FUNGSI AL QUR’AN
(QS. ALI ‘IMRAN: 138)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Qur’an merupakan sebuah mukjizat
yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.
Al Qur’an juga merupakan kitab
terakhir yang Allah turunkan kepada Rasul Nya sekaligus sebagai
penyempurna dari kitab- kitab sebelumnya. Namun dikalangan ummat islam di masa
sekarang masih sedikit mempelajari Al
Qur’ansecara mendalam dan mengetahui isi beberapa kandungan dalam Al Qur’an. Dari kalangan umat islam juga banyak
yang mengetahui fungsi dan kedudukan Al Qur’an, generasi Muda pun demikan.
Banyak yang mengharapkan generasi muda itu menjadi generasi muda yang sangat
melekat dengan tuntunan wahyu illahi tersbut, dalam arti lain
yaitu menjadi generasi Al Qur’an. Penulis menerangkan dalam makalah ini tenteng
bagaimana hakikat Al Qur’an dan seperti apa generasi Al Qur’an, dengan harapan
bisa menberikan manfaat khususnya bagi kalangan remaja yang rentan terhadap
suatu hal baru.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana hakikat Al Qur’an yang sebenarnya?
2.
Apa dalil yang menunjukan fungsi Al Qur’an Sebagai bayan, hidayah dan mauidhoh?
3.
Apa yang dimaksud dengan generasi Al Qur’an?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1.
Untuk memenuhi tugas tafsir tarbawi
2.
Agar mengetahui bagaimana hakikat Al Qur’an
3.
Agar mengetahui isi kandungan Q.S Ali ‘imran ayat 138
4.
Agar mengetahui Fungsi Al Qur’an
5.
Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan Generasi Al Qur’an
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Al Qur’an
Al Qur’an menurut bahasa ialah: bacaan atau yang dibaca.
Al Qur’an adalah mashdar yang diartikan dengan dengan arti isim maf’ul
yaitu ”maqru’: yang dibaca”. Sedangkan menurut istilah ahli agama (‘uruf
Syara’), ialah: nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad Saw. Yang ditulis dalam mushaf.
Al Qur’an menurut ahli kalam ialah: yang ditunjuki oleh
yang dibaca itu , yakni: kalam azali yang berdiri pada dzat Allah yang
senantiasa bergerak (tak pernah diam) dan tak pernah ditimpa suatu bencana.
Ringkasnya, dapat kita simpulkan bahwa Al Qur’an
merupakan wahyu illah yang diturunkan kepada nabi Mhammad saw. yang telah
disampaikan kepada kita ummatnya dengan jalan mutawatir, yang mana dihukumi
kafir bagi orang yang mengingkarinya.[1][1]
Para Mutakallimin telah menetapkan bahwa hakikat Al Qur’an
ialah: “makna yang berdiri pada dzat Allah”. Sedangkan menurut Al Ghazaly dalam
karyanya Al Mustashfa: hakikat Al
Qur’an ialah: Kalam yang berdiri pada dzat Allah, yaitu: suatu sifat yang qadim
dari antara sifat- sifatNya. Dan kalam tersebut merupakan lafadh- lafadh
Musytarak (lafadh yang mengandung makna banyak) yang dipergunakan untuk lafadh
yang menunjuk keoada makna, sebagaimana dipergunakan untuk makna yang ditunjuk
oleh lafadh.[2][2]
B. Dalil Fungsi
Al Qur’an: Bayan, Hidayah dan Mauidhoh
هَٰذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya:
“Inilah (Al Qur’an)suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia dan menjadi
petunjuk serta pelajaran bagibagi orang- orang yang bertaqwa”
Isi kandungan ayat ini adalah menceritakan
tentang kisah nabi Muhammad Saw. saat melakukan perang bersama pasukannya. Ulama tafsir mengatakan bahwa maksud
ayat ini adalah: memperingatkan kaum muslimin bahwa kekalahan mereka pada
perang Uhud adalah pelajaran bagi orang-orang Islam, tentang berlakunya
ketentuan sunah Allah itu.
Mereka menang pada perang Badar,
karena mereka menjalankan dan mematuhi perintah Nabi saw.
