MEMAKMURKAN KEHIDUPAN
(Q.S AL-HUUD:61)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits Nabi saw telah disepakati oleh mayoritas ulama dan
umat Islam sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah kitab suci Al-Quran.
Berbeda dengan al-Quran yang semua ayat-ayatnya disampaikan secara mutawatir
dan telah ditulis serta dikumpulkan sejak zaman Nabi saw masih hidup, serta
dibukukan secara resmi sejak zaman khalifah abu bakar as-sidiq, sebagian besar
hadits Nabi saw tidaklah diriwayatkan secara mutawatir dan pengkodifikasiannyapun
baru dilakukan pada masa khalifah Umar Bin Abdul Aziz, salah seorang bani
umayyah. Hal yang disebutkan terakhir, didukung oleh beberapa factor lainnya,
oleh sekelompok kecil (minoritas) numat Islam dijadikan sebagai alasan untuk menolak
otoritas hadits-hadits Nabi saw sebagai hujjah atau sumber ajaran Islam yang
wajib ditaati dan diamalkan. Dalam wacana ilmu hadits, dikenal dengan kelompok
inkar al-sunnah. Secara paradigm pemikiran dan pemahaman, sejarah inkar sunnah
memang sangat eratt dengan golngan khawarij, muktazilah, dan syiah, dan dari
segi benih kemunculan, mereka sudah tampak sejak masa sahabat. Bahkan, kabar
tentang adanya orang yang mengingkari sunnah sudah pernah disampaikan oleh
Rosulullah saw.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan memakmurkan
dan kehidupan dunia?
2. Bagaimana Dalil tentang memakmurkan kehidupan?
3. Apa makmur pintu damai sejahtera?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui emakmurkan dan kehidupan
dunia
2. Mengetahui dalil tentang memakmurkan
kehidupan
3. Mengetahui makmur sebagai pintu
damai sejahtera
BAB 11
PEMBAHASAN
A. Memakmuirkan dan Kehidupan Dunia
Memakmurkan berasal dari kata dasar
makmur. Memakmurkan memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga
memakmurkan dapat menyatan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau
pengertian dinamis lainnya.[1][1]
Kehidupan Dunia atau alam dunia
adalah alam yang kita tempati sat ini, alam yang telah disiapkan oleh Allah swt
sebagai tempat untuk mansia beribadah kepada-Nya. Alam dunia adalah alam ujian
bagi manusia untuk membuktikan perkataan ketika berada dialam ruh
(Al-A’raaf:172) apakah mereka beriman atau berkhianat.
Dan ingatlah bahwa kesenangan dunia
itu adalah sementara, jangan sampai terbuai oleh kesenangan dunia yanga maya
dan sesaat ini. Namun berarti manusia tidak boleh menikmati hidup dunia dan
mengejar dunia. Manusia juga harus mengejar hidupnya didunia agar bahagia,
karena yang mendorong manusia dapat beriman dan bertaqwa ternyata adalah kehidupan
duniannya, seperti harta, pekerjaan dan sebaginya. Firman Allah dalam suyrat
Al-Hadid ayat 20 yang artinya:”ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia
ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
berrmegah-megahan antara kamu serta berbangga banggaan tentang banyaknya harta
dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamnnya menggagumkan para petani kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya dan kehidupan dunia ini tidak alin hanyalah kesenangan menipu.[2][2]
B. Dalil Memakmurkan Kehidupan
QS.Al-Huud (11:61)
{وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا
اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ
تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ }
Artinya: Dan kepada
Samud (Kami utus) saudara mereka. Saleh. Saleh berkata,
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagi kalian Tuhan
selain Dia. Dia telah menciptakan kalian dari bumi (tanah) dan
menjadikan kalian pemakmurnya. Karena itu, mohonlah ampunan-Nya, kemudian
bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya)."
Potensi manusia yang diilhamkan Tuhan2 ia diberi akal dan
kemampuan berekspresi dan berbicara. Tubuhnya diperindah, ditegakkan dan
dipermudah geraknya dengan organ tubuh yang lengkap. Manusia sebagai makhluk
yang unik untuk mempertahankan hidupnya antara lain dengan mengambil manfaat
dari alam raya ini, baik yang berada di permukaan bumi, di perut bumi atau di
angkasa raya. Alam, dalam hal ini bumi dan langit dengan segala isinya
disediakan Allah untuk kemaslahatan manusia. Allah Rabb alʻalamin memelihara
alam ini termasuk dunia dengan penuh kasih sayang3 melalui sunnatullah (hukum
alam) yang Dia tetapkan. Manusia memiliki kesempatan untuk memanfaatkan alam
ini, mengolahnya atau memakmurkannya seoptimal mungkin dengan segala fasilitas
dan kemampuannya, sebagaimana firman Allah Q.S. Hud/11: 61
Terjemahnya: “Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menyediakan kamu pemakmurnya.”4
Manusia diperintahkan
untuk memakmurkan dan mengambil manfaat sebaik mungkin dari alam raya ini, maka
sama sekali tidak dibenarkan untuk menelantarkan alam tersebut apalgi
merusaknya. Oleh karena itu, manusia dengan segala keterampilannya tidaklah
bebas nilai dalam memanfaatkan alam ini, akan tetapi perlu mengikuti penuntun
yang mampu mengendalikan akal dan nafsunya ke arah positif dan konstruktif.
