TEKNOLOGI PENDIDIKAN "PEMANFAATAN MEDIA DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA"


PEMANFAATAN MEDIA DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA
A.    Pengertian Media Pendidikan
            Kata media berasal dari bahasa latin dan  merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiyah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, ftgrafis, atau elektronisuntuk mengnangkap, memproses, dan menyusun kembali infornasi visual dan verbal.
            Istilah media sangat popuar dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, pembelajaran sengaja dipakai sebagai padanan kata dari kata instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang lebih luas dari pengajaran, jika kata pengajaran dalam konteks guru dan siswa di kelas (ruang) atau forma maka pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri guru secara fisik. Dalam hal ini yang ditekamkan adalah proses belajar mengajar dan adanya usaha-usaha terencana dalam memanipulasi sumber-sumber agar terjadi prosesbelajar pada diri siswa.[1]
            Sedangkan Oemar Hamaik mendefinisikan, media sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam porses pendidikan dan pengajaran disekolah. Media pembelajaran merupakan pernatara atau alat untuk memudahkan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.[2]
             Asosiasi Teknologi dan Komunikasi (Assosiation Of Education And Communication Technology/AECT) di Amerika misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak ataupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat didengar, dilihat dan dibaca.
            Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan-persamaannya yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses beajar terjadi.[3]
            Dengan demikian dapat dipahami bahwa media pembelajaran adalah alat, metodik dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam ranga lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan pengajaran disekolah
B.     Klasifikasi Media Pendidikan
Klasifikasi bisa diartikan dengan pengelompokkan, sedangkan media berarti alat atau bahan. Dapat disimpulkan bahwa klasifikasi media yaitu pengelompkokan atau bahan ajar sesuai dengan jenisnya guna membantu proses berjalannya pembelajaran yang lebih efektif lagi.
Media pembelajaran banyak sekai jenis dan macamnya. Mulai dari yang paling sederhana dan murah samai media yang paling canggih dan mahal harganya. Beberapa media yang paling akrab dan hampir semua sekolah memanfaatkan adalah media cetak (buku dan papan tulis). Selain itu, banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan jenis media lain seperti gambar, model, overhead projektor (OHP)  dan obyek-obyek nyata. Sedangkan media lain seperti kaset, audio, video, VCD, slide (film bingkai), serta program pembelajaran komputer masih jarang digunakan meskipun sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru. Meskipun demikian, sebagai seorang guru alangkah baiknya mengenal beberapa jenis media pembeajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar mendrong kita untuk mengadakan dan memanfaatkan media tersebut dalam kegiatan pembeajlaran dikelas.
Menurut Anderson mengelompokan media menjadi sepuluh golongan yaitu, audio, cetak, audio cetak, proyeksi, visual diam, proyeksi audio visual diam, visual gerak, audio visual gerak, obyek fisik, manusia dan lingkungan dan komputer. Sementara itu, dari sekian banyak jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam pembeajaran, Henich dkk membuat kasifikasi media yang lebih sederhana seperti, media yang tidak diproyeksikan, media yang diproyeksikan, media audio, media video, media berbasis kmputer dan multimedia kit.
Dari beberapa pengelompokkan media tersebut, kita dapat melihat bahwa hingga kini belum ada suatu pengelompokkan media yang mencakup segala aspek, khususnya untuk keperluan pembelajaran. Pengelompokkan yang ada, dilakukan atas bermacam-macam kepentingan. Masih ada  pengelompokkan yang dibuat oleh ahli lain. Namun apapun dasar yang digunakan dalam pengelompokkan itu, tujuannya sama yaitu agar orang lebih mudah mempelajarinya.
Sebagai seorang guru, sebaiknya mengikuti perkembangan terkni khususnya yang berkaitan dengan media pembelajaran. Sehingga paling tidak kita dapat lebih mengenalnya. Beberapa jenis media tentu pernah digunakan, beberapa jenis yang lain mungkin juga sudah dikenal meskipun belum pernah menggunakannya dalam pembelajaran. Jenis media mana yang akan kita gunakan, sangat tergantung pada kebutuhan dan kondisi yang ada dilapangan.[4]
           
C.    Fungsi Media Pendidikan
Dalam proses pembelajaran, hadirnya media sangat diperlukan sebab mempunyai peranan yang sangat penting serta sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Ada dua fungsi utama media pembelajaran yang perlukita ketahui, antara lain:
1)      Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran
      Sebagai alat bantu media mempunyai fungsi yang dapat melancarkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran dengan bantuan media mempertinggi kualitas kegiatan belajar mengajar peserta didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti, kegiatan belajar peserta didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil beajar yang lebih baik dari pada tanpa bantuan media.


