PERINTAH MEMBACA DAN BELAJAR
(Q.S AL-ALAQ:1-5)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum turunnya wahyu kepada Nabi
Muhammad saw, manusia belum bisa membaca mereka sedangkan mengajar menunjuk
pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Dua konsep tersebut
terpadu menjadi satu kegiatan manakala terjadi interaksi guru dan siswa.masih
buta huruf. Kemudian Al Quran surat Al Alaq ayat 1-5 turun sebagai wahyu
pertama, dalam surat tersebut Allah memerintahkan Nabi Muhammad membaca. Dengan
adanya kejadian tersebut berarti manusia diwajibkan belajar membaca, tidak
hanya itu manusia juga di perintahkan menulis apa yang telah di baca ataupun di
pelajarinya tersebut.
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan
antara guru dan murid yang bernilai edukatif interaksi yang bernilai edukatif.
Dikarenakan kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan
kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan dengan segala
sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Belajar dan mengajar merupakan dua
konsep yang tidak dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang
harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran.
B. Rumusan
Masalah
a.
Apa isi kandungan surah Al Alaq ayat 1-5 ?
b. Apa
saja metode-metode belajar dalam Al-Qur’an ?
C. Tujuan
a.
Untuk mengetahui kandungan surah
Al-‘Alaq ayat 1-5.
b. Untuk
mengetahui metode-metode belajar dalam Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asbabun Nuzul
Surah ini terdiri dari 19 ayat termasuk
golongan surah-surah periode makkiyah. Ayat 1-5 dari surah ini adalah ayat-ayat
Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan. Pada saat itu nabi Muhammad Saw sedang
bertahanus di gua Hira dan saat itu pula beliau diangkat menjadi Rasul. Surah
Al-‘Alaq yang terdapat pada ayat 2 surah ini juga disebut dengan “Iqra” atau
“Al-Qalam”. Allah menjadikan Qalam sebagai alat mengembangkan pengetahuan.
Menukil dari riwayat dikemukakan bahwa
Abu Jalil pernah berkata “Apakah Muhammad menempelkan mukanya ke tanah (sujud)
dihadapan kamu?. ketika itu orang
membenarkannya. Selanjutnya Abu Jahal “Demi Latta dan Uzza sekiranya aku
melihatnya demikian aku akan kuinjak batang lehernya dan kubenamkan mukanya ke
tanah”. Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa itu.
Dinukil dari riwayat lain dikemukakan
bahwa ketika Rasulallah sedang shalat datanglah Abu Jahal melarang nabi
melakukannya. Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut sebagai
ancaman untuk orang-orang yang menghalang-halangi ibadah.
Riwayat yang hampir serupa dikemukakan juga bahwa ketika
nabi sedang shalat datanglah Abu Jahal dan berkata: ”Bukankah aku telah
melarang engkau berbuat begini (shalat)?” Abu Jahal berkata “Bukankah engkau
tahu bahwa disini tidak ada yang lebih banyak pengikutnya daripada aku?” Maka
Allah menurunkan ayat ini sebagai ancaman bagi orang-orang yang
menghalang-halangi untuk melakukan ibadah.
Diriwayatkan bahwa Abu Jahal melewati
nabi yang sedang melaksanakan shalat di samping ka’bah, lalu ia berkata:
”Bukankah aku telah merangmu dari hal ini?” lalu nabi menjawab dengan suara
tegas. Kemudian abu jahal berkata: “Dengan engkau mengancamku? Aku adalah orang
yang paling banyak golongannya.” Lalu Allah menurunkan ayat-ayat diatas, dan
ayat-ayat tersebut bersifat umum mencakup setiap orang yang melarang kebaikan,
dan semua yang dilarang baik, meskipun sebab turunnya ayat hanya kepada orang
tertenTu saja, yaitu saat Abu Jahal mencegah nabi mengerjakan shalat di samping
Ka’bah.[1][1]
B. Dalil
Perintah Membaca dan Belajar
Surah Al-‘Alaq:
1-5
اِقْرَأْبِاسْمِ
رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ(1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ(2) اِقْرَأْوَرَبُّكَ الْاكْرَمُ(3)
اَلَّذِيْ
عَلَّمَ بِا لْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
(1) Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
(2) Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.