Tuntunan tersebut yang utama adalah wahyu Alquran yang mulia. Di dalam Alquran
terdapat banyak ayat yang menceritakan bumi, langit, matahari, bulan,
bintang-bintang, gunung, sungai, tumbuh-tumbuhan, hewanhewan, fenomena-fenomena
alam sampai kepada makhluk yang bernama serangga yang kesemuanya itu tidaklah
Allah ciptakan secara sia-sia, melainkan memiliki kegunaan. Misteri kegunaan
inilah yang kadang-kadang manusia belum atau tidak bisa menggali dan
memanfaatkan secara optimal, bahkan cenderung tidak mengetahuinya. Manusia
memang termasuk alam, namun berbeda dengan alam lainnya yakni manusia mendapat
predikat sebagai khalifah5 yang bertugas mengatur dan mengolah alam ini untuk
kemaslahatan dan kedamaian hidup.[3][3]
Pendidikan Islam adalah sistem yang didalamnya terjadi
proses kependidikan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan adalah suatu nilai ideal
yang hendak diwujudkan melalui proses kependidikan. Menurut Al-Abrasyi seperti
dikutip oleh Ramayulis (2002: 72) bahwa tujuan pendidikan Islam diarahkan
kedalam lima pokok, yaitu:
· Pembentukan akhlak mulia
(al-Fadilat).
· Persiapan untuk
kehidupan dunia dan akhirat.
· Persiapan untuk mencari
rizki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatannya.
· Keterpaduan antara agama
(kejujuran) dan ilmu akan membawa manusia kepada kesempurnaan.
· Menumbuhkan roh ilmiah
para pelajar dan memenuhi keinginan untuk mengetahui serta memiliki kesanggupan
untuk mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu.
· Mempersiapkan para
pelajar untuk suatu profesi tertentu sehingga ia mudah mencari rezeki.
Internalisasi dan
tranformasi nilai-nilai Islam seperti iman, taqwa, jujur, sabar (akhlak
al-Karimah) ke dalam pribadi anak didik amat bergantung sejauh mana tujuan
pendidikan itu dirumuskan dengan memasukan nilai-nilai tersebut. Hal ini
mengandung tuntutan bahwa rumusan tujuan pendidikan harus diarahkan pada
pembentukan pribadi anak dan nilai-nilai tersebut harus sejalan dengan
kemampuan anak didik serta ditanamkan secara bertahap sesuai dengan
perkembangan dan pertumbuhan anak didik[4][4]
1.
Tafsir
Al-Misbah
Setelah selesai kisah’Ad , kini tiba
giliran kisah suku Tsamud, Allah berfirman: Dan kami tealh mengutus kepada Tsamud saudara seketurunan mereka yaitu
shalih. Puesan pertama yang beliau sampaikan sama dengan yang disampaikan oleh
Nabi Nuh dan Nabi Hud Shalih berkata: “ hai kaumku sembahlah Allah Tuhan yang
maha Esa. Sekali- kali tidak ada Tuhan bagi kamu satu Tuhan pun yang memelihara
kamu dan menguasai seluruh makhluk. Selain Dia. Dia telah mnciptakan kamu
pertama kali dari bumi yakni tanah dan menjadikanmu berpotensi memakmurkannya
atau dalam keberadaan kamu di bumi, kamu disertai dengan hadirnya setan kamu
dapat melakukan pelanggaran, karena itu mohonnlah ampunan-Nya. Dengan menyesali
kesalahan kesalahan kamu yang terdahulu kemudian bertaubatlah kepada-Nya.[5][5]
2. Tafsir
Pada ayat diatas Allah menjelaskan
bahwa Dia telah mengutus seorang utusan kepada kaum samud namanya Saleh. Ia
menyeru mereka supaya hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan sembahan
sembahan yang telah membawa mereka kepada jalan yang salah dan menyesatkan.
