KESAKSIAN ALLAH SWT
(Q.S ALI IMRAN: 18)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan yang
berkembang sekarang ini semakin pesat. Hal ini didorong karena semakin pesatnya
pula teknologi dan informasi yang dikembangkan oleh para ahli. Akan tetapi,
ilmu pengetahuan yang berkembang terkadang tidak selalu berupa kebenaran. Oleh
sebab inilah penulis tertarik untuk
membahas tentang ilmu pengetahuan
dan hai-hal lain yang dirasa mempunyai keterkaitan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian ilmu
2.
Apa pengertian ilmu pengetahuan
atau Sains ?
3.
Apa saja teori-teori tentang ilmu
pengetahuan?
4.
Surat apa yang ada dalam
al-qur’an yang dijadikan dalil tentang orang berilmu?
5.
Bagaimana kedudukan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan?
C.
Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui pengertian ilmu .
2. Mengetahui pengertian Sains.
3. Mengetahui teori-teori
yang membahas tentang ilmu pengetahuan.
4. Mengetahui
surat dalam al-qur’an yang dijadikan dalil tentang orang berilmu.
5. Mengetahui
kedudukan ilmu dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN ILMU
Kata ilmu diartikan sebagai segala sesuatu yang menunjukkan kepada bekas
atau yang memiliki keistimewaan. Kata ilmu berasal dari bahasa Arab
‘alima-ya’lamu-‘ilman, yang berarti mengetahui, mengenal memberi tanda dan
petunjuk.[1]
Dalam bahasa indonesia ilmu sering disamakan dengan sains yang berasal
dari bahasa inggris “science”. Kata “science” itu sendiri berasal
dari bahasa Yunani yaitu “scio”, “scire” yang artinya
pengetahuan. “Science” dari bahasa latin “scientia”, yang berarti
pengetahuan.
Jadi, ilmu adalah suatu pengetahuan sedangkan pengetahuan merupakan
informasi yang didapatkan dan segala sesuatu yang diketahui manusia. Ilmu dan
pengetahuan memang terkadang sulit dibedakan oleh sebagian orang karena
memiliki makna yang berkaitan dan sangat berhubungan erat. Membicarakan masalah
ilmu pengetahuan dan definisinya tidak semudah yang diperkirakan. Adanya
berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan ternyata belum dapat menolong untuk
memahami hakikat ilmu pengetahuan itu.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli Barat, diantaranya
sebagai berikut:
a. Mohammad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun itu menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam.
b. Ralph Ross dan Ernest Van Den Hagg, mengatakan ilmu adalah yang empiris,
rasional, umum, sistematik, dan keempatnya serentak.
c. Karl Pearson, mengatakn ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.[2]
Sedangkan beberapa ulama Islam
menjelaskan definisi ilmu sebagai berikut :
a.
Imam Ragib dalam buku Mufardat
Al-Qur’an menyatakan bahwa ilmu adalah mengetahui sesuatu berdasarkan
hakikatnya yang sebenarnya. Imam Ragib membagi ilmu menjadi
dua macam, yakni ilmu teoritis dan ilmu praktis. Ilmu teoritis adalah ilmu yang
menuntut lebih dari sekadar mengetahui ilmunya saja sedangkan ilmu praktis
adalah ilmu yang tidak sempurna kecuali jika diamalkan seperti ibadah, akhlak
dan seterusnya.
b. Al- Manawi dalam bukunya at-taufiq menyatakan bahwa ilmu adalah keyakinan
yang mutlak tetap yang sesuai dengan kenyataan.
Dalam hal definisi ilmu tidak ada perbedaan antara Islam dan Barat dimana
beliau semua mengartikan ilmu sebagai sebuah kebenaran yang sesuai dengan
realitas. Namun titik perbedaanya mengenai sumber ilmu yang diakui dimana Barat
hanya mengenal ilmu yang bersifat empiris dan tidak mengakui wahyu.[3]
Pengetahuan merupakan informasi yang didapatkan dan segala sesuatu yang
diketahui manusia. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik
berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Jika pengetahuan tersebut
dapat memuaskan manusia, maka disebut pengetahuan yang benar dan pengetahuan
yang salah disebut kekeliruan.
Sedangkan pengertian ilmu pengetahuan adalah sebuah definisi tentang alam
semesta dengan menggunakan bahasa yang bisa dimengerti dan difahami oleh
manusia sebagai manusia untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu.
