TUJUAN HIDUP MANUSIA
(Q.S DZ-DZARIYAT: 56)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Manusia
adalah makhluk ciptaan Allah yang diberikan akal sehat untuk berfikir. Dengan
akal tersebut untuk berfikir juga Allah menciptakan manusia itu karena untuk
beribadah kepada Allah artinya untuk menjalankan perintahnya dan menjauhi
larangannya. Seperti yang dijelaskan dalam surat adz-dzariyat ayat 56 yaitu
penciptaan manusia dan jin itu untuk beribadah kepada allah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut.
1.
Apa tujuan
hidup dan kehidupan manusia?
2.
Apa dalil dari
tujuan hidup manusia? Dan bagaimana tafsirnya?
3.
Bagaimana penjelasan tentang ibadah mahdhah
dan ghairu mahdhah?
C. Metode
Pemecah Masalah
Metode pemecah masalah yang dilakukan melalui studi literatur/metode kajian
pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi
lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan
masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan
perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan
tujuan dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan
penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.
Makalah ini ditulis dalam 3 bagian, meliputi:
Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah,
perumusan masalah, metode pemecahan
masalah, dan sistematika penulisan makalah;
Bab II, pembahasan;
Bab III, bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada
dasarnya tujuan pendidikan selalu dipengaruhi oleh pandangan hidup orang yang
mendesain dan pengambil kebijakan pendidikan tersebut.[1][1]Hampir
semua semua pakar pendidikan islami menyatakan, bahwa tujuan pendidikan harus
sesuai dengan tujuan hidup manusia itu sendiri. Antara lain seperti kata Hasan
Langgulung:
“berbicara
pendidikan islam tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia.
Sebab pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk
memelihara kelanjutan hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat”[2][2]
A. Tujuan hidup
dan kehidupan manusia
Manusia
adalah makhluk unik, makhluk yang multidimensi, makhluk yang sulit ditemukam
hakikatnya. Tujuan hidup manusia pastilah kebahagiaan, akan tetapi cara
mencapai kebahagiaan itulah yang membuat seseorang harus menghalalkan segala
cara agar dirinya sendiri bahagia. Hakikat kehidupan manusia adalah menuju
kematian. Pada hakikatnya tujuan manusia dalam menjalankan kehidupannya
mencapai perjumpaan kembali dengan penciptanya.
Tujuan
hidup manusia adalah sebagai berikut:
1.
Menjadi ‘Abdullah,
hal ini merujuk pada ayat al-qur’an surat adz-dzariyat: 56 yang bunyinya
“tujuan utama penciptaan manusia ialah agar manusia beribadah kepada-Nya”.
Karena tujuan beribadah dalam islam bukan hanya membentuk kesalehan individual,
tetapi juga kesalehan social, yang keduanya tidak dapat dipisahkan.
2.
Sebagai Khalifah,
merujuk pada surah al-baqarah: 30, yunus: 14, dan surat al-an’am: 156 yang
berbunyi:” manusia diciptakan untuk diperankan sebagai wakil Tuhan di muka
bumi”. Karena Allah dzat yang menguasai dan memelihara alam semesta, maka tugas
manusia adalah sebagai wakil Allah ialah menata dan memelihara serta
melestarikan dan menggunakan alam ini dengan sebaik-baiknya.
3.
Jika tujuan
yang pertama dan kedua lebih difokuskan pada tanggung jawab individu, tujuan
penciptaan yang ketiga ini menegaskan perlunya tanggung jawab bersama dalam
menciptakan tatanan kehidupan dunia yang damai
B. Dalil tujuan
hidup manusia
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلّاَ
لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: “ Tidak aku ciptakan jin
dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku” (Q.S Adz-Dzariyat : 56)
Maksud ayat tersebut adalah
Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah
kepada-Nya, bukan karena Allah butuh kepada mereka. Ayat tersebut jelas telah
menjelaskan bahwa Allah swt dengan menghidupkan manusia di dunia ini agar
mengabdi/ beribadah kepada-Nya. Maka segala gerak langkah dan kehidupan manusia
haruslah senantiasa mengabdi kepada Allah. Semuanya mengarah hanya kepada Allah
secara tulus. Dengan demikian, terlaksanalah makna ibadah. Terkait tujuan
penciptaan ini sejatinya sudah menjadi fitrah manusia, dan mengingkari fitrah
tersebut tiada lain hanya akan mendatangkan kemudharatan bagi manusia itu
sendiri.