2)      Media Pembelajaran Sebagai Sumber Belajar
      Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut. Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategri, yaitu manusia, buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan dan media pendidikan.
      Dale  (1969: 180) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat memberikan banyak manfaat asakan pendidik berperan aktif dalam pembelajaran. Hubungan peserta didik-pendidik tetap merupakan elemen paling penting dalam sistem pendidikan modern saat ini.[5]
3)      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau berkala).
4)      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.[6]
            Media difungsikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karenanya, informasi yang terdapat dalam media harus dapat melibatkan siswa, baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata, sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis, serta ditinjau dari segi prinsip-prisip belajar agar dapat menyiapkan instruksi belajar yang efektif. Disamping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menenangkan dan memenuhi kebutuhan individu siswa, karena setiap siswa memiiki kemampuan yang berbeda.
            Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Disamping itu, media pembeajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahan penafsiran data, memadatkan informasi, serta membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar.[7]



D.    Model atau Prosedur dalam Memilih Media
Pemilihan media yaitu memilih atau memilah bahan ajar mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai setelah mengetahui arti pemilihan media kita juga harus mengetahui bagaimana cara memilih media yang sesuai dengan tema materi yang akan dipelajari, sehingga pembelajaran bisa berjalan dengan baik. Pemilihan media pembelajaran harus ditentukan, apakah media yang digunakan sesuai dengan karakteristik materi yang disajikan dan dapat menarik perhatian siswa. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran diantaranya:
1)      Hambatan pengembangan dan pembelajaran yang meliputi faktor-faktor dana, fasilitas dan peralatan yang telah tersedia, waktu yang tersedia, sumber-sumber yang tersedia (manusia dan material).
2)      Persyaratan isi, tugas dan jenis pembelajaran.
3)      Hambatan dari sisi siswa dengan mempertimbangkan kemampuan dan ketrampilan awal, seperti membaca, mengetik dengan menggunakan komputer.
4)      Pertimbangan lainnya adaah tingkat kesenangan dan keefektifannya.
5)      Media sekunder harus mendapat perhatian karena pembelajaran yang berhasil menggunakan media yang beragam.[8]

Kriteria pemilihan media
Kriteria utama dalam pemilihan media pembelajaran adalah ketepatan tujuan pembelajaran, artinya dalam menentukan media yang akan digunakan pertimbangannya bahwa media tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang akan diinginkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan media ini, diantaraya:
a.       Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi, sangat menentukan bantuan media agar lebih mudah dipahami peserta didik.
b.      Kemudahan  dalam memperoleh media yang akan digunakan artinya media yang diperlukan mudah diperoleh. Media grafis umumnya mudah diperoleh bahkan dibuat sendiri oleh guru.
c.       Keterampilan guru dalam menggunkannya; apapun jenis media yang diperlukan, syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang bukan dalam medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungnya.
d.      Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung.
e.       Sesuai dengan taraf berfikir siswa;  memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa sehingga makna yang terkandung di dalamnya muda dipahami oleh siswa.[9]
Prosedur Pemilihan Media
            Menurut Arief S Sadiman ada tiga model yang dijadikan prosedur dalam pemiihan media yang digunakan yakni :
1)      Model Flaw Chart, model ini menggunakan sistem pengguguran dalam pengambilan keputusan.
2)      Model Matrik, proses pengambilan keputusan pemilihan sampai seluruh kriteria pemilihannya diidentifikasi.
3)      Model Checklist, menggunakan keputusan pemilihan sampai semua kriterianya dipertimbangkan.