Pada perang Uhud pun mereka hampir
saja memperoleh kemenangan tetapi oleh karena mereka lalai dan tidak lagi
mematuhi perintah Nabi saw. akhirnya mereka terkepung dan diserang tentara
musuh yang jauh lebih banyak jumlahnya, sehingga bergelimpanganlah puluhan
kurban syuhada dari kaum muslimin, dan Nabi sendiri menderita luka dan pecah
salah satu giginya.[3][3]
Pelajaran yang bisa diambil dari isi
kandungan tersubut adalah ketika kita mematuhi petunjuk Allah SWT. maka kita
tidak akan menyesal dan kita akan menuju ke jalan kebenaran. Sering kita lihat
bahkan kita yang pernah mengalami sendiri ketika kita diberi petunjuk melalui
nasihat dari orang yang lebih berpengalaman dari kita untuk melakukan mana yang
semestinya kita lakukan dan mana yang semestinya kita tinggalkan, tapi kita
sering mengabaikan nasihat kita dan pada akhirnya kita sendiri yang mendapat
sebuah kerugian. Selain itu Al Qur’an mempunyai fungsi sebagai bayan
atau penjelas, diantaranya sebagai penjelas kitab- kitab Allah sebelum Al
Qur’an yang masih ijmal (global) maka dari itu Al Qur’an menejelaskan
maksud dari beberap kaimat yang masih global tersebut. Selain penjelas dari
beberapa kitab sebelumnya, Al Qur’an juga sebagai penjelas dari ketentuan-
ketentuan Allah
1. Tafsir
Al Azhar
Mempelajari sejarah umat- umat
terdahulu dan melihat berkasnya dengan mengembara, dengan sendirinya akan
memperoleh penjelasan, petunjuk dan pengajaran. Dalam ayat ini, kita berjumpa
dengan anjuran mengetahui beberapa ilmu yang amat penting, diantaranya sejarah,
misalnya banyak kita bertemu dengan hal- hal penting. Meskipun tidak seluruh
sejarah ditulis dalam Al Qur’an hanya kebanyakan yang berkenaan dengan sejarah
perjuangan para Rasul. Selain sejarah dalam ayat ini jugamenganjurkan
mengetahui beberapa ilmu yang lain, yaitu: ilmu bekas peninggalan kuno,ilmu
siasat perang dan ilmu siasat mengendalikan Negara.
Bagian yang tengah dari ayat
ini kita ditafsirkan berlaku menjadi pedoman untuk selamanya didalam menilai
kenaikan suatu umat ataupun kejatuhannya, bahwasanya kelobaan akan harta dan
dan kemewahan adalah pintu- pintu bagi kekalahan.
Tidaklah terdapat bukti, bahwa pada zaman Nabi kita S.A.W
ada sahabat yang mengetahui sejarah contoh- contoh teladan perjuangan bangsa-
bangsa yang telah lalu. Tetapi perhatian Rasulullah s.a.w dengan bimbingan
wahyu, tidak pula kurang kepada keadaan kerajaan- kerajaan besar yang ada di
sekeliling pada waktu itu. Tatkala masih di Makkah telah diwahyukan kepada
beliau tentang peperangan antara bangsa Rum dengan bangsa Persia. Sampai
setelah satu kali bangsa Rum kalah, wahyu menerangkan, bahwa setelah kekalahan
yang pertama itu, bangsa Rum akan menang lagi. Ini menunjukkan bahwa Rasul
Allah S.A.W. dan para sahabatnya sangat memperhatikan situasi luar negeri,
seperti juga keadaan dalam negeri.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa memperhatikan
orang akan memperoleh penjelasan, petunjuk dan pengajaran bagi orang yang
bertaqwa. Arti pokok takwa ialah memelihara (wiqayah).
Maksud dari takwa tidak lain adalah takwa kepada Allah dan takut kepadaNya.
Tetapi dalam ayat ini kita bertemu dengan arti yang lain, yaitu memelihara,
menjaga, awas dan waspada. Maka dengan demikian takwa kepada Allah tidaklah
cukup dengan sekedar cukup dengan ibadah saja, teatp termasuk lagi dalam
ketakwaan ialah kewaspadaan menjaga agama dari intaian musuh, taat kepada
komando pimpinan. Sebab kalau kalah karena tidak ada kewaspadaan, jangan
salahkan Allah, tetapi salahkan diri sendiri.[4][4]
2. Tafsir al-Qur’an Majid An-nur,
Al-Qur’an dan
apa yang telah kami ungkapkan merupakan penjelasan bagi manusia. Disamping itu
juga menjadi pedoman, pegangan, dan penjelasan bagi semua muttaqin yang
mengambil manfaat dari petunjuknya.