Ilmu dan
pengetahuan memang terkadang sulit dibedakan oleh sebagian orang karena
memiliki makna yang berkaitan dan sangat berhubungan erat. Membicarakan masalah
ilmu pengetahuan dan definisinya tidak semudah yang diperkirakan. Adanya
berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan ternyata belum dapat menolong untuk
memahami hakikat ilmu pengetahuan itu.[4]
B. PENGERTIAN ILMU
PENGETAHUAN ATAU SAINS
IPA atau sains merupakan salah satu cabang ilmu
yang fokus pengkajiannya adalah alam dan proses-proses yang ada di dalamnya.[5][5] Ilmu artinya pengetahuan yang benar, yaitu bersifat rasional dan
obyektif. Pengetahuan alam adalah pengetahuan yang berisi tentang alam dan
segala isinya.[6][6] IPA biasanya disebut dengan kata “sains” yang berasal dari kata “natural
science”. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam
sedangkan science artinya ilmu pengetahuan.
Adapun pandangan Islam mengenai sains dilihat
dari segi kemampuan yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia, yakni
kemampuan dalam menggunakan akalnya serta memikirkan segala apa yang ada di
alam semesta ini. Hal ini sebagaimana tercantum dalam ayat al-Qur’an surat
Ar-Rahman ayat 33 yang berbunyi:
يمَعْشَرَ
الْجِنّ وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ
اَقْطَارِالسَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْا اِلاَّ بِسُلْطَانِ
“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup
menembus (melintas) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan” (QS.
Ar-Rahman:33)
Dalam ayat tersebut Allah SWT memberikan
kesempatan kepada manusia untuk melakukan pemikiran (menggunakan akalnya dan
eksplorasi terhadap alam semesta. Upaya penaklukan ruang angkasa harus dilihat
sebagai suatu ibadah manusia yang ditujukkan selain untuk memahami rahasia
alam, juga demi masa depan kehidupan manusia.[7]
Agama dan Sains tidak selamanya berada dalam
pertentangan dan ketidaksesuaian. Banyak kalangan yang berusaha mencari
hubungan antara keduanya. Sekelompok orang berpendapat bahwa agama tidak
mengarah kan pada jalan yang dikehendakinya dan agama juga tidak memaksakan
sains untuk tunduk pada kehendaknya. Kelompok lain berpendapat bahwa sains dan
agama tidak akan pernah dapat ditemukan, keduanya adalah entitas yang berbeda
dan berdiri sendiri.[8]
C.
TEORI-TEORI TENTANG ILMU PENGETAHUAN
Teori pengetahuan sebenarnya adalah cabang dari struktur filsafat, selain
teori hakikat dan teori nilai. Teori pengetahuan ini membahas tentang bagaimana
cara mendapatkan pengetahuan. Teori pengetahuan terbagi menjadi :
1) Empirisme
Jhon Locke seorang bapak empirisme dari Britania mengatakan bahwa saat
manusia dilahirkan akalnya merupakan jenis buku catatan yang kosong. Di dalam
buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman indrawi. Jhon Locke juga
mengatakan bahwa pengetahuan yang kita peroleh adalah dengan menggunakan dan
membandingkan ide-ide yang di dapat dari sistem indera.
2) Rasionalisme
Rasio berarti akal.
Rasionalisme berarti suatu paham diman sumber pengetahuan berasal dari akal. Rene
Descartes, bapak rasionalisme berusaha menemukan yang tidak dapat diragukan.
3) Fenomenalisme
Fenomenalisme adalah suatu
paham untuk mencari pengetahuan berdasarkan gejala atau pengalaman yang
terjadi. Immanuel kant, membuat uraian tentang pengertian pengalaman yakni
segala sesuatu yang merangsang alat indrawi kemudian diterima oleh akal dan
secara sistematis dapat dinalar.
4)
Intuisionisme
Intuisi adalah hal yang
bersifat alamiah. Intuisionisme adalah suatu aliran atau paham yangmenganggap
bahwa intuisi (naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.
Menurut Henry Bergson
seorang filsuf asal prancis mengemukakan bahwa intuisi adalah suatu sarana
untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa atau pengetahuan yang
diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan
secara langsung dari pengetahuan intuitif. Seorang intuitif memperoleh
pengetahuan dengan cara mengetahui beberapa bagian dari suatu peristiwa namun
tidak mengalami keseluruhannya.
