TEKNOLOGI PENDIDIKAN "FACILITATING LEARNING (MEMFASILITASI PEMBELAJARAN), IMPROVING PERFORMANCE (PENINGKATAN KINERJA), DAN CREATE (MENCIPTA)"


A.      Facilitating Learning (Memfasilitasi belajar)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fasilitas dalah segala hal yang dapat memudahkan perkara (kelancara tugas dan sebagainya) atau kemudahan.
Menurut Muharoji dkk, fasilitas belajar adalah semua yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik bergerak maupun tidak bergerak agar tercapai tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.
Sedangkan teknologi pendidikan adalah penggunaan/ pemanfaatan hasil teknologi industri di dalam proses pendidikan.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fasilitas belajar/pembelajaran dalam teknologi pembelajaran adalah segala sesuatu baik berupa benda bergarak maupun tidak bergerak yang diperoleh dari hasil teknologi industri yang dapat mempermudah, memperlancar, mengefektifkan serta mengefesienkan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar guan mencapai tujuan yang tertentu.[1]
Memfasilitasi belajar/pembelajaran berarti memberikan fasilitas guna menunjang terlaksananya kegiatan pembelajaran agar mencapai tujuan yang telah diinginkan. Fasililtas pendidikan berbasis teknologi informasi menurut Prof. Dr. Yusufhadii Miarso, M. Sc (2004) fasilitas pendidikan berbasis teknologi informasi merupakan suatu prose yang kompleks dan terintegrasi meliputi manusia, alat, dan sistem termasuk diantaranya gagasan, prosedur dan organisasi.
Adapun faktor yang akan sangat mempengaruhi efektivitas belajar dengan menggunakan pemanfaatan TI adalah keterediaan perangkat. Kebutuhan perangkat pada awal implementasi TI biasanya akan terus berkembang seuai dengan tingkat kemajuan organisasi. Faktor kendala perangkat TI juga semakin bear. Artinya perlu terus dilakukan evaluasi kebutuhan perangkat. Faktor lain yang perlu diperhatikan dalah kemampuan sumber daya manusia dari organisasi dalam mengoprasikan dan memelihara sistem agar dapat berfungsi optimal dan berkesinambungan. Kemampuan dan kendala sistem yang tinggi dalam jangka panjang menjadi kurang berpengaruh apabila kemampuan SDM didalam organisasi tidak di tingkatkan.[2]
B.       Improving Performance (Meningkatkan Kinerja)
1.    Definisi Peningkatan kinerja
Peningkatan atau improving adalah proses atau usaha atau kegiatan meningkatkan mempertinggi kualitas produk. Kinerja atau performance adalah kemampuan kerja peserta didik untuk menggunakan atau mengaplikasikan kecakapan baru yang diperoleh.
Jadi, peningkatan kinerja ialah usaha atau kegiatan mempertinggi kualitas produk sehingga pembelajaran lebih efektif dan membawa perbaikan atau kemajuan dalam hal kemampuan kerja/kapabilitas/kecakapan peserta didik yang dapat diaplikasikan pada kehidupan sebenarnya.
2.    Objek peningkatan kinerja
Objek peningkatan kinerja adalah perorangan maupun organisasi, sebab teknologi pendidikan memiliki kekuatan untuk meningkatkan produktivitas di tingkat individu (peserta didik, guru, perancang pembelajaran), serta organisasi.
a.    Meningkatkan kinerja belajar seseorang (improving individual learnrer performance)
Teknologi pendidikan dapat meningkatkan kinerja belajar seseorang karena :
1.    Teknologi membuat pengalaman belajar lebih bernilai (More Value Learning)
Teknologi pendidikan dapat meningkatkan kinerja belajar seseorang dengan cara membuat peserta didik mengalami pengalaman belajar yang lebih bernilai. Dan pengalaman belajar yang lebih bernilai dapat dialami peserta didik bila pembelajaran difokuskan pada tujuan bukan pada tes atau ujian yang kurang berbobot seperti tes tertulis. Sebab tes atau ujian semacam itu memang berguna untuk mengukur aspek kognitif atau pengetahuan tetapi kurang tepat untuk digunakan mengukur kemampuan peserta didik dalam hal aplikasi dan pemecahan masalah. Jadi penilaian hasil belajar tidak dapat berdasarkan hasil tes/ujian tertulis saja, namun harus mempertimbangkan bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai sehingga pengajar dapat berkreasi merancang penilaian yang tepat. Dengan cara demikian peserta didik akan lebih termotivasi dan kinerja belajar mereka akan meningkat.