(3) Bacalah dan Tuhan-mulah yang paling pemurah.
(4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
(5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Awal turunnya surah Al-‘Alaq
Disebutkan dalam hadist-hadist
sahih,bahwa nabi muhammad Saw mendatangi gua Hira’ (Hira’ adalah nama sebuah
gunung di Makkah) untuk tujuan beribadah selama beberapa hari. Beliau kembali
kepada istrinya siti Khadijah untuk mengambil bekal secukupnya. Hingga pada
suatu hari di gua beliau dikejutkan oleh kedatangan malaikat membawa wahyu
ilahi. Malaikat berkata kepadanya, “Bacalah” beliau menjawab, “Saya tidak bisa
membaca”. Perawi mengatakan bahwa untuk kedua kalinya malaikat memegang nabi
dan menekan-nekannya hingga nabi kepayahan, dan setelah itu dilepaskan.
Malaikat berkata lagi kepadanya, “Bacalah” Nabi menjawab, “Saya tidak bisa
membaca”. Perawi mengatakan, bahwa untuk
ketiga kalinya malaikat memegang nabi dan menekan-nekannya hingga beliau
kepayahan. Setelah itu barulah nabi mengucapkan apa yang diucapkan oleh
malaikat, yaitu surah Al –‘Alaq ayat 1-5.
Para
perawi hadist mengatakan, Bahwa nabi Saw kembali ke rumah khadijah dalam
keadaan gemetar seraya mengatakan, “Selimutilah aku, selimutilah aku”. Kemudian
mereka menyelimuti beliau hingga rasa takut beliaupun hilang. Setelah itu
beliau menceritakan semuanya kepada khadijah. Lalu beliau berkata, “Aku merasa
khawatir terhadap diriku”. Khadijah menjawab, “Jangan, bergembiralah! Demi
Allah, sesungguhnya Allah tidak akan mengusirmu”. Rasulallah Saw menjawab, “Ya.
Tidak seorangpun datang membawa apa yang kau bawa, melainkan ia akan dimusuhi. Jika aku masih
hidup dimasa membuatmu kecewa. Sesungguhnya engkau adalah orang yang
menyambungkan silaturahmi, benar dalam
berkata, menanggung beban, gemar
menyuguhi tamu dan gemar menolong orang yang tertimpa bencana”.[2][2]
Kemudian
khadijah mengajak beliau menemui Waraqh
Ibnu Naufal Ibnu ‘Abdil ‘Uzza (Anak paman khadijah). Beliau adalah pemeluk
agama nasrani di zaman jahiliyah, pandai menulis arab dan menguasai bahasa
ibrani, serta pernah menulis injil dalam bahasa arab dari bahasa aslinya, yaitu
ibrani. Beliau seorang yang sudah lanjut usia dan buta kedua matanya khadijah
berkata kepadanya, “Hai anak paman! Dengarkanlah apa yang dikatakan anak
saudaramu ini”. Waraqah bertanya pada nabi “Wahai anak saudaraku, apakah yang
engkau saksikan?” kemudian nabi Saw. Ceritakan apa yang dialaminya kepadanya.
Waraqah berkata, “malaikat namus (Pakar ahli yang pandai) inilah yang pernah
datang kepada nabi isa. Jika saja aku masih kuat, dan jika saja aku masih hidup
tatkala kaummu itu, aku akan menolongmu sekuat tenaga”. Tetapi tidak lama
kemudian ia wafat. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhori dan Muslim.
Berdasarkan
hadis yang lalu dapat disimpulkan bahwa permulaan surah ini merupakan awal
ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan. Dan merupakan rahmat Allah pertama diturunkan
yang pertama kepada hamba-hambanya serta kitab khittab pertama ditujukan kepada
Rasulullah Saw.
