PAKET ULUL ALBAB
ORANG YANG BERAKAL
(Q.S ALI-IMRAN 190-191)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Maha Suci Allah yang telah
memberikan manusia berbagai macam potensi yang menjadi pembeda dari makhluk
yang lainya. Manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan dengan makhluk
lain. Ini semuanya karena manusia dibekali
potensi yang luar biasa yaitu berupa akal, akal juga juga yang membedakan
manusia dari makhluk allah yang lain. Keintelektualan dan bentuk jasad sempurna
yang dianugrahkan Allah kepadanya,
Dalam diri manusia terdapat dua daya sekaligus, yaitu
daya fikir yang berpusat dikepala dan daya rasa (qalbu) yang berpusat didada. Untuk mengembangkan
daya ini telah ditata sedemikian oleh
islam
Konsep ulul albab yang
terdapat dalam surat Al-Imron ayat 190-191 memberikan penjelasan bahwa orang
yang berakal adalah orang yang melakukan dua hal, yaitu tadzakur yakni
mengingat Allah dengan ucapan dan atau hati dalam situasi dan kondisi apapun
tafakur memikirkan ciptaan Allah, yakni yakni kejadian dialam semesta. Dengan
melakukan dua hal tersebut, seseorang diharapkan ia sampai kepada hikmah yang
berada dibalik proses mengingat dan berfikir, yaitu mengetahui memahami dibalik
fenomena alam dan segala sesuatu yang ada didalamnya menunjukan adanya sang
pencipta.
Dalam pendidikan islam ada
ajaran agama islam, memiliki tujuan yang mulia sesuai dengan aturan dan
tuntunan Al-Quran yaitu untuk membentuk kepribadian muslim, yaitu suatu
kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran islam. Adanya pendidikan
dapat mencakup aspek kognitif (akal), aspek efektif (moral), dan spiritual.
Dengan kata lain terciptanya kepribadian yang seimbang, yang tidak hanya
menekankan perkembangan akal, tetapi juga perkembangan spiritual.
B. Rumusan Masalah
a.
Apa yang dimaksud dengan Ulul Albab?
b.
Apa dalil yang menjelaskan Ulul Albab?
c.
Bagaimana kepribadian dari Ulul Albab?
C. Tujuan
a.
Untuk mengetahui dari Ulul Albab
b.
Untuk mengetahui dalil dari Ulul Albab
c.
Untuk mengetahui kepribadian Ulul Albab
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ulul albab
Ulul albab dalam Al-Quran
ada 16 ayat, para karakteristik الا الباب اؤلؤ secara beda beda sebab diterjemahkan “orang orang
yang berakal” saja masih belum sepenuhnya tepat. Kata ulu berarti orang yang
mempunyai, sedangkan kata albab adalah jamak dari kata lubb yang berarti
intisari yang dapat digunakan untuk menyebut akal, hati (cita rasa), dan lain
lain. Sedangkan sayyid Quth adalah salah seorang ulama yang terkemuka
dikalangan ikhwan al-muslimin yang fenomenal dan tokoh pergerakan yang pernah
hadir memberikan warna tafsir yang berada pada jamanya. Karena dari segi
metodologi Sayyid Quth mencoba untuk mempresentasikan tafsirnya itu sebagai
petunjuk dan manhaj kehidupan bagi manusia dengan menggunakan pendekatan bahasa
perenungan dan pemikiran dan dengan metode takhwir yaitu suatu gaya
penghampiran yang berusaha menampilkan pesan Al-Quran sebagai gambaran pesan
yang hadir, yang hidup dan kongkrit sehingga dapat menimbulkan pemahaman
“aktual “ bagi pembacanya dan memberinya dorongan yang kuat untuk berbuat.
1.
Makna Ulul Albab
Menurut
Bahasa, dalam bahasa Arab, Ulul Albab berasal dari dua kata: yaitu uluu dan
albaab, al lubb kata jamaknya Albab (al-asfahani : 466). Sedangkan penambahan اولوا yang merupakan jamak dari kata اولئ yang sama dengan دوو dan mufrodatnya adalah دو yang artinya “seseorang yang memiliki sesuatu
keistimewaan’. (Mahmud Yunus : 1972 :53). Kata اولوا untuk bentuk kata jamak laki-laki/ mudzakar
sedangkan untuk jamak muannas /perempuan اولات (Muhammad Ismail :1972 :51). Dari kta uluu
ini bersirat makna bahwa tidak semua orang memiliki, dalam Al-Quran disebutkan
juga orang-orang yang memiliki beberapa hal seperti kekuatan atau Ulu Al-Ba’s,
sedangkan firman Allah Swt: “Maka apabila datang saat hukuman lagi (kejahatan)
pertama dari kedua (kejahatan)itu,kami datanglah kepadamu hamba-hamba kami yang
mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela dikampung-kampung, dan
itulah ketetapan yang pasti terlaksana” (Qs-al-Isra ; 5) atau yang memiliki
kekayaan (Ulu Al-Fadhl), sebagaimana
firman Allah Swt: “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan
kelapangan diantara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan)
kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang
berhijrah pada jalan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “ (Qs. Al-Nur : 22).