Al-Qur’an
menunjuki kita tentang masalah-masalah perang dan pertahanan, maksutnya agar
kita memperhatikan persiapan yang cermat, bersungguh-sungguh menyiapkan
perbekalan, mempelajari kekuatan dan kelemahan lawan, lalu kita menentukan
langkah-langkah strategis yang harus dilaksanakan.[5][5]
C.
Generasi
Al Qur’an
Generasi Al Qur’an adalah generasi yang
menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup mereka, meyakini kebenaran al-Quran,
membaca dan memamahinya dengan benar dan baik, serta mengamalkannya dalam
seluruh aspek kehidupan mereka. Generasi itulah yang menjadi idaman bagi umat
Islam kapan dan di mana pun mereka hidup dan berada.
Generasi Al Qur’an di zaman Rasulullah shallahu
‘alaihi wa sallamadalah generasi yang mengambil al-Qur’an sebagai sumber
utama kehidupannya. Sekaligus juga menjadi ukuran dan dasar berpikir mereka.
Padahal bukan berarti ketika itu manusia tidak memiliki peradaban di bidang
pengetahuan dan kebudayaan sama sekali tidak. Malah justru di waktu itu
peradaban Romawi beserta Persia sedang berada dalam masa-masa puncak
kejayaannya.
Akan tetapi, mengapa lantas Rasulullah shallahu
‘alaihi wa sallammembatasi genarasi pertama ini dari segala peradaban dan
pemikiran yang telah ada pada waktu itu, padahal telah sedemikian maju? Itu
karena beliau ingin membentuk generasi baru yang benar-benar hidup di bawah
naungan Al-Qur’an. Tidak terkontaminasi sama sekali dengan pola pikir bangsa
Romawi yang merupakan induk dari budaya materialisme. Juga bersih dari pengaruh
budaya-budaya paganisme lainnya di sekitar jazirah Arab, seperti Persia, India,
Yunani, serta Cina. Mustahil Islam dapat menjelma menjadi sebuah peradaban baru
–dalam artian benar-benar lepas dari pengaruh kebudayaan lainnya– tanpa adanya
sebuah manhaj baru yang mampu membebaskan umat manusia dari segala bentuk
penghambaan terhadap sesama makhluk. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa
sallam hendak membangun generasi yang dapat menjadi suri tauladan bagi
seluruh umat manusia, dan itu berlandaskan dengan nilai-nilai kemuliaan yang
terkandung di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.[6][6]
Upaya yang dapat dilakukan dalam membentuk
generasi Al Qur’an bisa dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya dengan
metode dakwah bil hikmah, yaitu menyampaikan seruan secara arif dan
juga bijaksana. Memberikan kesempatan bagi para pendengar untuk mengambil keputusan sendiri dan tidak dengan
melalui paksaan sehingga pelaku benar-benar melakukan karena Allah.
Menyampaikan dakwah secara persuasive dan membuat tersadar dengan sendirinya.
Metode dakwah ini adalah metode dakwah yang paling bermakna, biasanya ditujukan
pada mereka yang baru mengetahui tentang Islam[7][7].
Begitu juga sama halnya dengan membentuk generasi Al Qur’an
dalam Dunia pendidikan bahwa konsep pendidikan anak menurut
Alquran diarahkan pada upaya menolong anak didik agar dapat melaksanakan
fungsinya mengabdi kepada Allah. Seluruh potensi yang dimiliki anak didik,
yaitu potensi intelektual, jiwa dan jasmani harus dibina secara terpadu dalam
keselarasan, keserasian dan keseimbangan yang tergambar dalam sosok manusia
seutuhnya (insan kamil). Hal ini harus pula berimplikasi terhadap materi,
metode dan lain-lain yang berhubungan dengannya, sehingga membentuk suatu
sistem pendidikan yang menyeluruh. Menyatu dan sempurna (komprehensif dan
integratif).
