DERAJAT ORANG
BERILMU
(QS AL-MUJADALAH: 11)
BAB I
PENDAHULUAN
Agama Islam di turunkan di muka bumi tidak lain sebagai Rahmat bagi seluruh
alam, maka allah mengutus rasulullah Saw untuk memperbaiki manusia dengan salah
satunya dengan pendidikan , dengan inilah manusia akan mendapat derajat yang
tinggi, dengan pendidikan inilah karakter manusia akan di didik yang lebih
baik, tetapi di zaman milenial saat ini banyak yang menggunakan kelebihan
berfikirnya untuk hal yang tidak baik, banyak orang yang berpendidikan tapi
kelakuan dan akhlaknya tidak mencontohkan sebagai pendidik. Ilmu pengetahuan
dunia tidak cukup untuk bekal di hidupnya haruslah di imbangi dengan ilmu
agama, akibat dari kurangnya ilmu agama salah satunya mudah terkena bujuk rayu
setan neraka,dan dengan kurangnya ilmu agama manusia pun bisa melakukan
kejahatan terhadap sesama manusia,oleh karennya ilmu agama sangatlah penting
untuk di ajarkan bahkan dari usia dini sampai usia lanjut.
PEMBAHASAN
BAB II
A. Ayat dan Arti
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“
Hai orang orang yang beriman, apabila di katakan kepada kamu: berlapang
lapanglah dalam majlis – majlis,” maka
lapangkanlah niscaya Allah akan melapangkan buat kamu, dan apabila di katakan :
“ berdirilah kamu, maka berdirilah niscaya Allah akan meninggikan orang orang
yang beriman di antara kamu dan orang orang yang diberi ilmu beberapa derajat.
Dan allah terhadap apa yang kamu kerjakan Maha Mengetahui.”\
B. Beberapa pendapat tentang ilmu dari
sudut pandang
1) Ilmuwan
Para calon ilmuwan harus mempunyai motivasi ekstra. Tanpa hal ini, yang
terjadi hanyalah lahirnya ilmuwan
gadungan, pseudoscientist, ilmuwan seolah olah. Apa yang sering di sebut
ilmuwan oleh masyarakat umumnya bukanllah ilmuwan, melainkan teknisi. Teknisi
adalah seseorang yang di latih dan mempunyai tugas atau pekerjaan untuk
menerapkan teknik teknik atau prinsip prinsip yang telah di ketahui. Sementara
itu ilmuwan adalah seorang yang mencarai tahu dan pengetahuaan sifat alamiah
dari realitas fisik. Ia menghadapi
sesuatu yang tidak di ketahui. Ilmuwan menghasilkan sesuatu yang orisinil jika ide bisa di ukur melalui
publikasinya di jurnal internasional : jika produk bisa di ukur dari paten
Kondisi ilmuawan di
dunia ketiga, termasuk dunia islam telah di rekam dengan baik oleh ismail raji
al faruqi memberi contoh seorang dosen
universitas negara berkembang bergelar
profesor yang meraih gelar doktor di negara
barat. Dia mendapat pendidikan di sana dan lulus dengan nilai dan prestasi
sedang, menuntut ilmu dengan motivasi rendah dan tidak mendapatkan semua ilmu
yang bisa di perolehnya di sana dia merasa cukup puas untuk lulus,
mendapat gelar, kembali ke negeri
asalnya, dan mendapatkan posisi penting serta
mengutungkan. Buku buku yang di bacanya ketika masih kuliah adalah puncak
pengetahuannya. Karena kini dia tidak memiliki waktu tenaga dan motivasi untuk mendobrak batas
pengetahuan yang di miliki.[1]
2) Filosof ( perselisiahan socrates dan
aristoteles)
Socrates berpendapat
bahwa fadilah adalah makrifat, maka jika manusia telah mengetahui fadilah secara mantap, maka
akalnya akan terbuka dan hatinya akan menjadi tenang dan ia harus
mempertahankan jika tidak berarti telah
terjadi kekacauan dalam makrifatnya, dan makrifat yang ia miliki hanyalah
khayalan yang tidak tertanam dalam akalnya. Karena tidak mungkin seorang
berakal, yang ingin mengetahui bahwa api bersifat membakar kemudian membakar
dirinya terlebih dahulu hanya untuk mengetahuinya.