Ayat
ini berhubungan dengan sumpah Abu Bakar r.a. bahwa dia tidak akan memberi
apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam penyiaranya
berita bohong tentang diri ‘Aisyah’. Maka turunlah ayat ini melarang beliau
melaksanakan sumpahnya itu dan menyuruh memanfaatkan dan berlapang dada
terhadap mereka sesudah mendapat hukuman atas perbuatan mereka itu.
Begitu
juga kata Ulu Al-Amr yang artinya orang memiliki atau memegang urusan (QS.
An-Nisa :59).” Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rosulnya, dan Ulil Amri diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kamu benar-benar kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian yang kemudian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.
Kata
lain dari relevan dengan pembahasan kita ini Ulu Al-Iim, Artinya orang yang
memiliki ilmu atau memiliki imu pengetahuan, firman Allah Swt yang berbunyi
:”Allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan melainkan dia (yang berhak
disembah)
Yang menegakan keadilan para malaikat dan
orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian itu, tak ada tuhan
melainkan dia yang berhak disembah, yang maha perkasa lagi maha bijaksana “
(QS. Al-Imran : 18).
Kata
albab berasal dari kata lub, yang membentuk kata al-lubbyang artinya “otak”
atau pikiran, isi tiap-tiap suatuakal, cerdik, hati. Kata albab adalah bentuk
jamak dari lubb, (Mahmud Yunus : 388). Sedangkan menurut Ma’luf kata lubb
adalah “yang murni” dan yang pilihan dari sesuatu. Lubb sering dipakai pada
apa-apa yang dimakan didalamnya dan dibuang kulitnya. Dari term lubb, “isi”
merupakan antonim dari “kulit”. Disini Al-Quran menunjukan bahwa manusia
terdiri dari dua bagian yaitu kulit dan isi.
Bentuk fisik adalah kulit sedangkan Akal adalah Isi. (Qardhawi ; 1998
:30) kemudian dalam kamus Al-Munjid Fi Al-Lughah Wa Al-A’lam dijelaskan bahwa
lubb bentuk jamaknya adalah adalah albab, albab,albub artinya akal yang murni
dari segala sesuatu, akal yang bersih dari cela, apa-apa yang cemerlang dari
akal dan qalbu.
Arti
lafadz lubb dalam hadis diatas yaitu orang-orang yang berakal. Bahwa
orang-orang yang mempunyai lubb adalah mereka yang berfikir dengan akalnya
sehingga tidak mencerca orang dan taat kepada suami sebagai kewajibanya.
Bila
kata Ulu disatukan dengan kata albab mempunyai arti yang memiliki sesuatu yang
cemerlang dari akal dan qalbu. Ulul albab, suatu tingkatan Al-Quran tentang
kaum intelektual beriman, berpandangan jauh kedepan dan bertanggung jawab,
orang bijak (hikmah) yang mempunyai cakrawala pemikiran yang dalam. (Syafii
Maarif :1985 : 10). Ulul Albab (cendiakawan beriman) bukan saja mereka yang
berpengetahuan tapi juga mempunyai kebijakan dan kearifan dalam membaca
fenomena masyarakat dan fenomena alam.
Yusuf
Qardhawi mengutip dari tafsir Nuzmudh Dhurar karya imam Al-Baqa’i berkata, :
uulul albab yaitu akal-akal yang bersih, serta pemahaman yang cemerlang yang
terlepas dari semua ikatan fisik sehingga mampu menangkap ketinggian takwa dan
ia pun menjaga ketakwaan itu”. (Qurdhawi :31) dengan demikian ulul albab
artinya orang yang memiliki otak berlapis-lapis. Ini sebenarnya membentuk arti
kiasan tentang orang yang memiliki otak tajam[1][1]
B.