E.     Media by Utilization dan by Design
            Media by design adalah media yang dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan pembelajaran guna mencapai tujuan. Misalnya media .yang dibuat .berupa media grafis, audio, dan media audio visual.
            Untuk jenis media rancangan (by design), beberapa macam cara telah dikembangkan untuk memilih media. Dalam proses pemilihan ini, Anderson (1976) mengemukakan prosedur pemilihan media menggunakan pendekatan flowchart(diagram alur). Dalam proses tersebut ia mengemukakan beberapa langkah dalam pemilihan dan penentuan jenis media, yaitu:
1.      Menentukan apakah pesan yang akan kita sampaikan melalui media termasuk pesan pembelajaran atau hanya sekedar informasi umum/hiburan. Jika hanya sekedar informasi umum akan diabaikan karena prosedur yang dikembangkan khusus untuk pemilihan media yang bersifat/untuk keperluan pembelajaran.
2.      Menentukan apakah media itu dirancang untuk keperluan pembelajaran atau hanya sekedar alat bantu mengajar bagi pendidik (alat peraga). Jika sekadar alat peraga, proses juga dihentikan (diabaikan).
3.      Menentukan apakah tujuan pembelajaran lebih bersifat kognitif, afektif atau psikomotor.
4.      Menentukan jenis media yang sesuai untuk jenis tujuan yang akan dicapai, dengan memepertimbangkan kriteria lain seperti kebijakan, fasilitas yang tersedia, kemampuan produksi dan biaya.
5.      Mereviw kembali jenis media yang dipilih, apakah sudah tepat atau masih terdapat kelemahan, atau masih ada alternatif jenis media lain yang lebih tepat.
6.      Merencanakan, mengembangkan, dan memproduksi media.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran akan memberi kontribusi terhadap efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran. Berbagai hasil penelitian pada intinya menyatakan bahwa berbagai macam media pembelajaran memberikan bentuan sangat besar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Namun demikian, peran tenaga pengajar itu sendiri juga menentukan terhadap efektifitas penggunaan media dalam pembelajaran.[10]
Media belajar karena dimanfaatkan (by utilization) adalah media yang sudah ada dimanfaatkan oleh sekolah guna menunjang pelaksanaan proses pembelajaran serta media belajar yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, diaplikasikan, dan digunakan untuk keperluan belajar. Contohnya adalah media yang ada dilingkungan sekolah, bahkan diluar.
Mengingat begitu luasnya sumber belajar atau media belajar, maka perencanaan yang matang mesti dilakukan. Beberapa sumber belajar yang dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan adalah:
1.       Perpustakaan
Selama ini perpustakaan disekolah hanya sebagai pelengkap. Padahal keberadaannya sangat penting sebagai salah satu sumber belajar. Perpustakaan dapat digunakan sebagai sarana peningkatan wawasan dan pengetahuan, meningkatkan minat dan kebiasaan membaca siswa, sarana pencarian pengetahuan/informasi dan perpustakaan pun dapat digunakan sebagai tempat diskusi, ajang bertukar pikiran antara kelompok belajar. Oleh karena itu sebuah perpustakaan  harus memnuhi persyaratan minimal yang meliputi: perpustakaan dikelola secara baik, tersedianya literature (sumber bacaan) baik berupa buku pelajaran, berbagai bacaan, majalah, kamus dll, memiliki ruang atau tempat yang memadai dan nyaman sehingga siswa betah berlama-lama diperpustakaan, kemudahan siswa untuk memanfaatkan segala fasilitas yang ada di perpustakaan untuk menunjang proses pembelajaran.
2.         Media belajar/Alat peraga
      Media belajar yang dimaksud adalah berbagai alat, bahan yang bias digunakan untuk membantu dalam penyampaian materi pembelajaran. Media tersebut baik dibuat sendiri maupun karya orang lain. Berbagai media yang ada perlu digunakan secara optimal dan tentu saja harus dipelihara dan dijaga kelayakannya. Media yang telah rusak segera diperbaiki bahkan diganti. Media yang belum ada dan sekiranya berguna perlu dipikirkan untuk dimiliki, dengan cara membeli atau mengajukan bantuan.
      Media yang perlu dipertimbangkan untuk dimiliki terutama media elektronik (produk teknologi komunikasi). Biasanya dengan menggunakan media seperti ini pembelajaran akan lebih hidup dan siswa pun lebih antusias mengikutinya.
3.        Majalah dinding
        Sumber belajar ini layak dipertimbangkan terutama bagi pembelajaran bahasa Indonesia/inggris. Madding dapat menjadi sarana penyebar informasi atau pengetahuan dari hasil karya siswa baik berupa karangan, puisi, cerpen dll. Disamping itu madding bisa menjadi motivasi bagi siswa untuk senang membaca, terdorong berkarya sekaligus bias saling belajar atau menilai antar karya satu dengan yang lainnya.
 Dalam pengelolaanya perlu bimbingan dan pembinaan dari guru terutama guru bahasa. Sedangkan dalam pelaksanaannya bias dibentuk sebuah pengurus madding ditiap kelas atau tingkat sekolah. Mereka bertanggung jawab untuk mengelola madding secara baik dan berkesinambungan.
      Disamping memanfaatkan sumber belajar yang ada, guru dituntut untuk mencari dan merencanakan sumber belajar lainnya baik hasil rancangan sendiri ataupun sumber yang sudah ada di sekeliling sekolah dan masyarakat.
Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dan berada di masyarakat misalnya Mengunjungi museum sesuai dengan materi (museum uang, museum sejarah atau museum hewan), Study tour mengunjungi gedung geologi, lembaga pemasyarakatan atau lembaga pemerintahan, Mengunjungi tempat ibadah, pasar, mal (tempat belanja), Mendatangkan tokoh untuk diskusi (polisi dan dokter membahas narkoba, anggota DPR membahas pemerintahan daerah dll).[11]



