BERPALING DARI LINGKARAN SETAN
(Q.S
AL-A'RAAF: 199)
Ada
berbagai metode yang digunakan Rasulullah untuk menyampaikan wahyu Allah swt
melalui berbagai macam cara. Tujuan beliau berdakwah melalui berbagai macam
dikarenakan beliau menyesuaikan keadaan umatnya yang masih sangat sempit
pemikirannya.
Melihat
kenyataan yang demikian bahwa umatnya masih banyak yang pengetahuannya sedikit
yang mengakibatkan mereka tidak dapat memilah mana yang baik dan yang buruk,
yang hak dan yang bathil, yang masih menganiaya
orang lain, yang masih bersikap acuh kepada sesama manusia dan masih
bermalas-malas untuk berbuat baik dan belajar agar memiliki wawasan yang luas,
maka melalui Q. S. Al-A’raf ayat 199, Allah swt berfirman yang diwahyukan
kepada Rasulullah saw yaitu bahwa ayat yang tersebut membahas mengenai cara
memaafkan, berbuat baik, dan menghindari orang-orang bodoh. Sehingga sangat diharapkan
umat Rasulullah dapat mengamalkannya dan terhindar dari pengaruh setan.
Oleh
karena itu, makalah ini akan menyajikan hal-hal yang tergabung dalam lingkaran
setan, dalil-dalil berpaling dari setan, dan kebodohan-kebodohan mengenai
ke-Tuhanan.
Berdasarkan
latar belakang diatas, perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan agar
pembahasan dalam makalah ini terfokuskan. Adapun rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1.
Apa saja hal-hal yang masuk dalam
lingkaran setan?
2.
Apa saja dalil yang berisi
mengenai pentingnys perpaling dari lingkaran setan?
3.
Apa saja kebodohan-kebodohan
mengenai ke-Tuhanan.
Metode
menyelesaikan makalah ini adalah dengan melalui kajian fakta., yaitu dengan
menggunakan beberapa refensi buku atau refrensi lainnya yang merujuk pada
persoalan tersebut.
Kata bodoh berasal dari kata jahl “جهل” yang berarti kebodohan, ketidaktahuan.
Seseorang dapat dikatakan bodoh apabila orang tersebut tidak mengetahui tentang
sesuatu. Kebodohan termasuk akar kesesatan yang paling besar, tidak hanya sesat
diri namun juga menyesatkan orang lain.[1][1]
Sebab-sebab
orang bodoh, antaralain :
a.
Memiliki hati, namun tidak
dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah).
b.
Mereka mempunyai mata, namun
tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah).
c.
Mereka mempunyai telinga, namun
tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah).
d.
Malas untuk menuntut ilmu,
berinteraksi antarmanusia, dans ebagainya.
Dalam pandangan Islam, orang yang bodoh adalah orang
yang mudah terhasut oleh bisikan setan atau orang yang imannya lemah.
Tanda-tanda orang yang bodoh, antara lain:
a.
Bangga diri
b.
Banyak bicara dalam hal yang
tidak bermanfaat
c.
Jika diberi kepercayaan, dia
berkhianat
d.
Tidak dapat memilah mana yang
baik dan mana yang buruk
e.
Suka mengada-ada
f.
Mudah terpengaruh
Orang
yang cerdas, selalu membebaskan diri dari sikap-sikap diatas, juga tanda-tanda
yang lain, seperti bermalas-malasan dalam beribadah dan beramal sholeh,
sombong, dan sebagainya.
Kata miskin menurut Al-Rlghib al-Ashfahania dalah
orang yang tidak mempunyai apa-apa dan hidupnya lebih baik daripada fakir.[2][2]
Faktor
penyebab kemiskinan, antara lain :
a.
Sikap berdiam diri, enggan atau
tidak mau berusaha.
b.
Menganggap jika tidak memiliki
pendidikan tinggi maka tidak bisa menjadi sukses atau kaya.
c.
Tidak bisa memanajemen uang, dan
sebagainya.
Manusia
menjadi terbelakang karena berawal dari sikap manusia tersebut yang tidak ingin
berkembang, tidak ingin berusaha dan bersusah payah. Ia hanya ingin kesuksesan
yang instan. Sedangkan Allah swt dalam firman-Nya, tidak akan mengubah keadaan
suatu kaum jika kaum tersebut tidak mau berusaha.
Jika
dia tidak mau belajar maka dia akan bodoh, maka kebodohan membuatnya
terbelakang dari yang lainnya. Kemudian jika dia tidak ingin berusaha dan hanya
berdiam diri dalam kemiskinannya, maka dia akan terbelakang dengan kemiskinan
tersebut.
خُذِ
الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Artinya :”Ambillah cara
memaafkan, dan suruhlah berbuat ma’ruf dan berpalinglah dari orang-orang yang
bodoh.” (Q. S. Al-A’raaf, 7: 199)
Ayat ini
merupakan suatu pedoman yang diperingatkan Allah swt kepada Rasul-Nya. Tiga
unsur yang wajib diperhatikan dan dipegang terguh didalam menghadapi pekerjaan
besar menegakkan da’wah kepada umat manusia.[3][3]
Memaafkan
di ayat tersebut maksudnya adalah memaafkan segala kejanggalan-kejanggalan
akhlak manusia. Sedangkan ma’ruf di ayat tersebut maksudnya adalah Rasulullah
memerintahkan kepada seluruh manusia khususnya kepada orang-orang yang beriman
supaya berlomba-lomba membuat berbuat baik. Sehingga umat Islam dapat menjadi
umat yang perhatian kepada sesamanya dan tidak mencela satu sama lain dan
menghambat menggunjing orang lain.