Dalil karakter Ulul Albab dalam Al-Quran
Artinya
: Sesunggunya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan
siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi ( seraya berkata ) Rabbana,
tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siska neraka (
Q.S. Ali Imron : 190-191 ).[2][2]
1. Ulul Albab dalam Al-Quran
QS. Al Imran 190-191 memiliki ashab al-nuzul
bahwa dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa orang Quraisy datang kepada orang
yahudi untuk bertanya tentang mukjizat yang dibawa Nabi Musa as kepada mereka ,
lalu dijawab “ Tongkat dan tanganya terlihat putih bercahaya” . Lalu mereka
bertanya kepada kaum nasrani tentang mukjizat yang dibawa Nabi as kepada
mereka, lalu dijawab . “ia dapat menyembuhkan orang buta sejak lahir hingga
dapat melihat, menyembuhkan orang berpenyakit sopak dan menghidupkan orang
mati. “kemudian mereka menghadap Nabi Muhammad SAW dan berkata Hai Muhmmad,
coba berdoalah engkau pada tuhanmu agar gunung shafa ini dijadikan emas . “lalu
Nabi SAW berdoa kepadanya, maka turun ayat QS. Ali Imron 190 sebagai petunujuk
yang telah ada, yang akan lebih besar manfaatnya bagi orang-orang yang
menggunakan akal.[3][3]
Menurut Qurais Shihab, dalam
Tafsir al-Misbah, disini Allah SWT menguraikan sekelumit dari penciptanya dan
memerintahkan agar memikirkanya, seperti dikemukakan pada awal uraian surat
ini. Hukum-hukum alam yang melahirkan kebiasaan pada hakikatnya ditetapkan dan
diatur oleh Allah Swt yang maha menguasai dan maha mengelola segala sesuatu,
hakikat ini ditegas kembali ditegaskan pada ayat ini dan ayat mendatang sebagai
salah satu bukti kebenaran hal tersebut adalah mengundang manusia untuk
berfikir, karena sesungguhnya dalam penciptaan, yaitu kejadian-kejadian benda
angkasa, seperti matahari,bulan dan jutaan gugusan bintang-bintang yang
terdapat dilangit atau dalam pengaturan sistem kerja langit yang sangat teliti
serta kejadian dan perputaran bumi dan porosnya, yang melahirkan sirih
bergantinya malam dan siang perbedaanya baik dalam masa, maupun dalam
pendeknya, terdapat tanda tanda kemahakuasaan Allah Swt bagi ulul albab.[4][4]
C. Ulul Albab menurut Era Milenial
Generasi milienial merupakan istilah bagi mereka
yang mayoritas lahir dikisarakan tahun 1980-an sampai sebelum memasuki tahun
2000, itu artinya generasi yang tumbuh padamasa perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi, yang paling terlihat adalah generasi ini terlihat
adalah generasi ini lahir bersamaan dengan maraknya penggunaan internet,
sehingga dapat dikatakan bahwa generasi milenial adalah generasi yang memiliki
peluang akan keterbukaan wawasan yang luas, yang merupakan dampak dari
perkembangan diatas.
Generasi milenial tentu diharapkan menjadi generasi
yang membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa kedepanya. Namun, dalam
praktiknya dalam kehidupan sehari-hari terlihat bahwa generasi saat ini mulai
mengarah pada generasi yang induvidualis serta acuh terhadap lingkungannya dan
hanya mementingkan untuk bersenang-senang semata. Keadaan ini sangat miris,
mengingat bahwa generasi milenial yang sangat dipegang penuh oleh kalangan
akademika dalam hal ini. Istilah Ulul Albab sendiri diambil dari Al-Quran surat
Al-Imron ayat 190-191.
Berdasarkan ayat tersebut, istilah Ulul Albab
memiliki makna orang yang berakal, yang senantiasa mengingat allah sambil
berdiri atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi. Mengapa harus generasi Ulul Albab? Generasi Ulul Albab adalah
profil yang sangat ideal untuk kemudian dijadikan panutan bagi generasi
milenial saat ini.
Generasi Ulul Albab identik dengan sosok ilmuan,
seorang ilmuan merupakan pribadi yang memiliki intelektual serta ketaqwaan
kepada rabbnya. Sosok ilmuan menjadikan setiap yang dikerjakan sebagai suatu
bentuk ibadah serta sebagai cara untuk mempelajari ilmu-ilmu Allah yang ada
dilangit dan dibumi. Itulah mengapa generasi Ulul Albab sangat pantas dijadikan
profil ideal bagi generasi milenial.[5][5]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Ulul Albab yang
terdapat pada Qs Al-Imron ayat 190-191 adalah orang yang
selalu mendekatkan diri kepada allah SWT dengan cara berzikir dimanapun dan
kapanpun dia berada. Jelaslah dalam
surat Al-Imron ayat 190-191, mengandung dua hal yang tidak dipisahkan yaitu
zikir dan pikir. Ulul Albab adalah manusia insan yang mampu berkomunitas yang
meyakini bahwa ilmu pengetahuan merupakan salah satu dari sekian. Titik
persamaan dari pendidikan islam dalam surat Ali-Imron ayat 190-191 dengan surat
al-Zumar ayat 9 adalah keduanya memilki suatu sistem yang sama, yaitu
pembntukan kepribadian yang utuh, yaitu kepribadian insan kamil (sempuna)
B. Saran
Dengan adanya materi yang berhubungan dengan akal,
diharapkan dapat memaknakan dengan pemahaman dari Ulul Albab dapat dijadikan
pondasi dan pijakan dalam merumuskan dari pendidikan yang ideal.
DAFTAR
PUSTAKA
Aliyah. Sri ” Ulul albab dalam tafsir fi zhilali
Al-Quran”. jurnal Ushuludin IAIN Raden Fatah.
Syaltut, Mahmud. Tafsir Al-Quranul Karim
, (dipenogoro).
Shaleh,
dkk. 2001. Asbabun Nuzul. Bandung.
Shihab.Quraish. Tafsir al-Misbah.
Qomariyah.
Nuril. blogspot.com, ( diakses 19 september 2018 ).
[1][1] Sri aliyah,” Ulul albab dalam tafsir fi
zhilali Al-Quran”, jurnal Dosen Ushuludin IAIN Raden Fatah. Hlm
115-119.
0 komentar:
Posting Komentar