KELEBIHAN TENTANG ORANG BERILMU
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bila dilihat dari proses
penciptaannya, manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya.
Meskipun manusia diciptakan dari tanah oleh Allah SWT, karena manusia dibekali
dengan berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan Allah SWT
yang lainnya. Sehingga pada setiap manusi pasti akan memiliki keistimewaan
tersendrinya.
Keberhasilan dan pencapaian manusia terletak pada
keseriusan, konsisten, dan kesinambungan dalam mencari ilmu. Dalam hal ini
manusia pasti akan mempunyai kecerdasan
multiple intellingences yang berbeda-beda. Di dalam ajaran Islam mencari ilmu
sangatlah dianjurkan bagi siapapun, tidak hanya memandang laki-laki atau
perempuan, tidak juga memandang usia yang muda atau usia yang tua.
B. Rumusan masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Ilmu itu?
2.
Bagaimana bunyi dalil kelebihan tentang orang berilmu?
3.
Apa saja penafsiran dari surat Al-Ankabut ayat 43?
4.
Apa yang dimaksud kecerdasan manusia?
5.
Apa saja multiple intelligence dalam setiap diri manusia,?
C.
Tujuan masalah
1. Agar manusia tidak salah mengartikan apa itu ilmu?
2. Supaya manusia paham akan kelebihan orang berilmu dan giat untuk menuntut
ilmu
3. Memberi tahu akan banyaknya penafsiran tentang Qs. Al-Ankabut:43
4. Agar lebih mengetahui apa itu kecerdasan manusia
5. Untuk mengetahui bahwa kecerdasan dalam diri manusia itu ada bagiannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan istilah
yang berasal dari bahasa arab yaitu ‘alima yang berarti mengetahui.
Sedangkan ilmu dalam perspektif
al-qur’an adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk
lain guna untuk menjalankan fungsi kekhalifahannya. Yang mana di dalam
al-qur’an terulang 854 kali. Dalam pandangan al-qur’an manusia memiliki potensi
untuk meraih ilmu serta mengembangkannya. Oleh sebab itu banyak ayat yang memerintahkan
manusia untuk menempuh berbagai cara untuk terwujudnya hal tersebut. Al-qur’an
mengisaratkan bahwa ilmu terdiri dari dua macam di antaranya:
Pertama, Ilmu laduni adalah ilmu
yang diperoleh tanpa upaya manusia. Seperti dalam firman Allah QS. Al-Kahfi ayat 65
فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ
ءَاتَيْنَٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَٰهُ مِن لَّدُنَّا عِلْمًا
“Lalu mereka bertemu
dengan seorang hamba-hamba kami, yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari
sisi kami, dan yang telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami”.
Kedua,ilmu kasbi adalah ilmu
yang diperoleh manusia karena usahanya. Seperti dalam firman Allah QS.
Al-Haqqah ayat 38-39
فَلا
أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُونَ (٣٨) وَمَا لا تُبْصِرُونَ٣٩
“Maka Aku bersumpah dengan
apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat”.
Maksud dari terjemahan
ayat di atas, bahwa objek ilmu meliputi hal-hal yang bersifat material dan juga
non material, fenomenal dan non fenomenal dan bahkan ada wujud yang tidak dapat
di jangkau oleh manusia.
Sumber yang di tinjau oleh
Al-qur’an untuk memperoleh ilmu pengetahuan ada empat yaitu:
1. Al-Qur’an dan al-Sunnah,
dalam kedua ini merupakan sumber pertama bagi ilmu pengetahuan. Dalam hal ini
al-qur’an sering mengingatkan manusia agar memikirkan ayat-ayat Allah dan
mengambil hikmah dan mengamalkannya.
2. Alam semesta, merupakan
sumber ilmu yang kedua. Dalam hal ini al-qur’an menyeru manusia untuk
memikirkan keajaiban ciptaan Allah SWT serta hubungan manusia dengan alam
sekitarnya.
3. Dari manusia (nafs),
sebagaimana dalam firman Allah QS.al-Thariq ayat 5
فَلْيَنْظُرِ
الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ
“Maka hendaklah manusia
memperhatikan dari apakah dia diciptakan”.
B. Dalil kelebihan orang berilmu
Antara kelebihan yang dijelaskan di
dalam hadith Nabi SAW bagi orang-orang yang menuntut ilmu ini, kami ingin
datangkan sebuah hadith yang panjang di dalam Sahih Muslim yang menceritakan di
dalam sebagian matannya akan kelebihan orang yang menuntut ilmu.