                [1] Rostina Sundayana, Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika (Bandung: ALFABETA, 2014), hlm. 4-6.
                [2] Umar, Media Pendidikan: Peran dan fungsinya dalam pembelajaran, Jurnal Tarbawiyah Volume 11 Nomor 1, Januari-Jui 2014, hlm. 133.
                [3]Arief S. Sadiman.dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1996), Hlm. 6.
                [4] Nasrudin Hasibuan, Implementasi Media Pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam, Jurnal Darul ‘ilm vol.4 No.01, Januari 2016,  hlm. 29-31
                [5] Ihsan El Khuluqo, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2017), Hlm.144-146.
                [6]Arief S. Sadiman.dkk, Op.,Cit, Hlm. 16
                 [7]Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 19-21
                [8]Cecep Kustandi.,Op.,Cit, Hlm.78-79
[9] Rostina Sundayana., Op.,Cit, Hlm.17
                [10]Ihsana El Khuluqo,.Op.,Cit, hlm.162-164
                [11] http://rifkitpunbara.blogspot.com/2012/11/sumber-belajar-by-design-by-utilization.html (dikutip pada hari Senin tanggal 25 Maret 2019 pukul 13:50 WIB)

TEKNOLOGI PENDIDIKAN "PERANAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN"


PERANAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN
A.  Urgensi Teknologi Pendidikan
Masyarakat Indonesia sekarang ini dan di masa mendatang merupakan masyarakat yang berbudaya teknologi, yaitu bahwa perkembangan teknologi telah berlangsung sedemikian rupa hingga tersebar luas dan memengaruhi segenap bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Oleh karena itu, teknologi perlu digunakan secara lebih bermakna, berdayaguna dalam bidang pendidikan.
Perkembangan teknologi komunikasi sebagai artefak telah berlangsung begitu pesat hingga menembus batas-batas negara bahkan kedaulatan atas wilayah. Arus komunikasi yang mengalir dari negara maju tidak mungkin dibendung dengan regulasi.[1]