Berdasarkan ayat tersebut, dengan mudah manusia bisa mendapat pencerahan
bahwa eksistensi manusia di dunia adalah untuk melaksanakan ibadah/ menyembah
kepada Allah swt dan tentu saja semua yang berlaku bagi manusia selama ini
bukan sesuatu yang kecil artinya, sekecil apapun perbuatan itu
Ø Tafsir Al-Azhar
Inilah peringatan lanjutan dari ayat yang sebelumnya yaitu supaya
rasulullah saw meneruskan memberi peringatan sebab
peringatan akan besar manfaatnya bagi orang yang beriman. Maka datanglah
tambahan ayat 56 ini bahwasanya allah menciptakan jin dan manusia tidak ada
guna yang lainya melainkan buat mengabdi diri kepada allah swt. Jika seseorang
telah mengakui beriman kepada tuhan tidaklah dia akan mau jika hidupnya didunia
ini kosong saja. Dia tidak boleh menganngur selama nyawa dikandung badan,
manusia harus ingat tempo nya tidak boleh kosong dalam pengabdiannya. Seluruh
hidup hendaklah dijadikan ibadah [3][3]
Menurut riwayat dari Ali bin Abu Tolha, yang diterimanya dari ibnu abbas
artinya untuk beribadah ialah mengakui diri adalah budak atau hamba dari allah,
tunduk menurut kemauan allah, baik secara sukarela atau terpaksa, namun
kehendak allah berlaku juga. Mau tidak mau hidup, mau tidak mau akan tua, mau
tidak mau akan mati.
Oleh sebab itu ayat ini
memberi ingat kepada manusia
bahwa sadar atau tidak sadar dia pasti mematuhi kehendak tuhan. Maka jalan yang
lebih baik bagi manusia ialah menginsafi kegunaan hidupnya sehingga dia pun
tidak merasa keberatan lagi mengerjakan berbagai ibadah kepada tuhan.
Disinilah tuhan menjuruskan hidup kita memberi kita pengarahan. Allah menciptakan kita jin dan mausia
tidak untuk yang lain, hanya untuk satu macam tugas saja yaitu mengabdi dan
beribadah. Beribadah yaitu mengakui bahwa kita ini hambanya, tunduk kepada
kemauannya.
Ibadah itu diawali atau dimulai dengan iman yaitu percaya bahwa ada tuhan
yang menjamin kita. Percaya akan adanya allah ini saja sudah jadi dasar pertama
dari hidup itu sendiri. Maka iman yang telah tumbuh itu wajib dibuktikan dengan
amal yang sholeh yaitu perbuatan yang baik. Iman dan amal sholeh inilah pokok
ibadah. Bila kita mengaku beriman kepada allah niscaya kita akan percaya kepada
rasul Nya. maka pesan allah ayang disampaikan oleh rasul itu kita perhatikan.
Perintahnya kita kerjakan dan larangannya kita tinggalkan.
Ø Tafsir Al-Maraghi
Padahal aku tidaklah menciptakan mereka kecuali supaya kenal kepada ku.
Karena sekiranya aku tidak menciptakan mereka niscaya mereka takkan kenal
keberadaan-Ku dan keesaan-Ku. Penafsiran seperti ini ditunjukan oleh apa yang
dinyatakan dalam sebuah hadist qudsi:
( كُنْتُ كَنْزًا مَخْفِيًّافَاَرَدْتُ اَنْ اُعْرَفَ فَخَلَقْتُ
الْخَلْقَ فَبِى عَرَفُوْنِىْ )
“aku adalah simpanan yang tersembunyi. Lalu aku menghendaki supaya dikenal.