5) Metode Ilmiah
Ada suatu perbedaan antara ilmu pengetahuan dengan filsafat, jikalau ilmu
membicarakan kenyataan yang sebenarnya, maka filsafat bicara tentang bagaimana
cara memperoleh jawaban sehingga muncullah metode ilmiah sebagai sarana untuk
memperoleh pengetahuan. Metode ilmiah dimulai dengan pengamatan-pengamatan dan
berakhir dengan pengamatan pula.
D.
DALIL YANG BERKAITAN DENGAN ORANG
BERILMU
Belajar atau menuntut ilmu merupakan hal yang sangat
penting untuk mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tanpa ilmu,
manusia tidak dapat melakukan segala hal. Untuk mencari nafkah perlu ilmu,
beribadah perlu ilmu bahkan makan dan minumpun perlu ilmu. Dengan demikian
belajar merupakan sebuah kemestian yang tidak dapat ditolak apalagi terkait
dengan kewajiban seorang hamba Allah SWT.
Tidak ada agama seperti agama Islam dan tidak ada kitab
suci yang seperti Al-Qur’an yang begitu mengutamakan ilmu dan menganjurkan
manusia untuk mencarinya .[9]
Seperti kesaksian Allah SWT dalam QS. Ali Imran 3:18 :
شَهِدَ للّهُ اَنَّهُ
لاَاِلهَ اِلاَّهُوَ وَالْملئِكَةُ وَاُو لُوْ الْعِلْمِ قَا ئِمَ بِالْقِسْتطِ
لاَاِلهَ اِلاَّ هُوَ الْعَزِيْززالْحكِيْمُ
“Allah menyatakan bahwa tiada tuhan melainkan Dia. Para
malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakannya. Dia Yang menegakkan
keadilan. Tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
(QS. Ali Imran 3:18)
Allah Ta’ala telah mempersaksikan (menyatakan), bahwa
cukuplah Allah yang menjadi saksi. Dia adalah saksi yang paling jujur dan adil
serta penutur yang paling benar. “Bahwa tiada tuhan melainkan Dia” dan hanya
Dia sendirilah yang menjadi Tuhan atas seluruh makhluk. Allah berfirman, “Namun
Allah mempersaksikan apa yang telah diturunkan kepadamu.” Kemudian Allah
menyertakan para malaikat dan orang-orang berilmu tentang kesaksian-Nya. Allah
berfirman, “ Para malaikat dan orang-orang yang berilmu juga mempersaksikan .”
Hal ini menunjukkan betapa Allah SWT memberikan keistimewaan yang besar kepada
orang-orang yang berilmu dimana dalam
segi ini adalah para ulama. “ Dia Yang menegakkan keadilan,” Dalam segala hal
Allah SWT akan senantiasa adil. “ Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” .
Allah mempunyai sifat Al-‘Aziz yang artinya dzat yang tidak dapat ditandingi
sisi Kebijaksanaan perkataan, perbuatan, syariat dan ketetapan-Nya.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai
kepada Zubeir, dia berkata (483), “Ketika Rasulullah SAW. Membaca ayat “ Allah
persaksikan bahwa tiada tuhan melainkan Dia, demikian para malaikat
mempersaksikan”. Saya mendengar beliau mengatakan “Ya Tuhanku, aku pun
mempersaksikan”.
Abu al-Qasim ath –Thabrani meriwayatkan dalam Mu’jam al
kabir dengan sanadnya dari Ghalib al-Qathan, dia berkata, “Saya datang ke Kufah
untuk urusan dagang. Saya menginap dengan A’masy. Pada malam hari, tatkala saya
hendak turun, A’masy pun bangkit kemudian shalat malam. Dia membaca ayat dan
sampai pada “Allah mempersaksikan” hingga ayat “ Sesungguhnya agama pada sisi
Allah adalah Islam”. Kemudian dia mengatakan “Akupun bersaksi dengan apa yang
dipersaksikan Allah. Aku ingin menitipkan kesaksian ini kepada Allah SWT. aku
juga ingin menitipkan kesaksianku pada sisi Allah bahwa sesungguhnya agama pada
sisi Allah ialah Islam sebagai suatu titipan”. ‘Amasy mengatakan hal itu
beberapa kali. Saya berkata, “Sungguh aku mendengar sesuatu dalam ayat itu.