2.    Teknologi pendidikan mengadaptasi kecerdasan majemuk atau ganda (Multiple Intelligences)
Teknologi pendidikan dapat meningkatkan kinerja belajar seseorang dengan cara mengukur kemampuan peserta didik tidak hanya secara akademis atau yang berkaitan dengan kecerdasan linguistik dan logika tetapi juga diimbangi dengan kecerdasan lainnya seperti
·      Kecerdasan musik
·      Spasial (kecerdasan visual dan gambar)
·      Kinestetik (ketangkasan gerak tubuh)
·      Interpersonal (kecerdasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain)
·      Intrapersonal (kecerdasan emosional)
Kecerdasan linguistik dan logika sebagai acuan hasil belajar saat ini dipandang sebagai acuan yang sempit dan terbatas. Teknologi pendidikan menyakini bahwa peserta didik mampu mempunyai kecerdasan ganda, sehingga guru harus mengadaptasi kecerdasan ganda sebagai referensi atau acuan hasil belajar. Dengan cara demikian kinerja belajar seseorang pasti akan meningkat.
3.    Teknologi pendidikan memperhatikan area/domain dan tingkat sasaran
Teknologi pendidikan dapat meningkatkan kinerja belajar seseorang dengan cara setiap kegiatan pembelajaran harus memperhatikan area/domain di mana pembelajaran itu berlangsung. Ada tiga klasifikasi atau taksonomi dari domain pembelajaran yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4.    Teknologi pendidikan menganjurkan transfer pembelajaran dalam pendidikan formal (transfer of learning in formal education)
Teknologi pendidikan dapat meningkatkan kinerja belajar seseorang dengan cara memberi kesempatan pada peserta didik untuk melatih pengetahuan baru mereka di luar kelas, disituasi yang baru, atau di lingkungan nyata. Ini disebut transfer belajar. Pengetahuan yang dipelajari di kelas bersifat terbatas bila peserta didik tidak mempraktikkan keterampilan baru dalam konteks dunia nyata.
5.    Teknologi Pendidikan  Menganjurkan Transfer Pelatihan Dan Pengelolaan Lembaga (Transfer of Training in Corporate Settings)
Teknologi pendidikan dapat meningkatkan kinerja belajar seseorang dengan cara yang disebut transfer pelatihan yaitu
a.    Memanfaatkan teknologi lunak atau (soft-tech) yakni: pendekatan sistematis dalam desain pembelajaran. Dalam pendekatan ini, guru atau perancang pembelajaran tidak hanya fokus pada kegiatan setelah pembelajaran tetapi juga kegiatan sebelum pembelajaran dan selama pembelajaran.
b.    Memanfaatkan teknologi keras (hard-tech) yakni penciptaan dan penggunaan lingkungan (tempat latihan) mana peserta didik dapat berlatih menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam situasi nyata.
b. Meningkatkan kinerja guru dan perancang pembelajaran (improving performance of teachers and designer)
Teknologi pendidikan dapat meningkatkan kinerja guru atau pihak-pihak yang merancang pembelajaran karena :
1.    Teknologi Pendidikan Menghemat Waktu Pembelajaran
Dengan desain dan strategi pembelajaran yang tepat akan membawa peserta didik mencapai tujuan belajar dengan lebih cepat sehingga hal ini menghemat waktu pembelajaran dan meningkatkan efektivitas pembelajaran.
2.    Teknologi Pendidikan Menghemat Pengeluaran Pembelajaran / Menguntungkan Dari Segi Biaya (Creating More Cost Beneficial Instruction)
Dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, maka lembaga pendidikan mampu melakukan intruksi lebih banyak dan mendapat hasil yang baik dengan sumber daya yang terbatas atau minim, sehingga keuangan dapat dialokasikan untuk hal-hal lainnya.