Sementara, Aristoteles berbeda
dengan gurunya atau gurudari gurunya socrates ia berpenda makrifat semata
mata tidak akan mengantarkan menuju
fadilah. Berapa banyak orang mengetahui fadilah namun mereka justru melakukan sebaliknya karena karena dorongan
insting dan nafsu mereka dan lainya
sehingga di butuhkan unsur ‘’ kemauan ‘’ di samping makrifat (pengetahuan).[2]
C. Pengertian Secara Umum
Sesudah
allah melarang para hamba dan berbisik bisik mengenai dosa dan pelanggaran yang
menyebabkan permusuhan, allah memerintahkan kepada mereka sebab kecintaan dan
kerukunan di antara orang orang mukmin, dan di antara sebab kecintaan dan
kerukunan itu adalah melapangkan tempat di majlis (pertemuan) ketika ada orang yang datang dan
bubar apabila di minta dari kalian untuk bubar. Apabila kalian melakukan
yang demikian itu maka allah akan meninggikan tempat tempat kalian di dalam
surga surganya dan menjadikan kalian termauk orang orang yang berbakti tanpa kekhawatiran dan
kesedihan[3]
D. Asbabunnuzul
Tafsir Al
maraghi
Berkata Al hasan adalah para sahabat
berdesak desak dalam satu majlis peperangan, apabila mereka berbaris untuk
berperang, sehingga sebagian mereka tidak memberikan kelapangan kepada sebagian
yang lain karena keinginannya untuk mati
syahid. Dan dari ayat ini kita mengetahui : Paras
sahabat berlomba omba untuk berdekatan dengan tempat duduk Rasulullah saw.
Untuk mendengarkan pembicaraan beliau, karena pembicaraan beliau mengandung
banyak kebaikan dan keutamaan yang besar. Oleh karena itu maka beliau
mengatakan. “hendaklah duduk berdekatan denganku orang orang yang dewasa dan berakal
di antara kamu.”
Perintah untuk memberi kelonggaran
dalam majlis dan tidak merapatkanya apabila hal itu mungkin, sebab yang
demikian ini akan menimbulkan rasa cinta di dalam hati dan kebersamaan dalam
mendengar hukum hukum agama. Orang yang melapangkan kepada hamba hamba allah pintu
kebaikan dan kesenangan, akan di lapangkan baginya kebaikan kebaikan di dunia
dan di akhirat.
Tafsir
Al Misbah
Ada riwayat yang menyatakan bahwa
ayat di atas turun pada hari jumat. Ketika Rasulullah saw. Berada di satu tempat
yang sempit dan telah menjadi kebiasaan
beliau memberi tempat khusus buat para sahabat yang terlibat di perang badar,
karena besarnya jasa mereka. Nah ketika majlis tengah berlangsunng, beberapa
orang di antara sahabat sahabat tersebut
hadir, lalu mengucapkan salam kepada nabi saw. Nabi pun menjawab, selanjutnya
mengucapkan salam kepada hadirin, yang juga di jawab, namun mereka tidak
memberi tempat. Para sahabat itu terus
saja berdiri, maka Nabi saw memerintahkan kepada sahabat sahabatnya yang lain-
yang tidak terlibat dalam perang badar untuk mengambil tempat lain agar para
sahabat yang berjasa itu duduk di deket nabi saw, perintah nabi itu.