Ketika pagi tiba, saya menemuinya dan berkata, “Hai Abu
Muhammad, saya mendengar Anda mengulang-ngulang ayat itu. A’masy berkata
“Bukankah kandungannya telah disampaikan telah disampaikan kepadamu?” Saya
menjawab “Sudah sebulan saya bersama Anda, namun Anda belum pernah
memberitahukannya kepadaku. A’masy berkata “Demi Allah, aku tidak akan
menceritakannya kepadamu sebelum satu tahun.” Maka, akupun tinggal bersamanya
selama satu tahun.
Setelah satu tahun berlalu, maka saya bertanya, “Hai Abu
Muhammad, setahun telah berlalu”. A’masy berkata bahwa Rasullullah SAW.
Bersabda “Pada hari kiamat akan ditampilkan pemilik titipan ayat itu, lalu
Allah Azza wa Jalla berkata, “Hamba-Ku telah berjanji kepada-Ku dan Aku adalah yang
paling berhak memenuhi janji itu. Masuklah ke dalam surga”.[10]
E.
KEDUDUKAN ILMU DALAM KEHIDUPAN
Banyak sekali ayat al-Qur’an yang mendorong manusia untuk
mencari dan memilki ilmu pengetahuan, seperti ketika al-Qur’an menyuruh manusia
untuk mengamati alam semesta, bertafakkur dan lain sebagainya. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan. Secara singkat penghargaan
al-Qur’an terhadap ilmu dapat disederhanakan sebagai berikut:
1)
Pengangkatan manusia sebagai khalifah, serta dibedakannya
manusia dari makhluk lain karena ilmu yang dimilikinya.
وَعَلَّمَ ادَمَ
الْاَسْمَاءَكُلَّهَاثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلئِكَةِ فَقَالَ اَنْبِئُوْنِى
بِاَسْمَاءِ هؤُلَاءْ كُنْتُمْ صدِقِيْن
قَالُوا سُبْحَانَك لاعِلْم لَنَا اِلاَّ
مَاعَلَّمْتَنَا اِنّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْم
“Dan Dia mengajarkan
kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada
para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang yang benar!”Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak
ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami,
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-Baqarah:31-32)
2) Karena hakekat manusia
tidak bisa dipisahkan dari kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, maka
ilmu yang disertai iman adalah ukuran derajat manusia sehingga manusia yang
ideal adalah manusia yang mencapai ketinggian iman, ilmu dan amal.
3)
يَرْفَعِ الّلهُ
الَّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوْاعِلْمَ دَرَجتٍ........
“Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat”. (QS.al-Mujadalah:11)
4) Al-Qur’an diturunkan dengan ilmu Allah SWT dan hanya dapat direnungkan
maknanya oleh orang-orang yang bertaqwa, beriman dan berilmu.
5) Al-Qur’an memberikan isyarat bahwa yang memimpin ummat adalah yang memilki
ilmu pengetahuan, sebagaimana Thalut dipilih sebagai raja Israil juga karena
kelebihan pengetahuannya. Begitu juga tokoh-tokoh lain yang dipilih oleh
al-Qur’an sebagai contoh orang yang berhasil juga karena ilmu yang dikuasainya.
6)
Allah melarang manusia untuk mengikuti sesuatu yang tidak ada ilmu
tentangnya. Sebagaimana Allah SWT menegur Nabi Nuh AS ketika ia memohon sesuatu
yang tidak ia ketahui.
ولَاتَققْفُ
مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ اِنَّ اسَّمْعَ وَاالْبَصَرَوالْفُؤَادَ كُلُّ
اُولئِكَ كَانَ عنْهُ مَسْئُوْلاً
“Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungan
jawabnya”. (QS. Al-isra /17: 36)
7) Allah memberikan contoh bagaimana orang awam tertarik dengan kemewahan
dunia seperti Qarun berbeda dengan orang yang berilmu yang tahu bahwa kemewahan
dunia bukanlah sesuatu yang bernilai abadi dan segala-galanya.