3.    Teknologi Pendidikan Membuat Pembelajaran Lebih Manusiawi/Menarik (Creating More Humane Instruction)
Teknologi pendidikan membantu menciptakan intruksi yang lebih menghormati nilai-nilai kemanusiaan sehingga lebih menarik bagi peserta didik, pembelajaran yang menarik memiliki sifat-sifat berikut ini :
·      Memberi sesuatu yang menantang peserta didik
·      Membangkitkan Harapan
·      Relevan dengan pengalaman masa lalu peserta didik dan kebutuhan masa depan mereka
·      Memiliki unsur humor atau menyenangkan
·      Memberi sesuatu yang baru untuk menarik perhatian peserta didik
·      Melibatkan intelektual dan emosional
·      Menggunakan beberapa bentuk presentasi misalnya audio dan visual

4.    Teknologi Pendidikan Menghormati Nilai-Nilai Kemanusiaan (Respecful Of Human Values)
Teknologi pendidikan menganjurkan inovasi-inovasi yang memajukan nilai kemanusiaan dan membebaskan orang dari cara cara mendidik yang tidak manusiawi seperti pemberian hukuman dan cara mendidik yang membosankan. Inovasi inovasi tersebut memberikan peran yang lebih besar kepada peserta didik, contohnya :
·      Menerapkan sistem dunia mikro berbasis komputer dan permainan simulasi. dunia mikro adalah model lingkungan mini yang dikondisikan seperti lingkungan sebenarnya sehingga peserta didik dapat melakukan eksperimen dalam rangka mempelajari dan menguasai pengetahuan baru.
·      Menerapkan penyelidikan berdasarkan sumber daya web. Metode ini merangsang rasa ingin tahu peserta didik, dan menempatkan peserta didik sebagai subjek yang menguasai tindakan sehingga mereka dapat menentukan sendiri urutan eksperimen mereka.

c.    Meningkatkan kinerja organisasi
Teknologi pendidikan dapat meningkatkan kinerja organisasi karena :
1.    Teknologi pendidikan mengenalkan Efisiensi dan efektivitas
Efektif artinya tepat efisien artinya hemat waktu tenaga dan biaya Jadi dengan desain pengembangan dan intruksi yang tepat maka organisasi si dapat menggunakan sumber daya yang terbatas untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
2.    Teknologi pendidikan meningkatkan peran seseorang dalam organisasi
Contohnya
·      Fungsi-fungsi pembelajaran dapat disajikan melalui teknologi karena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
·      Teknologi dapat dimanfaatkan untuk mengelola pekerjaan guru atau pendidik dalam organisasi contohnya yaitu adanya pembagian kerja spesialisasi dan kerjasama tim
·      Banyak lembaga pendidikan memanfaatkan teknologi dengan membuat dan menawarkan modul pembelajaran online
3.    Teknologi terbukti memajukan bisnis
Peran teknologi dalam bisnis tidak diragukan lagi sebab teknologi dapat menggantikan kerja manusia. Demikian pula Teknologi akan mendatangkan manfaat bagi organisasi pendidikan khususnya teknologi informasi.
4.    Teknologi terbukti berperan dalam program nasional pendidikan dasar 12 tahun
Dalam program pendidikan dasar 12 tahun teknologi berperan menjalankan fungsi-fungsi fungsi-fungsi administrasi demikian pula teknologi akan meningkatkan kinerja organisasi pendidikan dalam fungsi administrasi. Untuk fungsi yang lain yaitu menyediakan pendidikan.
5.    Teknologi memungkinkan adanya sekolah-sekolah virtual
Sekolah Virtual yaitu sekolah yang mengajarkan mata kuliahnya atau mata pelajarannya melalui metode online. Dalam sekolah ini siswa berhubungan dengan guru dan siswa lainnya melalui alat komunikasi web, telepon, email, dan praktik komunikasi teknologi lainnya. Jadi teknologi dapat membantu meningkatkan kinerja organisasi sekolah dengan menyediakan perangkat lunak dan perangkat keras sehingga organisasi dapat memperluas jangkauan mereka.
6.    Teknologi pendidikan terbukti memajukan pendidikan tinggi
Banyak lembaga pendidikan tinggi yang mampu menjangkau peserta didik yang jauh dengan biaya yang sedikit dengan bantuan teknologi berbasis internet.