B.  Unsur-Unsur Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan dapat dirumuskan sebagai suatru bidang, sabagai suatu bidang deskripsi unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
1.    Suatu bidang yang berkepentingan dengan kegiatan belajar
2.    Kegiatan itu dilaksanakan secara sistematis
3.    Cara sistematis itu meliputi  identifikasi pengembangan, pengorganisasian dan penggunaan segala macam sumber belajar
4.    Kepentingan itu juga meliputi pengelolaan kegiatan[2]
C.  Teknologi Pendidikan dalam Era Digital
1.    Internet
Adalah sebuah perpustakaan raksasa dunia yang didalamnya terdapat jutaan bahkan miliaran informasi atau data yang dapat berupa text, grafic, audio, animasi maupun digital konten lainnya.
Internet kependekan dari inter-network.  Secara harfiah mengandung pengertian sebagai jaringan yang menghubungkan beberapa rangkaian. Sejalan dengan berkembangnya internet, banyak aktivitas yang dilakukan dengan memanfaatkan jaringan internet, seperti e-Commere, e-Banking, eoGoverment, e-Learning, dan lainnya.
Internet sebagai hasil dari perkembangan teknologi tentunya memiliki pengaruh dalam dunia pendidikan. Secara tidak langsung internet mendorong dunia pendidikan untuk menyesuaikan dengan arus informasi globalisasi, secara langsung internet dapat digunakan sebagai sumber dan media pembelajran bagi peserta didik dalam mengembangkan illmu pengetahuan.[3]
2.    Web Based Instruction (atau Learning)
Adalah model belajar yang memanfaatkan potensi jaringan untuk menciptakan interaksi belajar. Untuk itu, teori belajar diajukan agar pembelajaran yang didesain tetap mengutamakan proses belajar.
3.    Distance Learning (Belajar Jarak Jauh)
Adalah proses belajar dimana antara pengajar dan peserta didik tidak terjadi  tatap muka langsung melainkan terpisah jarak.
Belajar jarak jauh sering menggunakan penyajian materi dengan teknik atau format modul. Belajar jarak jauh bisa saja dilakukan dengan menggabungkan lebih dari satu bentuk pengiriman dan penyampaian materi kepada peserta didik.
4.    Hybrid Learning
Menurut Smaldino Hybrid Learning adalah kombinasi e-learning dengan pembelajaran tatap muka langsung. Istilah ini muncul ketika masyarakat sadar atas keunggulan dan keterbatasan dari e-learning yang berbasis teknologi digital ini. Salah satu keterbatasan yang menonjol adalah teknologi digital tidak akan pernah dapat menggantikan kehadiran sosok guru atau pengajar di kelas.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pembelejaran tatap muka bersama pelajar. Pengajar atau guru diunggulkan untuk membina sikap, perilaku peserta didik. Interkasi tatap muka diterapkan untuk mengatasi ketebatasan dari online learning tadi.[4]
5.    Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan observasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar dengan menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. [5]
Pembelajaran berbasis proyek dapat merupakan pendekatan, strategi, atau metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, bersifat antar disiplin ilmu (integrasI mata pelajaran), dan berjangka panjang.[6]
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) dilakukan untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dengan cara membuat karya atau proyek yang terkait dengan materi ajar dan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik.
Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa melakukan aktivitas belajar saintifik berupa kegiatan : 1) bertanya; 2) melakukan pengamatan, 3) melakukan penyelidikan atau percobaan; 4) menalar; 5) menjalin hubungan dengan orang lain dalam upaya memperoleh informasi atau data.[7]
Keuntungan pembelajaran berbasis proyek menurut Moursund antara lain sebagai berikut.
a.    Increased motivation
Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang menyatakan bahwa siswa snagt tekun, berusaha keras untuk menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih bergairah dalam pembelajaran, dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang.
b.    Increased problem-solving ability
Lingkungan belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks.
c.    Improved library research skills
Karena pembelajaran berbasis proyek mempersyaratkan siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi, maka keterampilan siswa untuk mencari informasi akan meningkat.
d.    Inceasted collaboration
Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memrlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan ikomunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek.
e.    Increased resource-management skills
Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.[8]
6.    Pembelajaran Berbasis Komputer
Komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat dan dapat menerima informasi input digital, kemudian memprosesnya sesuai dengan program yang tersimpan di memorinya dan menghasilkan output berupa informasi.
Komputer awalnya digunakan amat terbatas, hanya untuk keperluan menghitung tidak lagi hanya digunakan untuk pengolahan kata (word processor) tetapi juga sangat memungkinkan sebagai sarana belajar untuk keperluan pendidikan.
Kecenderungan menggunakan media komputer dalam bidang pendidikan sudah mulai tampak sejak tahun 1970-an, kini pemanfaatan teknologi komputer telah banyak memberikan kontribusi terhadap proses pembelajaran salah satunya yaitu dengan penerapan pembelajaran berbasis komputer.[9]
Pembelajaran berbasis komputer adalah pembelajaran yang menggunakan komputer sebagai alat bantu. Melalui pembelajaran ini bahan ajar doisajikan melalui komputer sehingga kegiatan proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan menantang bagi siswa. Dengan rancangan pembelajaran komputer yang bersifat interaktif, akan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.