Mengecilkan hati mereka yang di suruh berdiri, dan di gunakan oleh kaum
munafikin untuk meecah belah dengan berkata “ katanya Nabi muhammad berlaku
adil, ternyata tidak.” Nabi mendengar kritik itu nabi bersabda :” Allah
merahmati siapa yang memberi kelapangan bagi saudaranya.” Kaum beriman
menyambut tuntunan Nabi dan ayat di atas pun turun mengukuhkan perintah dan
sabda nabi itu[4]
E. Tafsir
Tafsir Al
Misbah
Larangan berbisik yang di uraikan oleh ayat ayat yang lalu
merupakan salah satu tuntunan akhlak, guna membina hubungan harmonis antara
sesama. Berbisik di tengah orang lain mengeruhkan hubungan melalui pembicaraan
itu. Ayat di atas masih merupakan
tuntunan akhlak. Kalau ayat yang lalu menyangkut pembicaraan rahasia, kini
menyangkut perbuatan di dalam satu majlis. Ayat di atas memberi tuntunan
bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam satu majlis. Allah berfirman : “ hai orang orang yang beriman,, apabila
di katakan kepadamu,” oleh siapapun : “berlapang
lapanglah.” Yakni berupayalah dengan
sungguh sungguh walau dengan memaksakan diri untuk memberi tempat orang lain dalam majlis majlis yakni satu tempat
baik tempat duduk maupun bukan tempat duduk, apabila di minta kepada kamu agar
melakukan itu maka lapangkanlah
tempat itu untuk orang lain itu dengan suka rela. Jika kamu melakukan hal
tersebut, niscaya allah akan melapangkan
segala sesuatu buat kamu dalam hidup ini Dan apabila di katakan: “Berdirilah kamu” ke tempat yang lain atau
untuk di duduk tempatmu buat orang yang lebih wajar, atau bangkitlah untuk
melakukan sesuatu seperti untuk sholat dan berjihad, maka berdiri dan bangkitlah, allah akan meninggikan orang
orang yang beriman di antara kamu wahai yang memperkenankan tuntunan ini dan orang orang yang di beri ilmu pengetahuan
beberapa derajat kemuliaan di dunia
dan di akhirat dan Allah terhadap apa
yang kamu kerjakan sekarang dan masa datang Maha Mengetahui.
Ayat di atas tidak menyebut secara
tegas bahwa allah akan meninggikan derajat orang berilmu
tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki derajat derajat yakni lebih
tinggi dari yang sekedar beriman tidak di sebutkan kata meninggikan itu,sebagai
isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang di
milikinya itulah yang berperan besar dalam ketinggian derajat yang di perolehnya, bukan akibat akibat dari faktor
di luar ilmu itu.
Tentu saja yang di maksud dengan alladzina utu al ilm/ yang di beri
pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan.
Ini berarti ayat di atas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang
pertama sekadar beriman dan beramal saleh, dan yang kedua beriman dan beramal
saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih
tinggi bukan saja karena nilai ilmu yang di sandangnya, tetapi juga amal dan
pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan atau tulisan maupun dengan
keteladanan
Ilmu yang di maksud oleh ayat di
atas bukan saja ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dalam surat Q.S
Fathir (35); 27-28 Allah menguraikan sekian banyak makhluk iilahi dan fenomena
alam, lalu ayat tersebut di tutup dengan menyatakan bahwa; yang takut dan kagum
kepada allah dari hamba hambanya hanyalah ulama, ini lmenunjukan bahwa ilmu
dalam pandangann al-quran bukan hanya ilmu agama. Disisi lain itu juga
menunjukan bahwa ilmu haruslah
menghasilkan khasyyab yakni rasa takut dan kagum kepada allah yang pada
giliranya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta
memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk.[5]
Tafsir Al
Maraghi
Telah di keluarkan oleh Ibnu Abi
Hatim, dari muqatil dia berkata, rasulullah saw, pada hari jumat pada suffah,
sedang tempat itu pun sempit. Beliau menghormati orang orang mengikuti perang
badar, baik mereka itu muhajirin atau anshor, maka datanglah beberapa orang di
antara mereka itu, di antaranya sabit
inu qais mereka telah didahului orang dalam hal tempat duduk. Lalu mereka pun
berdiri di hadapan Rasulullah kemudian mereka mengucapkan salam:“ As-salamualaikum wahai nabi wa
arahmatullah wa barakatuh” Beliau menjawab salam mereka. Kemudian mereka
menyalami orang orang dan orang orang pun menjawab salam mereka. Mereka berdiri
menunggu untuk di beri kelapangan bag mereka, tetapi mereka tidak di berikan
kelapangan, hal itu terasa berat oleh Rasulullah saw. Lalu beliau mengatakan
kepada orang yang ada di sekitar beliau, “ Berdirilah engkau wahai fulan,
berdirilah engkau wahai fulan. Beliau menyuruh beberapa orang untuk berdiri
sesuai dengan jumlah mereka yang datang”. Hal itu pun tampak berat oleh mereka
dan ketidakenakan beliau tampak oleh mereka. orang orang munafikmengencam yang
demikian itu dan mengatakan, “demi
allah, dia tidak lah adil kepada mereka orang orang itu telah mengambil tempat
duduk mereka dan ingin berdekatan denganya. Tetapi dia menyuruh mereka berdiri
dan menyuruh duduk orang orang yang datang terlambat .” maka turunlah ayat itu.