7.    Teknologi pendidikan meningkatkan peran kelompok dalam berorganisasi
Teknologi membantu menyelesaikan tugas masing-masing seksi sehingga memperlancar kegiatan organisasi. Hal ini akan menyebabkan kinerja organisasi meningkat.[3]
C.      Create (Mencipta)
Mencipta berkaitan dengan penelitian, teori dan praktek dalam menciptakan lingkungan belajar dalam latar yang berbeda-beda, baik formal dan nonformal. Ruang lingkup mencipta meliputi berbagai kegiatan bergantung pada pendekatan desain yang digunakan. Langkah generik (Annalysis, Desaign, Development, Implementation, Evaluation).[4]
D.      Desain Instruksional
1.      Pengertian Desain Instruksional
Pengertian tentang desain instruksional dikemukakan oleh beberapa tokoh berikut:
a.       Reigeluth, mengemukakan bahwa desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang.
b.      Rothwell & Kazanas, merumuskan desain pembelajaran terkait dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi.
c.       Gentry, mengemukakan bahwa desain pembelajaran suatu proses yang merumuskan dan menentukan tujuan pembelajaran, strategi, teknik, dan media agar tujuan umum tercapai.
d.      Reiser, mengemukakan bahwa desain pembelajaran berbentuk rangkaian prosedur sebagai suatu sistem untuk pengembangan program pendidikan dan pelatihan dengan konsisten dan teruji.[5]
Desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Dapat pula dikatakan bahwa desain pembelajaran adalah proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba, dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk memahami lebih jauh tentang teori dan aplikasi desain pembelajaran.[6]
2.      Definisi Belajar
Belajar merupakan perubahan terus-menerus dalam kinerja manusia atau potensi kinerja sebagai hasil dari pengalaman belajar dan interaksi dengan dunia. Definisi mengenai belajar dapat dikelompokkan menjadi lima aliran yang dianggap besar dan sangat dominan dalam mempengaruhi praktek pembelajaran, yaitu:
1)   Aliran Humanisme
Aliran humanisme merupakan aliran yang menekankan pentingnya kebebasan individu peserta didik. Dalam proses pengajaran peserta didik harus bebas menentukan apa yang perlu dipelajari, bagaimana mempelajarinya, kapan dan dimana proses belajar tersebut dilakukan. Dengan kebebasan seperti itu beraryi dalam proses belajar peserta didik mendapat kesempatan untuk mencoba ide dan sekaligus menerima akibat dari percobaan tersebut.
Seberapa lama waktu belajar yang dibutuhkan peserta didik dan proses seperti apa yang ditempuh tidak boleh menjadi fokus utama pengajar. Pengajar tidak boleh mengganggu proses belajar peserta didik karena gangguan tersebut dapat merusak perkembangan peserta didik. Tugas pengajar adalah mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik dan memberi kesempatan kepadanya untuk mendayagunakan kemampuan maksimal yang dimiliki untuk memecahkan masalah yang beranfaat bagi kehidupan nyata pengajar hanya memberikan petunjuk singkat apabila benar-benar diperlukan peserta didik.
2)   Behaviorisme
Menurut aliran ini, belajar adalah proses perubahan perilaku yang harus dapat diamati oleh orang lain, termasuk oleh pengajar. Peserta didik dinyatakan berhasil dalam belajar apabila sudah dapat memecahkan masalah dengan menunjukkan perilaku secara kasat mata. Untuk melihat keberhasilan ini, pengajar membuat alat ukur yang disebut tes dan alat pengukuran lainnya.
Menurut aliran ini, tugas pokok pengajar adalah mengelola atau menciptakan kondisi lingkungan belajar seperti ruangan, tata letak kursi dan meja belajar, menyediakan bahan pembelajaran, menggunakan metode dan media pembelajaran, menggunakan pujian, penguatan yang positif dan negatif, bahkan bila terpaksa memberikan hukuman yang efektif untuk membuat peserta didik berubah menjadi lebih baik. Pengajar mempunyai peran untuk ikut menentukan rencana pembelajaran bersama peserta didik, mendorong, dan bersama peserta didik aagar mengikuti proses belajar menuju tercapainya hasil belajar yang telah ditentukan sebelumnya.
3)   Kognitivisme
Aliran kognitivisme diterapkan dalam pengajaran yang berorientasi pada perkembangan berpikir peserta didik. Proses pengajaran yang di dalamnya melibatkan lingkungan peserta didik seperti metode, bahan ajar, media, dan sarana diatur oleh pengajar agar sesuai dengan karakteristik peserta didik, khususnya tingkat perkembangan berpikirnya. Proses belajar akan menarik dan efektif bila sesuai dengan kematangan jiwa peserta didik.