Allahlah yang menciptakan mereka dari tanah. Dari tanah itulah diciptakn-Nya
Adam as dan dari tanah itu pulalah asal semua manusia, karena manusia dalam
Rahim ibunya berasal dari air mani, setetes air mani itu setelah menmbuahi
telur dalam Rahim, berkembang menjadi segumpal daging, lalu membentuk kerangka
tubuh berupa tulang-tulang, dan tulang- tulang ini dibalut dengan daging,
sehingga menjadi janin dalam Rahim. Kemudian setelah sempurna semua anggota
badanya ia keluar sebagai bayi. Mani ini berasal dari makanan yang dimakan
manusia, sedang makanan itu baik yang berupa tumbuh tumbuhan maupun berupa
daging binatang, semua berasal dari tanah juga. Setelah manusia berkembang baik
diatas bumi mereka diserahi Allah tugas memakmurkannya sebagi anugerah dan
karunia dari pada-Nya. Dengan karunia itu kaum samud telah hidup senang bahka
mereka telah dapat pula membuat rumah tempat berlindung.[6][6]
3. Tafsir Al-Maraghi
والى ثمود اخاهم صالحا قال
ياقوماعبدوااللهمالكم من اءله غيره
Dan kepada Tsamud kami utus saudara
mereka, Shalih berkata: “ hai kaumku sembahlan Allah, sekali-kali tidak ada
Tuhan bagimu Tuhan selain Dia”
Kata-kata ini, seperti halnya
kata-kata semisalnya yang telah kit abaca, yaitu mengenai penyampaian dakwah
yang dilakukan oleh Nabi Hud as.
هو انشاكم من الارض
Allah-lah yang telah memulai
penciptaan kalian dari tanah. Yaitu, pertama yang daripada Allah menciptakan
Adam, neke moyang umat manusia, kemudian menciptakan kalian dari sari pati yang
berasal dari tanah juga melewati bermacam-macam perantara karena sperma (nutfah)
yang berubah menjadi suatu yang melekat pada uterus (‘alaqoh) kemudian
berubah pula menjadi gumpalan daging (mudghoh) kemudian menjadi merangka
tulang yang dibalut dengan daging. Asal semuanya adalah darah, sedang darah itu
berasal dari makana. Makanan it, kadang terdiri dari tumbuhan yang hidup diatas
tanah, kadang terdiri dari daging yang berasal dari tetumbuhan setelah melewati
satu tahapan atau lebih.
واستعمركم فيها
Dan Allah menkjadikan kalian orang-orang
yang memakmurkan tanah itu. Artinya bahwa kaum Nabi Shalih itu ada yang
menjadikan petani, pengrajin dan ada pula tukang batu, sebagaimana tercantum
dalam ayat lain yang artinnya:’Dan mereka memahat runah-rumah dari
gunung-gunung batu (yang didiami) dengan
aman (Al-Hijr 15:82)
Kesimpulannya sesungguhnya Allahlah yang telah menciptakan
bentuk kejadian kalian, dan menganugerahkan kepadamu sarana-sarana kemakmuran
dan kenikmatan dia tas bumi. Maka, tidaklah takut kamu menyembah Allaah, karean
Allah-Lah yang berjasa memberi anugerah kepada kalian. Oleh karena itu,
bersyukur kepada-Nya adalah kewajibanmu denagn cara beribadah kepada-Nya
semata-mata dengan Ikhlas.
فا ستغفروه ثم توبوااءليه
Maka mohonlah ampun kepada
Allah supaya mengampuni kalian atas
dosa-dosamu yang lalu karena kemusyrikanmu dengan mempersekutukan Allah kepada
yang lain, juga atas kejahatan-kejahatan yang telah kamu lakukan. Kemudian,
kembalilah kalian kepada-Nya dengan memohon taubat tiap kali kamu telanjur melakukan suatu dosa, semoga mengampuni
kalian.
ان ربى قريب مجيب
Sesungguhnya Tuhanku maha dekat
kepada hamba-hambanya, tidak samar lagi bagi-Nya permohonan ampun mereka maupun
doronagn yang membangkitkan untuk melakukan permohonan ampun. Allah juga maha
pengampun dan menagbulkan doa bagi siapa pun yang berdoa kepad-Nya dan memohon,
apabila dia seorang mu’min yang ikhlas.[7][7]
C. Makmur Pintu Damai Sejahtera
1. Sesungguhnya kami telah menempatkan
kamu sekalian dimuka bumi dan kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan.