وقَالَ
الَّذِيْنَ اُوتُوالْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللهِ خَيْرٌ لِمَنْ امَنَ
وَعَمِلَ صَالِحًا وَلاَ يُلَقّهَا اِلاَّ الصّبِرُوْنَ
“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu:
“Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu
kecuali orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Qashash:80).[11]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Ilmu diartikan sebagai segala
sesuatu yang menunjukkan kepada bekas atau yang memiliki keistimewaan. Kata
ilmu berasal dari bahasa Arab ‘alima-ya’lamu-‘ilman, yang berarti mengetahui,
mengenal memberi tanda dan petunjuk. Dalam bahasa indonesia ilmu
sering disamakan dengan sains yang berasal dari bahasa inggris “science”.
Kata “science” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “scio”,
“scire” yang artinya pengetahuan. “Science” dari bahasa latin “scientia”,
yang berarti pengetahuan.
IPA atau sains merupakan salah satu cabang ilmu
yang fokus pengkajiannya adalah alam dan proses-proses yang ada di dalamnya.
Adapun pandangan Islam mengenai sains dilihat dari segi kemampuan yang
dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia, yakni kemampuan dalam menggunakan
akalnya serta memikirkan segala apa yang ada di alam semesta ini.
Untuk mendapatkan sebuah ilmu pengetahuan diperlukan pula
berbagai teori-teori yang digunakan, diantaranya Empirisme, Rasionalisme,
Fenomenalisme, Instutionisme, dan Metode Ilmiah.
Belajar atau menuntut ilmu merupakan hal yang sangat
penting untuk mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Banyak sekali
ayat al-Qur’an yang mendorong manusia untuk mencari dan memilki ilmu
pengetahuan. Salah satunya adalah QS. Ali Imran :18. Perintah untuk menuntut
ilmu merupakan salah satu hal yang sangat ditekankan dalam Islam dikarenakan
banyaknya kemuliaan yang akan didapatkan untuk seseorang yang berilmu.
B. Saran
Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim.
Tidak hanya ilmu Agama saja melainkan kita juga dianjurkan untuk memepelajari
ilmu pengetahuan yang lain yang bisa membantu kemaslahatan kehidupan. Oleh
sebab inilah penting bagi kita untuk mengetahui terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan ilmu pengetahuan itu sendiri. Selain itu, alangkah lebih
baiknya jika kita juga megetahui salah satu dalil yang berkaitan dengan orang
berilmu agar hati kita semakin yakin tentang keistimewaan dan kemuliaan orang
yang berilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Nasib Ar-Rifa’i, Muhammad. 1999. Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir. Jakarta: Gema Insani.
Munir Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan
Al-Qur’an Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Sukses Offset.
Surahman Amin. 2015. Ilmu Dan Orang Berilmu Dalam
Al-Qur’an Makna Etimologis,Klasifikasi, dan Tafsirnya. Vol.24 No.
1.
Eldes Dafrita, Ivan. 2015. Ilmu Dan Hakekat Ilmu
Pengetahuan Dalam Nilai Agama. Jurnal pendidikan. IAIN Pontianak.
Lubis, Zulfahmi. Kewajuban Belajar. UIN Sumatra Utara.
Ratnawati, Eris. Sri Rahayu, dan Prayitno. Pemahaman
Hakikat Sains (NOS) Mahasiswa Tahun Ketiga Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Malang.
Baharuddin. Relasi Antara Science Dan Agama. Jurnal IAIN
Pontianak.
[1] Surahman Amin, “Ilmu dan Orang Berilmu
Dalam Al-Qur’an Makna Etimologis, Klasifikasi, dan Tafsirnya”, Vol.24 No.
1, Januari 2015, hlm.131-141.
[2] Ivan Eldes Dafrita, “Ilmu dan Hakekat Ilmu
Pengetahuan Dalam Nilai Agama”, IAIN Pontianak, 2015, hlm. 161.
[4]Ivan Eldes Dafrita, “Ilmu dan Hakekat Ilmu
Pengetahuan Dalam Nilai Agama”, Jurnal pendidikan, IAIN Pontianak, 2015,
hlm. 160-161.
[5] Eris Ratnawati, Sri Rahayu, dan Prayitno, “Pemahaman
Hakikat Sains (NOS) Mahasiswa Tahun Ketiga Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Negeri Malang”, hlm. 1.
[10] Muhammad nasib ar-rifa’i, Kemudahan Dari
Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta : Gema Insani , 2006),
Cet-10, Jilid 1, hlm. 494-496.
[11] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi Mengungkap
Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2008)
Cet-1, hlm. 103-205.
0 komentar:
Posting Komentar