuan penulis, begitu pula kurangnya rasa tahu dari penulis.
Berharap pembaca bisa memaklumi jika terdapat adanya kesalahan penulisan atau
kata-kata dalam makalah yang saya susun. Adapun kebenaran itu datangnya dari
Allah swt dan kekurangannya datangnya dari penulis. Dalam makalah ini juga,
penulis butuh saran guna perbaikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jauziyah Ibnu Qayyim. 1998. Madarijus
Salikin. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Hamka. 1997.
Tafsir Al-Ahzar. Surabaya: Yayasan Latimojong.
Shihab M.
Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.
Sani Ridwan
Abdullah. 2015. Sains Berbasis Al-Qur’an. Jakarta: PT Bumi Aksara.
0 komentar:
Posting Komentar