Adanya perbedaan perkembangan berpikir dan pengetahuan awal pada peserta didik, maka pengajar perlu memberikan perlakuan atau fasilitas secara individual walaupun mereka belajar dalam kelas atau melibatkan masa dalam jumlah yang besar. Setiap peserta didik perlu difasilitasi agar dapat maju secara berkelanjutan menurut kecepatan berpikir masing-masing, mengelola waktu belajranya sesuai dengan kesempatan masing-masing dan menentukan tempat belajar yang paling memungkinkan bagi ketenangan berpikir dirinya.
4)   Konstruktivisme
Aliran ini memfokuskan pada pengembangan kemampuan peserta didik untuk membangun atau mengonstruksi sendiri pengetahuan baru melalui proses berpikir mensintesis pengetahuan dan pengalaman lama dan baru. Kemampuan mengonstruksi pengetahuan sangat penting sebagai jalan untuk meningkatkan daya cipta, kreativitas, dan menghasilkan sesuatu yang baru bagi peserta didik dan pihak lain. Peran pengajar adalah menyediakan sumber pembelajaran dan memfasilitasi terjadinya pengalaman praktis serta memberikan kebebasan berpikir pada peserta didik.
5)   Cybernetisme
Aliran ini memandang bahwa otak manusia aktif memproses informasi. Peserta didik menangkap rangsangan melalui panca inderanya, baik dalam bentuk obyek benda, data, maupun peristiwa kemudian memerhatikan atau mengabaikan, memilih sebagian atau menerima seluruhnya, dan membuat reaksi dengan membuat respon. Peserta didik mencari informasi untuk memecahkan masalah dengan cara mengorganisasikan apa yang telah diketahui dan mensintesisnya sehingga mengantarkannya pada kesimpulan dalam bentuk haisl belajar yang baru.
Fungsi pengajar adalah menraik perhatian peserta didik agar pikiran, fisik, dan sikapnya tertuju pada materi pembelajaran yang akan dibahas. Pengajar pelu memisahkan materi pembelajaran yang penting dengan menggunakan lambang-lambang yang menarik perhatian, mengaitkan materi yang baru dengan yang lama, dan memberi kesempatan mengulang materi yang dipelajari sesering mungkin.[7]
3.    Sifat Desain Pembelajaran
1)   Berorientasi pada peserta didik.
Desain pembelajaran harus mengacu kepada peserta didik. Setiap individu peserta didik dipertimbangakan memiliki kekhasan masing-masing dalam hal karakteristik umum, kemampuan awal atau prasyarat, dan gaya belajar.
2)   Alur berpikir sistem atau sistematik.
Konsep sistem dan pendekatan sistem diterapkan secara optimal dalam desian pembelajaran sebagai kerangka berpikir. Sistem sebagai rangkaian komponen dengan amsing-masing fungsi yang berbeda, bekerja sama dan berkoordinasi dalam melaksanakan suatu tujuan yang telah dirumuskan. Rumusan ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar jika diuraikan seperti suatu sistem.
3)   Empiris dan berulang.[8]
4.    Model desain instruksional
Beberapa model desain instruksional di antaranya yaitu:
1.    System Approach for Education (SAFE)
Model ini diciptakan oleh Corrigan. Berdasarkan pandangan dari langkah-langkah, model ini mengidentifikasi strategi alternatif pemecahan masalah, mendesain pengelolaan atau rencana pelaksanaan setiap alternatif, merumuskan tujuan penampilan, dan sebagainya.
2.    Michigan State University Instructional Systems Development Model
Model ini diciptakan oleh Barson. Model ini menentukan tujuan pendidikan umum.
3.    Project MINERVA instructional Systems Design
Model ini diciptakan oleh Tracey. Model ini sesuai untuk pengembangan diklat.
4.    Teaching Research System
Model ini diciptakan oleh Hamreus.
5.    Banathy Instructional Devlopment System
Model ini diciptakan oleh Banaty.[9]




[2] Eny Dwi Suharyti,  Fasilotas Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi Terhadap Eveltivitas Belajar Mahasiswa, Tabun, Volume 1, Nomor 2, 2013, hlm. 739.
[3] Edy Siswoko, Kajian Buku “Educational Tecnology” Chapter III “Improving Performance”, Februari 2016, STT Bethany Surabaya, hlm. 2-6.
[5]Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 15-16
[7]Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern: Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 15-21
[8]Dewi Salma Prawiradilaga, Op. Cit., hlm. 20-22
[9]Atwi Suparman, Op.Cit., hlm. 93

0 komentar:

Posting Komentar

 
Nailal Izzah Blog Design by Ipietoon