Menurut Simon terdapat tiga model penyampaian mater pembelajaran berbasis komputer, yaitu sebagai berikut.
a.    Latihan dan praktik
Dalam model pembelajaran berbasis komputer ini siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah untuk dipecahkan, kemudian komputer akan memberi respons (umpan balik) atas jawaban yang diberikan siswa.
b.    Tutorial
Model pembelajaran berbasis komputer ini menyediakan rancangan pembelajaran yang kompleks yang berisi materi pembelajaran, latihan yang disertai umpan balik.
c.    Simulasi
Model pembelajaran berbasis komputer ini menyajikan pembelajaran dengan sistem simulasi yang berhubungan dengan materi yang dibahas.
Gambar-gambar multimedia melalui komputer akan berusaha secermat dan senyata mungkin melukiskan konsep/prinsip dalam suatu pembelajaran yang bersifat abstrak dan kompleks menjadi sesuatu yang nyata, sederhana, sistematis dan sejelas mungkin.
Dengan demikian, penggunaan pembelajaran melalui komputer dalam pembelajaran akan membuat kegiatan pembelajaran berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
Keuntungan pembelajaran berbasis komputer yaitu sebagai berikut.
a.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara individual
b.     Menyediakan presentasi yang menarik dengan animasi
c.      Menyediakan pilihan isi pembelajran yang banyak dan beragam
d.     Mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar
e.      Mampu mengaktifkan dan menstimulasi metode mengajar dengan baik
f.      Meningkatkan pengembangan pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan
g.     Merangsang siswa belajar dengan penuh semangat, amteri yang disajikan mudah dipahami siswa.
h.     Siswa mendapat pengalaman yang bersifat konkret, retensi siswa meningkat
i.       Memberi umpan balik secara langsung
j.       Siswa dapat menentukan sendiri laju pembelajaran
k.     Siswa dapat melakukan evaluasi diri[10]
7.    Pembelajaran Berbasis Elektronik (E-Learning)
Kata e-learning terdiri dari dua bagian, yaitu e’ yang merupakan sinngkatan dari “electronica” dan “learning” yang berarti “pembelajaran”. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan perangkat komputer atau perangkat elektronika lainnya.
Diskusi dan interaksi keilmuan dapat terselenggara melalui tersedianya fasilitas internet dan web dengan sistem e-learning sehingga memungkinkanpeserta didik untuk mengakses informasi secara fleksibel tanpa terbatas waktu dan tempat.
E-learning memiliki peranan dalam proses pembelajaran. Jika dibandingkan, e-learning memiliki manfaat yang lebih dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan lembaga P3AILP3 UNEJ bahwa terdapat beberapa keunggulan e-learning dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, yaitu:
a)    Fleksibilitas dari sisi waktu dan tempat
b)   Fleksibel dari fasilitas dan lingkungan belajar
c)    Suasana tidak menegangkan
d)   Mudah meremajakan materi[11]
E-learning merupakan sistem pembelajaran secara elektronik, menggunakan media elektronik, internet, komputer  dan file multimedia (suara, gambar, animasi dan video). E-learning itu proses pembelajaran secara elektronik disini bukan semata-mata peralatannya, tapi juga meliputi metode dan medianya , bagaimana kita berbagi ilmu dan pengetahuan, men-download materi perkuliahan, meng-upload tugas, melakukan diskusi dengan  dosen dan sebagainya, dilakukan secara elektronis.[12]
Pada pihak lain disebutkan bahwa pembelajaran e-learning merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya.[13]
Keuntungan dan manfaat E-learning antara lain :
a.    Real-time & on-demands online information
b.    Mobility access, fleksibel dan praktis (dapat dilaksanakan kapan saja sesuai keinginan kita)
c.    Menjangkau diwilayah geografis yang luas
d.    User friendly, bebas dari kerepotan dan keruwetan
e.    Benefit in cost, mengurangi (menghemat) biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatab, buku-buku, perjalanan, pengadaan pendidikan dan lain-lain.
f.      Mengoptimalkan kualitas belajar
g.    Less administrative papers (bebas dari penggunaan kertas)
h.    Dapat melengkapi aktivitas belajar konvensional
i.      Cara belajar yanga aman dan sehat
j.      Alternatif media belajar dari kanak-kanak, remaja samapi orang tua, belajar fleksibel tanpa terikat jadwal dan menyenangkan