Dari pada Abu Hurairah RA, bahwa Nabi
SAW besabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ
فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا
اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ،
وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ،
وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ
فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Barang siapa yang menempuh satu jalan untuk menuntut
ilmu maka Allah SWT akan memudahkan baginya jalan untuk ke surga. Tidaklah satu
kumpulan berkumpul di dalam sebuah rumah di antara rumah-rumah Allah, membaca
kitab Allah (al-Qur’an) dan mempelajarinya bersama mereka rahmat dan dinaungi
oleh malaikat serta Allah SWT akan menyebut pada malaikat yang berada di sisi-Nya”.[Riwayat
Muslim (4867)][2][2]
C. Nash dan Artinya
وَتِلْكَ
الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ ۖ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ
“Dan
perumpamaan-perumpamaan ini, kami buat untuk manusia, dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (QS. Al-Ankabut ayat 43)
Tafsir surat Al-Ankabut
ayat 43
a.
Tafsir Al-maraghiy
Allah menjelaskan beberapa
faidah dibuatnya perumpamaan-perumpamaan bagi manusia untuk mendekatkan
pemahaman mereka kepada apa yang sulit untuk mereka pahami, dan untuk
memperjelas apa yang perkaranya terasa sulit oleh mereka, hikmahnya sulit
digali, intisarinya sulit dipahami dan pengaruhnya sulit diketahui serta
diikuti, karena faidahnya yang terlalu banyak kecuali oleh orang-orang yang
berilmunya mendalam dan yang berpikir tentang akibat segala perkara.
sebagaimana Jabir meriwayatkan dari nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, “Orang
yang berilmu adalah orang yang bisa memahami Allah SWT kemudian taat
menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi yang dimurkainya”.[3][3]
b. Tafsir al-lubab
Perumpamaan (matsal) dalam
al-Qur’an mengandung makna-makna yang dalam. Ia bukan bertujuan menghiasi
kalimat, bukan juga terbatas pada pengertian kata-katanya. Masing-masing sesuai
kemampuan ilmiahnya dapat menimba dari perumpamaan itu pemahaman yang boleh
jadi berbeda, bahkan lebih pada dari orang lain.[4][4]
c. Tafsir al-Mishbah
Thabathaba’i memahami
dalam arti ayat ini adalah perumpamaan yang benar dan tepat. Dalam firman Allah
SWT yang berbicara tentang amtsal al-Qur’an sebagai: “Tiada ada yang
memahaminya kecuali orang-orang alim” mengisyaratkan bahwa
perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur’an mempunyai makna-makna yang dalam, bukan
terbatas pada pengertian kata-katanya. Masing-masing orang, sesuai kemampuan
ilmiahnya, dapat menimba dari matsal itu pemahaman yang boleh jadi
berbeda, bahkan lebih dalam dari orang lain. Ini juga berarti bahwa perumpamaan
yang dipaparkan disini bukan sekadar perumpamaan yang bertujuan sebagai hiasan
kata-kata, tetapi ia mengandung makna serta pembuktian yang sangat jelas.[5][5]
D. Kecerdasan Manusia
Dr. Howrd Gardner,
Co-Director of Project Zero dan profesor Pendidikan di Harvard University.
Selama bertahun-tahun telah melakukan penelitian tentang berkembangan kapasitas
kognitif manusia. Dia telah mendobrak tradisi umum teori kecerdasan yang
menganut dua asumsi dasar yaitu: bahwa kognisi manusia itu bersifat satuan dan
bahwa setiap individu dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan
yang dapat diukur dan tunggal. Dalam studinya kapasitas manusia, Gardner
mengembangkan kriteria untuk mengukur apakah bakat itu bebar-benar kecerdasan.
Setiap kecerdasan mestinya memiliki ciri perkembangan, dapat diamati dalam
populasi tertentu, misalnya pada anak yang sangat pandai (jenius) atau “pelajar
yang idiot” memberikan beberapa bukti lokalisasi di otak dan mendukung sistem
simbol atau sistem notasi.
Ketika kebanyakan orang
memiliki spektrum kecerdasan yang penuh, setiap individu menunjukan perbedaan
ciri-ciri kognitif. Maka, kita memiliki tujuh jenis kecerdasan yang
berbeda-beda dan menggunakannya dengan cara-cara yang sangat personal.