Apabila kamu di minta untuk berdiri
dari majlis rasulullah saw. Maka berdirilah kamu, sebab rasulullah saw. Itu
terkadang ingin sendirian guna merencanakan urusan urusan agama, atau
menunaikan beberapa tugas khusus yang tidak dapat di tunaikan atau di
sempurnakan penunaianya kecuali dalam keadaan sendiri.
Mereka telah menjadikan hukum ini
umum sehingga mereka mengatakan, apabila pemilik majlis mengatakan kepada siapa
yang ada di majlisnya “ Berdirilah kamu “ maka sebaiknya kata kata itu di
ikuti.
Tidak selayaknya orang yang baru
datang menyuruh berdiri kepada seseorang, lalu dia duduk di tempat duduknya,
sebab telah di keluarkan oleh Al- Bukhari, Muslim dan At- Tirmizi dari Ibnu
Umar bahwa rasuullah saw. Mengatakan :
“ Janganlah seseorang menyuruh berdiri kepada orang lain
dari tempat duduknya. Akan tetapi lapangkanlah dan longgarkanlah”
Allah meninggikan orang orang mukmin
dengan mengikuti perintah perintahnya dan perintah rasul khususnya orang orang
yang berilmu di antara mereka derajat derajat yang banyak dalam hal pahala dan
tingkat tingkat keridaan
Ringkasnya, sesungguhnya wahai orang
mukmin, apabila salah seorang di antara kamu memberikan kelapangan bagi
saudaranya ketika saudaranya itu datang, atau jika ia di suruh keluar lalu ia
keluar maka hendaklah ia tidak menyangka sama sekali bahwa hal itu
mengurangi haknya. Bahwa yang demikian
merupakan peningkatan dan penambahan bagi kedekatanya di sisi tuhanya. Allah
Taala tidak akan menyia nyiakan yang demikian itu. Tetapi dia akan membalasnya
di dunia dan di akhirat. Sebab barang siapa yang tawahdu kepada perintah allah,
maka allah akan mengangkat derajat dan menyiarkan namanya.
Allah mengetahui segala perbuatanmu.
Tidak ada yang samar baginya siapa yang taat dan siapa yang durhaka di antara
kamu. Dia akan membalas kamu semua dengan amal perbuatanmu orang yang berbuat
baik di balas dengan kebaikan, dan orang yang berbuat buruk akan di balasnya
dengan apa yang pantas baginya, atau di ampuninya[6]
Tafsir
Al azar
Pokok hidup ini adalah iman dan
pokok pengiring nya adalah ilmu. Iman
tidak di sertai ilmu dapat membawa dirinya terperosok mengerjakan pekerjaan yang di sangka menyebah
allah. Padahal mendurhakai allah
sebaliknya orang yang berilmu saja tidak di sertai atau yang tidak
membawan ya kepada iman maka ilmunya itu
dapat memahayakan dirinya sendiri maupun
bagi manusia ilmu manusia tentang
tenaga atom misalnya, alangkah penting ilmu itu, itu kalu di sertai iman karena
dia akan membawa faedah yang besar bagi seluruh perikemanusiaan tetapi ilmu itu
pun dapat di pergunakan orang untuk memusnahkan sesamanya manusia karena
jiwwanya tidak di kontrol oleh iman kepada allah[7]
Al
Lubab
Ayat 11 memberi salah satu tuntunan
bagaimana memjalin hubungan harmonis.