Maka aku pun menciptakan makhluk. Maka oleh karena Akulah mereka mengenal
aku.”
Demikian kata mujadid dan begitu pula diriwayatkan dari mujadid, bahwa ayat
ini adalah ; kecuali supaya Aku memerintahkan mereka dan melarang mereka.
Tafsiran seperti ini ditunjukan oleh firman Allah Ta’ala surat at Taubah 9 ; 31
وَمَا
اُمِرُوااِلاَّلِيعْبُدُوْااِلَهًاوَّاحِدًالاَاِلَه اِلاَّ هُوَسُبْحَنَهُ عَمَّ
يُشْرِكُوْنَ
Artinya :
“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”
Dan tafsiran seperti ini dipilih pula oleh Az-Zujjaj. Sementara itu segolongan mufassir berpendapat bahwa arti
ayat ini adalah, kecuali supaya mereka tunduk kepada-Ku, dan merendahkan diri.
Yakni bahwa setiap makhluk dari jin atau manusia tunduk kepada keputusan Allah,
patuh kepada kehendak-Nya, dan menuruti apa yang telah Dia takdirkan atasnya.
Allah menciptakan mereka menurut apa yang Dia kehendaki, dan Allah memeberi
rezeki kepada mereka menurut keputusan-Nya, tidak seorangpun di antara mereka
yang dapat memberi manfaat maupun mudarat kepada dirinya sendiri.
Kalimat seperti ini merupakan penegasan bagi suruhan agar memberi peringatan,
dan juga memuat alasan dari diperintahkannya memberi peringatan. Karena
diciptakannya mereka dengan alasan tersebut menyebabkan mereka harus diberi
peringatan yang menyebabkan mereka wajib ingat dan menuruti nasehat.
C. Ibadah Mahdhah dan
Ghairu Mahdhah
Ibadah menurut bahasa berarti taat atau kepatuhan[4][4]. Secara istilah ibadah adalah kebaktian kepada Allah, perbuatan untuk
menyatakan bukti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah dan
menjauhi larangan-Nya.
Jadi, ibadah dalam islam jangkauannya menyentuh semua aspek kehidupan.
Tidak hanya terbatas pada ritual-ritual yang sudah biasa kita kenal dengan
shalat, puasa, zakat, dan haji. Akan tetapi mencakup pula seluruh gerak dan
semua aktivitas yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan manusia atau
mensejahterakan manusia.
Dari segi ruang lingkupnya ibadah terbagi menjadi 2 yaitu ibadah mahdhah dan
ghairu mahdhah.[5][5]
ü Ibadah mahdhah (ibadah
khusus) yaitu ibadah langsung
kepada Allah tata cara pelaksanaannya telah diatur dan ditetapkan oleh
Allah atau dicontohkan oleh Rasulullah. Karena itu, pelaksanaannya sangat
ketat, yaitu harus sesuai dengan contoh dari Rasul. Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan pedoman atau cara yang harus ditaati dalam beribadah, tidak boleh
ditambah-tambah atau dikurangi. Penambahan atau pengurangan dari
ketentuan-ketentuan ibadah yang ada dinamakan bid‟ah dan berakibat batalnya
ibadah yang dilakukan. Contoh ibadah khusus ini adalah shalat (termasuk
didalamnya thaharah), puasa, zakat, dan haji.
ü Ibadah ghairu mahdhah (ibadah umum) adalah ibadah yang
tata cara pelaksanaannya tidak diatur secara rinci oleh Allah dan Rasulullah.
Ibadah umum ini tidak menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi justru
berupa hubungan antara manusia dengan manusia atau dengan alam yang memiliki
nilai ibadah. Bentuk ibadah ini umum sekali, berupa aktivitas kaum muslim (baik
tindakan, perkataan, maupun perbuatan) yang halal (tidak dilarang) dan didasari
dengan niat karena Allah (mencari rida Allah). Menurut Ali Anwar Yusuf mendefinisikan Ibadah mahdhah yaitu : Ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah
sematamata (vertikal atau hablumminallah).