Penelitian Gardner telah menguak rumpun kecerdasan manusia yang lebih luas
daripada kecerdasan manusia sebelumnya, serta menghasilkan definisi tentang
konsep kecerdasan yang sungguh pragmatis dan menyegarkan. Gardner tidak
memandang “kecerdasan” manusia berdasarkan skor tes standar semata, namun
Gardner menjelaskan kecerdasan sebagai berikut:
a) Kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.
b) Kemampuan untuk
menghasilkan persoal-soalan baru untuk diselesaikan.
c) Kemampuan untuk
menciptakan sesuatau atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan
dalam budaya seseorang.
E. Multiple Intelligence
Dalam multiple
Intelligence ini ada tujuh kecerdasan di antaranya yaitu:
a. Kecerdasan linguistik
adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa
untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks. Para pengarang,
penyair, jurnalis, pembicara, dan penyair berita memiliki tingkat kecerdasan
linguistik yang tinggi.
b. Kecerdasan logika-matematika adalah kemampuan dalam
menghitung, mengukur dan mempertimbangkan proposi dan hipotesis, serta
menyelesaikan operasi-operasi matematis.
c. Kecerdasan spasial adalah
kemampuan dalam membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga cara dimensi
seperti yang dapat dilakukan oleh pelaut, pilot, pemahat.
d. Kecerdasan kinestetik-tubuh adalah kemampuan dalam
memungkinkan seseorsng untuk menggerakan objek dan keterampilan-keterampilan
fisik yang halus. Kecerdasan ini dapat dilihat pada diri atlet penari, ahli
bedah, dan seniman yang mempunyai keterampilan teknik. Pada masyarakat Barat ketrampilan-ketrampilan
fisik tidak dihargai sebesar ketrampilan kognitif seseorang.
e. Kecerdasan musik adalah
kecerdasan yang dapat dilihat pada seseorang yang memiliki sensitivitas pada
pola titik nada, melodi, ritme dan nada. Orang-orang yang memiliki kecerdasan
ini antara lain: komposer,konduktor, musisi dan lain-lain.
f. Kecerdasan interpersonal
merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara
efektif. Sebagaimana budaya Barat mulai mengenalkan hubungan atara akal dan
tubuh maka hal ini perlu disadari kembali pentingnya nilai dari keahlian dalam
perilaku interpersonal.
g. Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk
membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuan
semacam itu dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang.[6][6]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di
atas mengenai tafsir Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 43 menjelaskan bahwa Ilmu
merupakan istilah yang berasal dari bahasa arab yaitu ‘alima yang berarti
mengetahui. Sedangkan ilmu dalam perspektif
Al-qur’an adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk
lain guna untuk menjalankan fungsi kekhalifahannya. Dalam Al-Qur’an surat
Alkanbut ini juga ada keterangan dari buku-buku tafsir seperti Tafsir
Al-maraghiy, Tafsir Al-Qurthubi, Tafsir al-lubab, Tafsir al-Mishbah. Saat
manusia menuntut ilmu manusia memiliki berbagai kecerdasan multiple
intelligence yang berbeda-beda diantaranya kecerdasan linguistik,
logika-matematika,
spasial, kinestetik-tubuh, musik, interpersonal, intrapersonal.
DAFTAR PUSTAKA
Munir Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi mengungkap pesan Al-Qur’an tentang
pendidikan.Yogyakarta: TERAS perum POLRI Gowok.
http://ulamasedunia.org/2016/10/01/kelebihan-menuntut-ilmu/
Al-Maraghiy, Ahmad Musthafa. 1989. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: CV
Tohaputra.
Shihab, M. Quraish.2012. makna tujuan dan pelajaran dari surah-surah
al-Qur’an.Tangerang:lentera hati.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah pesan, kesan dan keserasian
Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati.
Linda Camplle, Bruce Camplle, Dee Dickinson. 2002. Multiple
Intelligences metode terbaru melesatkan kecerdasan.Depok: Inisiasi Press.
[1][1] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi mengungkap pesan Al-Qur’an tentang pendidikan(Yogyakarta:
TERAS perum POLRI Gowok, 2008), Hlm 79-94
[4][4] M. Quraish Shihab, makna tujuan dan pelajaran dari surah-surah al-Qur’an,
(Tangerang:lentera hati,2012), Hlm 112-113
[5][5] M. Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati,
2002), hlm 502
[6][6] Linda Campbell. dkk, Multiple intelligences metode terbaru melesatkan
kecerdasan, (Depok: Inisiasi Press,2002), Hlm 1-3.
0 komentar:
Posting Komentar