k.    Melatih pembelajar lebih mandiri dan berkembang dalam ilmu dan pengetahuan
l.      Fleksibel memilih materi yang benar-benar kita inginkan dan hanya yang kita butuhkan
m.  Sumber ilmu dan informasi yang tidak terbatas
n.    Menghemat waktu proses belajar mengajar
Pemanfaatan Teknik Informasi (TI) sebagai media pembelajaran:
a.    Komputer sebagai tool (alat)
b.    Komputer sebagai tutor
·      Komputer menampilan informasi
·      Siswa menjawab pertanyaan atau masalah yang sesuai dengan informasi yang diberikan
·      Komputer mengevaluasi jawaban siswa
·      Komputer menentukan apakah yang harus diperbuat siswa selanjutnya berdasar hasil evaluasi pada jawaban tersebut.[14]
Dukungan open source untuk E-Learning antara lain:
·      LMS, Anemalab, Forel E-Lerning LMS, OLMS, ILIAS, dan lain-lain
·      Sample project popular : Wikipedia
·      Banyak sekali scripte-learning ini yang paling popular adalah Moodle
·      Silahkan lihat koleksi script e-learning di hotscript.com
Untuk pengembangan content atau material pembelajaran, dapat dimanfaatkan berbagai program authoring di platform Linux seperti: DrawSWF, OpenOffive Impress, dan lain-lain.
Fitur-fitur yang biasanya disediakan dalam e-learning:
a.    Informasi tentang unit unit terkait dalam proses belajar mengajar
·      Tujuan dan sasaran
·      Silabus
·      Metode pengajaran
·      Jadwal kuliah
·      Tugas
·      Jadwal ujian
·      Daftar referensi atau bahan bacaan
·      Profil dan kontak pengajar
b.    Kemudahan akses ke sumber referensi
·      Diktat dan catatan kuliah
·      Bahan presentasi
·      Contoh ujian yang lalu
·      FQ (frequently asked questions)
·      Sumber-sumber referensi untuk pengerjaan tugas
c.    Komunikasi dalam kelas
·      Forum diskusi online
·      Mailing list diskusi
·      Papan pengumuman yang menyediakan informasi
d.   Sarana untuk melakukan kerja kelompok
·      Sarana untuk sharing file dan direktori dalam kelompok
·      Sarana diskusi untuk mengerjakan tugas dalam kelompok
e.    Sistem ujian online dan pengumpulan feedback[15]
D.  Peran Teknologi Pendidikan dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran
1. Proses penyusunan Silabus dan Sistem Penilaian, sampai pada pengembangan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), peru bahkan untuk memperhatikan sejumlah pertimbangan/konsep yang berkaitan dengan Teknologi Pembelajaran.
2. Sesuai dengan misinya, pembelajaran menekankan pada peningkatan kualitas belajar peserta didik melalui pencapaian kompetensi secara individual, agar mampu bersaing bak secara local, regional maupun global.
3. Pembelajaran yang juag menekankankan paada ketuntasan belajar (mastery learning) secara individual, mempersyaratkan untuk dirancangkannya program-program remedial dan pengayaan yang dapat diaplikasikan secara fleksibel.
4. Guna menacapai ketuntasan dalam pembelajaran, aplikasi CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan pendekatan keterampilan proses, sebagaimana diparadikmakan dengan PAKEM yang merupakan keharusan dalam pembelajaran.



[1] Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2004), hlm. 44-45.
[2] Yusufhadi Miarso, ibid., hlm.5.
[3] Rusman, dkk., Pembelajaran Berbasis Teknolog Informasii dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm.48-52.
[4]Dewi Salma Prawiradilaga, Wawasan Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 275-276.
[5]Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2014), hlm.23.
[6] Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm.171.
[7]Ridwan Abdullah Sani, Ibid., hlm. 174-175.
[8]Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm.147.
[9]Rusman, dkk., Pembelajaran Berbasis Teknolog Informasii dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm.47-48.
[10]Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm.203-204.
[11]Rusman, dkk., Pembelajaran Berbasis Teknolog Informasii dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm.55-58.
[12] Daryanto dan Tasrial, Konsep Pembelajaran Kreatif, (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2012), hlm.33.
[13]Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm.212.
[14]Made Wena, Ibid., hlm.34-35.
[15]Made Wena, Ibid., hlm.42-44.

 
Nailal Izzah Blog Design by Ipietoon