Akan halnya sisa surah ini diturunkan kemudian yaitu
setelah tersiarnya berita kerasulan Muhammad Saw, dan setelah beliau mengajak
kaum Quraisy kepada keimanan terhadap Allah. Sebagai mereka beriman kepadanya,
namun sebagian besar mereka merasa jengkel kepada mereka yang beriman sehingga
tidak henti-hentinya menyakiti mereka berupaya mengembalikan kaum mukminin
kepada keingkaran atas nabinya dan apa yang diturunkan kepadanya dari tuhannya[3][3].
C. Penjelasan
Ayat
Ayat 1
اٍقْرَأبِاسْمِ
رَبِّكَ الَذِيْ خَلَقَ
Jadilah
engkau orang yang bisa membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah
menciptakan. Sebelum itu beliau tidak pandai membaca dan menulis. Kemudian
datang perintah ilahi agar beliau membaca, sekaligus tidak bisa menulis. Dan
Allah menurunkan sebuah kitab kepadanya untuk dibaca sekalipun ia tidak bisa
menulisnya .
Kesimpulannya: sesungguhnya zat yang menciptakan makhluk
mampu membuatmu bisa membaca sekalipun sebelum itu tidak pernah belajar dan
membaca.
Ayat 2
خَلَقَ الٍانسَانَ مِن عَلَق
Sesungguhnya
dzat yang menciptakan manusia sehingga menjadi makhluknya yang paling mulia ia
menciptakannya dari segumpal darah. Kemudian membekalinya dengan kemampuan
menguasai alam bumi dan dengan ilmu pengetahuannya bisa mengolah bumi serta
menguasai apa yang ada padanya untuk kepentingan umat manusia.
Kesimpulan: Sesungguhnya dzat yang menciptakan manusia
dari segumpal darah kemudian membekalinya dengan kemampuan berfikir sehingga
bisa menguasai seluruh makhluk bumi.
Ayat 3
اِقرَأوَرَبُكَ الَاكرَم
Kerjakanlah apa yang aku perintahkan yaitu membaca.
Perintah ini diulang-ulang sebab membaca tidak akan bisa
meresap dalam jiwa melainkan setelah berulang-ulang dan dibiasakan.
Tuhanmu maha pemurah kepada orang yang memohon
pemberannya baginya amat mudah menganugerahkan kepandaian membaca kepadamu
sikap kemurahannya.
Ayat 4
اَلَذِي عَلَّمَ بِا لقَلَم
Yang menjadikan pena sebagai sarana
berkomunikasi sesama manusia sekalipun letaknya berjauhan. Dan ia tak ubahnya
lisan yang bicara Qalam atau pena adalah benda mati yang tidak bisa memberikan
pengertian. Oleh sebab itu dzat yang menciptakan benda mati bisa menjadi alat
komunikasi, sesungguhnya tidak ada kesulitan baginya dirimu (Muhammad) bisa
membaca dan bisa memberi pengajaran.
Ayat 5
عَلَّمَ الإِنسَانَ مَا لَم يَعْلَم
Sesungguhnya dzat yang memerintahkan
rasulnya membaca dialah yang mengajarkan berbagai ilmu yang dinikmati oleh umat
manusia. Sehingga manusia berbeda dengan makhluk lainnya pada mulanya manusia
itu bodoh, dia tidak mengetahui apa-apa. Lalu apakah mengherankan jika ia
mengajari membaca dan mengajarimu
berbagai ilmu selain membaca sedangkan engkau memiliki bakat untuk menerimanya.[4][4]
D. Metode Al-Qur’an Dalam Belajar
Metode adalah sistem atau pendekatan
serta sarana yang digunakan untuk mengantar kepada suatu tujuan. Dalam QS.
Al-Maidah: 35 Allah Swt, berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ
وَابْتَغُواْ إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُواْ فِيْ سَبِيْلِهِ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ (35 )
“ Hai
Orang-orang beriman bertakwalah kepada Alloh dan carilah jalan yang mendekatkan
diri kepada-Nya dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat
keberuntungan.”