Ciri-ciri Ibadah ini adalah semua ketentuan dari aturan pelaksanaannya
telah di tetapkan secara rinci melalui penjelasan-penjelasan Al-Qur‟an atau
Sunnah. Ibadah mahdhah merupakan ibadah yang sifatnya khusus. Ibadah mahdhah
adalah ibadah yang disyariatkan dalam al- Qur’an dan hadis. Contohnya; shalat, puasa, zakat
dan naik haji. Dengan demikian, Pemahaman
Ibadah Mahdhah berasal dari kata
pemahaman dan Ibadah mahdhah. Dari penjelasanpenjelasan yang sudah dibahas
dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian pemahaman Ibadah mahdhah.
Pemahaman Ibadah mahdhah adalah kemampuan menangkap makna serta penguasaan
terhadap bahan-bahan yang dipelajari secara baik dan benar mengenai ajaran
agama Islam tentang ibadah Mahdhah sesuai dengan ketentuan dan tatacara yang
ditentukan oleh syari’at agama. Dalam penelitian ini, Pemahaman Ibadah Mahdhah
terfokus pada persoalan tata cara.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Manusia
adalah makhluk ciptaan allah. Manusia adalah makhluk unik, makhluk yang
multidimensi, makhluk yang sulit ditemukam hakikatnya. Tujuan hidup manusia
adalah yaitu untuk beribadah kepada Allah. Bahwasanya allah menciptakan jin dan manusia tidak ada
guna yang lainya melainkan buat mengabdi diri kepada allah swt. Seperti yang
dijelaskan pada surat Adz-Dzariyat ayat 56 kecuali supaya mereka tunduk kepada-Ku, dan merendahkan
diri. Yakni bahwa setiap makhluk dari jin atau manusia tunduk kepada keputusan
Allah, patuh kepada kehendak-Nya, dan menuruti apa yang telah Dia takdirkan
atasnya. Dilihat dari ruang lingkupnya ibadah terbagi menjadi 2 yaitu ibadah
mahdhah dan ghairu mahdhah.
B.
Saran
Dengan membaca makalah ini penulis berharap agar pembaca bisa lebih
memahami isi dari makalah ini dan tahu apa makna
dari isi makalah ini. Pembaca agar bisa lebih mengetahui tentang tujuan
hidup dan kehidupan manusia, dalil tentang tujuan hidup manusia dan ibadah
mahdhah dan ghairu mahdhah.
DAFTAR PUSTAKA
Halunggulung, Hasan. 1992. Asas-asas pendidikan islam. Jakarta:
Pustaka al-Husna
Hamka. 1977. Tafsir Al- Azhar. Surabaya: Yayasan Latimojong
Muhyiddin, Muhammad. 2007. Membuka energy
ibadah. Yogyakarta: Diva Press
Qardawi, Yusuf. 1991. Konsep Ibadah Dalam Islam. Surabaya: Media
Tafsir, Ahmad. 2010. filsafat pendidikan islami, integrasi
jasmani, rohani, kalbu. Bandung: Rosdakkarya
[6][1] Ahmad Tafsir, filsafat pendidikan islami, integrasi
jasmani, rohani, kalbu, (Bandung: Rosdakkarya, 2010), hlm. 75
[7][2] Hasan Halunggulung, Asas-asas pendidikan islam,
(Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992), hlm. 46
[8][3]Hamka,Tafsir Al- Azhar.( Yayasan Latimojong:
Surabaya, 1977), hlm 49-51
[9][4] Yusuf Qardawi, Konsep Ibadah Dalam
Islam, (Surabaya: Media, 1991), hlm. 29
[10][5] Muhammad Muhyiddin, Membuka energy ibadah,
(Yogyakarta: Diva Press, 2007), hlm. 87-58
0 komentar:
Posting Komentar