Kemudian
maksud berpaling daripada orang-orang yang bodoh ialah karena ukuran yang
dipakai oleh orang yang bodoh itu adalah ukuran yang singkat. Mereka akan
berbicara mengenai suatu hal melalui pemikirannya yang singkat dan pandangan
yang picik. Perrkataan mereka terkadang menyakitkan hati, tidak dapat
menghargai orang lain, mudah terpengaruh, mudah berkhianat, dan sebagainya.
Maka arti dari perpaling di ayat tersebut adalah agar kita berhati-hati dengan
bahayanya orang-orang bodoh.[4][4]
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ نَزْغٌ فَٱسْتَعِذْ
بِٱللَّهِ ۚ إِنَّهُۥ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya :”Dan jika mengenai
kepada engkau suatu gangguan dari syaitan, maka berlindunglah kepada Allah.
Sesungguhnya Dia adalah Mendengar lagi Mengetahui.”
(Q. S. Al-A’raaf, 7: 200)
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ
الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
Artinya :”Dan sebutlah Tuhan
engkau didalam hatimu dengan merendahkan diri dan takut, dan tidak dengan
kata-kata yang kasar, pada pagi hari dan petang, dan janganlah engkau termasuk
orang-orang yang lalai.” (Q. S. Al-A’raaf, 7: 205)
إِنَّ
الَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ
وَلَهُ يَسْجُدُونَ
Artinya :”Sesungguhnya mereka
yang berada disisi Tuhan engkau, tidaklah engkau menyombong daripada ibadat
kepada-Nya, dan mereka mengucapkan kesucian atas-Nya, dan kepada-Nyalah mereka
bersujud.” (Q. S. Al-A’raaf, 7: 206)
Syirik dari segi bahasa berarti mempersekutukan. Orang
yang menyekutukan Allah swt disebut musyrik. Sedangkan menurut istilah
perbuatan mempersekutukan Allah swt dengan sesuatu yang lain, seakan-akan ada
Yang Maha Kuasa selain Allah swt.[5][5]
Sebab-sebab
orang syirik, antara lain :
a.
Mengagumi sesuatu secara
berlebihan
b.
Menyombongkan diri kepada Allah
swt
c.
Fanatisme terhadap peninggalan
nenek moyang
d.
Percaya akan kekuatan benda-benda
keramat, dan sebagainya.
Secara bahasa kafir artinya menyembunyikan, menutupi,
menghalangi, dinding, selubung, mengingkari dan menentang. Secara istilah kafir
adalah tidak beriman kepada Allah swt dan para Rasul-Nya, baik disertai
pendustaan atau tidak, atau karena berpaling dari mengikuti Rasulullah saw
karena dengki (hasad) atau sombong, atau karena mengikuti hawa nafsu yang
memalingkan pemiliknya dari mengikuti risalah.[6][6]
Sebab-sebab orang kafir, antara lain :
a.
Mereka yang membenarkan ajaran
musyrik
b.
Mereka yang menjatuhkan agama
Islam
c.
Mereka yang melakukan sihir
dengan segala bentuknya, dan sebagainya.
Zalim
menurut bahasa Arab artinya gelap. Sedangkan menurut istilah zalim adalah
tindakan yang melampaui batas dan tidak sesuai dengan ketentuan yang telah
Allah swt tetapkan atau menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Baik itu
mengurangi ataupun menambahi yang berkaitan denganwaktu, tempat, ataupun sifat,
serta hubungan antar manusia dengan Allah swt, hubungan manusia dengan sesama manusia
dan hubungan manusia dengan alam. Orang yang berbuat zalim disebut zalimin.
Sebab-sebab orang melakukan kezaliman, antara lain :
a.
Iri melihat keberhasilan orang
lain
b.
Tidak bisa mengendalikan hawa
nafsu
c.
Memaksakan kehendak sendiri
Dalam
firman Allah swt Q. S. Al-A’raf ayat 199 menjelaskan bahwa setiap manusia harus
saling memaafkan satu sama lain, berbuat baik terhadap sesame manusia maupun
makhluk Allah swt yang lainnya, dan juga harus menghindari orang-orang yang
bodoh, karena mereka hanya akan menyusahkan kita.
Kebodohan,
kemiskinan, dan terbelakang merupakan hal-hal yang setan senangi. Mereka selalu
berusaha menghasut manusia agar
bermalas-malasan dan berdiam diri, menghasut agar manusia tidak mau berusaha,
dan masih banyak lagi hasutan setan kepada manusia. Kebodohan merupakan akar
tadi segala kesesatan. Bodoh berawal dari malas untuk belajar, yang
mengakibatkan manusia miskin dan terbelakang. Selain itu melalui kebodohan
manusia akan melakukan hal-hal seperti perbuatan syirik, kafir dan zalim.
Budihardja. Kemiskinan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurnal
Kajian Islam Interdisipliner. Vol.6,
No. 2: (279-308).
Dimyati, Ghufron. “Berpaling dari
Orang Bodoh”. 06 September 2018. Ghufron
dimyati.blogspot.com
Hamka. 2000. Tafsir Al Azhar. Jakarta: Pustaka
Panjimas.
Hasiah.
Syirik dalam Perspektif Islam. Jurnal Yurisprudentia. Vol.1: (83-102).
Tanpa Nama. Makna Kafir dalam Tafsir Al-Misbah Karya
M. Quraish Shihab. (1-17).
[2][2] Budihardja, “Kemiskinan Dalam Perspektif Al-Qur'an”, Jurnal Kajian
Islam Interdisipliner, 6: 2, (Juli-Desember 2007) hal. 284.
[5][5] Hasiah, “Syirik dalam Perspektif Islam”, Jurnal Yurisprudentia, 3:
1, (Padang, Juni 2017) hal. 85.
0 komentar:
Posting Komentar