Implikasi dari ayat di atas dan kaitannya dengan belajar
adalah pentingnya penggunaan metode yang mengantarkannya. Metode-metode
tersebut sebagai berikut:
a.
Metode dialog
Adalah sebagai jalan unuk memecahkan suatu permasalahan
yang memerlukan jawaban alternatif.
b. Metode
kisah
Adalah cara mendidik dengan mengandalkan bahasa, baik
lisan maupun tertulis dengan menyampaikan pesan dari sumber ajaran pokok islam
yaitu Al-Qur’an dan Hadist.
c.
Metode praktik
Adalah suatu metode pendidikan dan pembelajaran dengan
cara pendidik memberikan ulangan.
d. Metode
targhib dan tarhib
Metode ini telah digunakan oleh masyarakat luas, orang
tua terhadap anaknya, pendidik terhadap peserta didik.[5][5]
E. Faedah Perintah Membaca dan Belajar
1.
Diantara kenikmatan Allah yang paling agung yang diberikan kepada Nabi Muhammad
Saw adalah perintah kepadanya agar membaca dengan menyebut nama pencipta alam
semesta.
2.
Karunia Allah kepada manusia dengan menjadikannya ada yang sebelumnya tidak
ada, dan penjelasan mengenai beberapa tahapan perkembangan penciptaannya dalam
perut ibunya.
3. Sifat
Allah ta’ala bahwa Dia adalah Rabb yang maha pemurah dan diantara bentuk
kemurahan –Nya bahwa Dia mengajari manasia sesuatu yang bermanfaat untuk urusan
agama dan dunianya.
4.
Ancaman bagi orang yang menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat kepada-Nya
dan ia lupa bahwa tempat kembalinya adalah kepada Allah Swt.
5.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas mengenai
tafsir Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq ayat 1-5. Surah ini terdiri dari 19 ayat
termasuk golongan makkiyah. Surah ini adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang pertama
kali diturunkan. Al-‘Alaq artinya segumpal darah yang menerangkan bahwa Allah
menciptakan manusia dari benda yang hina kemudian memuliakannya dengan
mengajar, membaca, menulis, dan memberinya pengetahuan. Tetapi manusia tidak
ingat lagi akan asalnya, karena itu dia tidak mensyukuri nikmat Allah Swt,
bahkan dia bertindak melampaui batas karena melihat dirinya telah merasa serba
cukup.
B. Saran
Agar manusia selalu mengingat Allah,
bahwasannya Allah lah yang telah menciptakan makhluk semesta ini, dan Allah
juga memberi akal dan pikiran kepada manusia agar bisa berfikir, belajar,
membaca, bisa mengamalkannya, serta menambah pengetahuan tentang agama.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Nor. 2014. Juz ‘Amma cara
mudah membaca dan memahami Al Qur’an Juz 30. Jakarta: Erlangga.
Al Maragi, Ahmad mustafa. 1993. Tafsir Al-Maragi. Semarang: PT. Karya Toha Putra
Al-Khayyath, Syaikh ‘Abdullah. Tafsir
Juz ‘Amma. Jakarta Timur: PT Griya Ilmu Mandiri Sejahtera.
Munirah. Jurnal Petunjuk Al Quran
Tentang Belajar dan Pembelajaran. UIN Alauddin Makassar.
[6][1] Nur Hadi, Juz Amma’
Cara Mudah Membaca dan Memahami Al Quran Juz Ke 30, (Jakarta: Erlangga,
2014), hlm.278.
[7][2] Ahmad Musthafa Al Maraghi,
Tafsir Al Maraghi, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1993), hlm.344-349.
[10][5] Munirah, Jurnal Petunjuk Al Quran Tentang Belajar dan Pembelajaran,
UIN Alauddin Makassar, hlm.47-49.
0 komentar:
Posting Komentar