Ayat ini menyeru kaum beriman bahwa apabia di katakan kepada kamu oleh siapapun
“ berupayalah dengan sungguh sungguh, walu dengan memaksakan diri untuk memberi
tempat orang lain dalam majlis majlis, baik tempat duduk maupun bukan untuk
duduk maka lapangkanlah tempat itu dengan suka rela agar kamu dapat berbagi
dengan orang lain. Jika itu kamu lakukan niscaya alllah swt melapankan segala
sesuatu bagi kamu dan hidup ini dan apabila di katakan ‘’berdirilah ketempat
lain atau duduki tempatmu oleh orang yang lebih wajar” atau bangkitlah untuk
melakukan sesuatu sperti untuk shalat dan berjihad maka berdiri dan bangkitlah.
Allah swt akan meninggikan derajat orang orang beriman di antara kamu, wahai
yang memerkenankan tuntunan ini dengan orang orang yang di beri ilmu
pengetahuan. Peninggian dengan beberapa derajat kemuliaan di dunia dan di akhirat. Allah swt maha
teliti terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa datang[8]
F. Keutamaan
Beriman dan Berilmu
Allah akan mengangkat kedudukan orang berilmu di bandingkan dengan orang yang hanya sekedar
beriman tapi tanpa ilmu. Karena dengan ilmu, orang yang lebih mudah memahami
dan menguatkan ketaqwaan kepada allah. Sementara orang yang hanya beriman akan
mudah tergoyang keimanannya jika tidak di sertai dengan ilmu terutama dengan
ilmu agama. Perlu di ketahi Ilmu lebih
berharga di bandingkan dengan harta.
Terutama bagi pencari ilmu, ilmu akan menjadikan dan membawa seseorang selalu di jalan allah ta’ala dan menemaninya
ketika di dunia sampai di hantarkannya kedalam kubur serta membawanya kepada tempat yang di
rindukan yaitu surga. Ilmu juga akan membawa keutamaan orang yang berilmu.
PENUTUP
BAB III
Dari uraian di
atas dapat di simpulkan bahwa Qs. Almujadalah ayat 11 , memberikan gambaran
tentang perintah bagi setiap manusia untuk menjaga adab sopan santun dalam
suatu majlis pertemuan dan adab sopan santun terhadap rasullulah saw,dan
menerangkan tentang keutamaan orang berilmu yang akan di angkat derajatnya oleh
allah.
Demikian makalah ini di susun dengan segala kemampuan
dan keterbatasan penulis maka dari itu kritik dan saran selalu di harapkan,
semoga dengan adanya makalah ini mudah di pahami dan bermanfaat di masa yang
akan datang.
Daftar pustaka
Purwanto,
Agus. 2008. Ayat Ayat Semesta Sisi Sisi Alquran Yang Terlupkan, Bandung : PT Mizan Pustaka.
Qardhawi, Yusuf. 1999. Al Aqlu wal-ilmu filquranilkarim, Jakarta: Gema Insani Press.
Almaragi, Ahmad
mustafa.1993. tafsir al maraghi, semarang: PT karya toha semarang.
Dr. Hamka,Tafsir Al azhar, jakarta : PT Pustaka panjimas
Shihab, M Quraish.2012 Al lubab,Tanggerang : Lentera Hati. .
Shihab, M Quraish. “TAFSIR AL-MISHBAH”, (Jakarta: Lentera Hati
[1]Agus Purwanto,Ayat Ayat Semesta Sisi Sisi Alquran Yang Terlupkan, (Bandung : PT
Mizan Pustaka,2008) hlm.
0 komentar:
Posting Komentar