Amat sedikitlah kamu bersyukur
(QS.Al-Araf/7:10)
2. Dan hendaklah takut (kepada Allah)
orang-orang yang seandainya meningalkan di belakang mereka anak –anak lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraannya). Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan ynag
benar”(QS Al-Nisa/4:9)
3. Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi,
4. Dan (ingatlah) ketika Ibrahim
berdo’a :” Ya Tuhanki, jadikanlah negeri ini, negeri yang amansentosa, dan
berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara
mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan pada orang kafirpun
aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa menjalani siksa neraka dan
itulah seburuk-buruk tempat kembali(QS.Al-Baqarah/2:126[8][8]
BAB 111
PENUTUP
A. SIMPULAN
Memakmurkan berasal dari kata dasar makmur. Memakmurkan
memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga memakmurkan dapat
menyatan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis
lainnya.[9][9]
Kehidupan Dunia atau alam dunia adalah alam yang kita
tempati sat ini, alam yang telah disiapkan oleh Allah swt sebagai tempat untuk
mansia beribadah kepada-Nya.
Dalil tentang memakmurkan kehidupan terdapat dalam quran
surat Al-Huud ayat 61 dan juga terdapat
tafsiran dan tafsir al-misbah, tafsir,al-quran,-
Kemudian untuk mencapai makmur pintu damai sejahtera yaitu
dengan cara beribadah kepada Allah, bertaqwa, beriman. Dll
B. SARAN
Alhamdulillah makalah ini telah
selesai, namun layaknya sebuah karya tulis biasa yang masih banyak kekurangan
yang terdapat dalam makalah ini, maka dari itu saran dan kritik dari teman-teman,
utamanya untuk dosen pembimbing yang sifatnya membangun sangatlah kami harapkan,
demi kesempurnaan makalah ini.
Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber pembelajaran dalam hal perkuliahan. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi kita semua, serta untuk memotifasi kita agar lebih giat dan semangat dalam
belajar
DAFTAR PUSTAKA
Abdulah,
Dudung. 2016. Perspektif Al-Quran Tentang Posisi Manusia Dalam Memakmurkan
Alam Raya (Makasar:UIN Alauddin,) Vol. 5/ No. 1, Hlm. 14-15
Mawaghir, Nilai-Nilai Pendidikan
Karakter Prespektif Tafsir Al-Misbah Karya Muhammad Quraish Syihab ,(Palembang:UIN
Raden Fatah,2018) Vol 1V/ No.1
Mushthafa,
Ahmad Al-Maraghi. 1988.Terjemah Tafsir Al-Maraghi,(Semarang:Tohaputra,)
Sonhadji, 1990. Al-Qur’an dan Taffsirnya (Yogyakarta:PT. DANA
BHAKTI WAKAF,)
Qurrotula’yuun, Nilai-Nilai
Pendiidkan Akhlak Nabi Shalih Dalam
Pendidikan Islam Kajian Terhadap Tafsir Al-Misbah Surat Huud Ayat 61-68
(Ponorogo:IAIN PONOROGO,2017) Hlm. 45
https://www.aparti.com/memakmurkan.html&hl=id-ID diakses 3 oktober 2018 19.13
http://tsani-oke-blogspot.com/2010/07/perjalanan-hidup-manusia-part diakses 3 oktober 2018 19.20
https://www.aparti.com/memakmurkan.html&hl=id-ID diakses 3 oktober 2018 19.13
https://www.Moehs.wordpress.com/2013/11/08/konsep-kesejahteraan-dalam-islam-tafsir-tahlily
diakses 04 Oktober 2018 20.19
[11][2]
http://tsani-oke-blogspot.com/2010/07/perjalanan-hidup-manusia-part
diakses 3 oktober 2018 19.20
[12][3]
Dudung Abdulah, Perspektif Al-Qur’an Tentang Posisi Manusia Dalam
Memakmurkan Alam Raya (Makasar:UIN
Alauddin,2016) Vol. 5/ No. 1, Hlm. 14-15
[13][4]
Mawaghir, Nilai-Nilai Pendidikan
Karakter Perspektif Tafsir
AL-Misbah Karya Muhammad QURAISH Shihab,(Palembang:UIN
Raden Fatah,2018) Vol 1V/ No.1 Hlm. 174
[14][5] Qurrotula’yuun, Nilai-Nilai
Pendiidkan Akhlak Nabi Shalih Dalam
Pendidikan Islam Kajian Terhadap Tafsir Al-Misbah Surat Huud Ayat 61-68
(Ponorogo:IAIN PONOROGO,2017) Hlm. 45
[17][8]
Moehs.wordpress.com/2013/11/08/konsep-kesejahteraan-dalam-islam-tafsir-tahlily
diakses 04 Oktober 2018 20.19
0 komentar:
Posting Komentar