Diskripsi
pendidikan anak yang diberikan oleh Alquran nampak memperlihatkan sosok yang
komprehensif, mulai dari aspek-aspek tujuan, materi, metode, evaluasi dan
seterusnya. Namun demikian pada semua aspek pendidikan itu, Alquran nampak
lebih memposisikan dirinya sebagai pemandu dalam prinsip dan tidak memasuki
kawasan yang lebih bersifat teknis. Mengenai bagaimana tujuan yang dirumuskan,
meteri disusu, guru-guru dilatih termasuk orang tua (ibu-bapak) dan evaluasi
dilakukan, semua itu diserahkan pada kita.[8][8]
Hubungan
Q.S. Ali ‘imran dengan generasi Al Qur’an ialah sebagai generasi muda pada
kebanyakan itu masih pekat dengan masalah duniawi yang bersifat pada sisi
negatif. Mereka banyak mengabaikan petunuk yang semestinya dilkaukan. Kitab
suci Al Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Khususnya
bagi para remaja yang diharapkan kedepannya menjadi generasi Al Qur’an yang
sesuai dengan petunjuk yang benar yaitu Al Qur’an Itu sendiri
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
hakikat Al
Qur’an ialah: Kalam yang berdiri pada dzat Allah, yaitu: suatu sifat yang qadim
dari antara sifat- sifatNya. Dan kalam tersebut merupakan lafadh- lafadh
Musytarak (lafadh yang mengandung makna banyak) yang dipergunakan untuk lafadh
yang menunjuk keoada makna, sebagaimana dipergunakan untuk makna yang ditunjuk
oleh lafadh. Al
Qur’an mempunyai funsi sebagai petunjuk dan ajakan terhadap manusia untuk
berbuat baik.
Generasi Al Qur’an adalah generasi yang menjadikan
al-Quran sebagai pedoman hidup mereka, meyakini kebenaran al-Quran, membaca dan
memamahinya dengan benar dan baik, serta mengamalkannya dalam seluruh aspek
kehidupan mereka. Generasi itulah yang menjadi idaman bagi umat Islam kapan dan
di mana pun mereka hidup dan berada.
B. Saran
Penulis sangat mengharapkan sekali saran dari
para pembaca agar penlis bisa memperbaiki karya ilmiah ini. Di samping itu
punulis juga masih nbelajar jadi tidaklah mungkin bila tiada terjadi sebuah
kesalaha dalam penlisan karya ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
A.
Buku
1.
Hamka.
1983. Tafsir Al Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas
2. Ash Shiddieqy, Hasbi. 1953. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur’an l
Tafsir. Jakarta:Bulan Bintang
3.
Ash-Shiddieqy,Muh Hasbi. 2000Tafsir
al-Qur’an Majid An-nur. Semarang: Pustaka Rizki Putra
B.
Jurnal
1. Membentuk Generasi Qurani Melalui Pendidikan Anak Menurut
Al-Qur’an,( Jurnal Studi Al-Qur’an; Membangun Tradisi Berfikir Qur’ani Vol. 5, No. 1, Tahun. 2009 P-ISSN: 0126-1648,
E-ISSN: 2239-2614)
2. Konsep Dasar Uin Maliki Malang Dalam Mencetak
Generasi Qur’ani Berbasis Ulul Albab
(Malang: Al Iman UIN Maliki
2017) . Jurnal keislaman dan kemasyarakatan vol 1
No. 1
C.
Blog
[9][1] HasbiAsh Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur’an l Tafsir, (Jakarta:Bulan
Bintang, 1953) hlm. 15- 17
[11][3] http://ibnu-soim.blogspot.com/2013/04/bab-i-tujuan-pendidikan-tafsir-surat.html. dikutip pada tanggal: 12 Oktober 2018, 00:02
WIB
[13][5]Teungku
Muh Hasbi Ash-Shiddieqy, , Tafsir
al-Qur’an Majid An-nur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,2000) hlm. 614
[14][6] https://isykarima.com/generasi-qurani-apa-dan-mengapa/
diakses pada tanggal : 12 Oktober 2018,
01:00 WIB
[15][7] Konsep Dasar Uin Maliki Malang Dalam
Mencetak Generasi Qur’ani Berbasis Ulul Albab
(Malang: Al Iman UIN Maliki 2017)
. Jurnal keislaman dan kemasyarakatan vol 1 No. 1, hlm. 74
[16][8] Membentuk Generasi Qurani Melalui
Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an,( Jurnal Studi Al-Qur’an; Membangun Tradisi
Berfikir Qur’ani Vol. 5, No. 1, Tahun.
2009 P-ISSN: 0126-1648, E-ISSN: 2239-2614) hlm. 44
0 komentar:
Posting Komentar