PROFIL

BIODATA



Nama                                    : Nailal Izzah
Tempat, Tanggal Lahir         : Pekalongan, 19 Februari 2000
Alamat                                  : Kandang Panjang Gg.7/60 RT02/02 Pekalongan Utara, Jawa Tengah.
Asal  Sekolah                       : 
     1. TK Aisyiah Bustanul Athfal Kandang Panjang
     2. SD Islam 07 Panjang Wetan
     3. SMP Negeri 8 Pekalongan
     4. SMA Negeri 2 Pekalongan
Pendidikan saat ini                 : IAIN PEKALONGAN JURUSAN PAI 
NIM                                        : 2117355




TECHNOPRENEURSHIP

TECHNOPRENEURSHIP

Technopreneur merupakan penggabungan dari dua kata yaitu teknologi dan entrepeneur. Yang artinya, technopreneur mengandung makna tentang bagaimana cara pemanfaatan teknologi yang sedang berkembang pesat untuk dijadikan sebagai peluang usaha.
Karena untuk entrepreneur itu sendiri mengandung arti sesesorang atau badan usaha yang mengelola usaha dengan keberanian untuk mengambil resiko guna mencapai keuntungan dengan mengindentifikasi peluang yang ada. Teknologi sekarang menjadi salah satu peluang yang ada.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa technopreneur itu adalah Entrepreneur yang mengoptimalkan berbagai potensi perkembangan teknologi yang sedang berkembang.

Apa saja usaha Technopreneur? Dilihat dari pengertiannya memang technopreneur merupakan pengelolaan usaha dengan menggunakan basis teknologi.
Usaha yang meliputi seseorang technopreneur adalah pengelola yang bergerak dibidang pembuatan Hp, Smartphone, Gadget, laptop, dan alat teknologi canggih lainnya. Pengusaha Technopreneur juga bisa dikatakan sebagai pengusaha yang memanfaatkan teknologi sekarang. Contohnya pengelola meningkatkan mutu operasional, mutu service dan mutu pemasaran menggunakan teknologi terbaru.
Contoh tokoh technopreneur yang sukses menggabungkan teknologi dan kegiatan entrepreneurship antara lain Bill Gates dengan Microsoft, Steve Jobs dengan Apple, Inc., Soichiro Honda dengan Honda.
Dunia teknologi yang sedang menggeliat saat ini, dengan perkembangannya yang tentu saja berkembang di seluruh penjuru dunia, menjadi peluang yang sangat patut diperhitungkan dan patut dicoba. Oleh karena hal tersebutlah dan ditambah dengan globalisasi serta inovasi teknologi memang seharusnya memaksa perusahaan untuk mengubah haluannya menjadi lebih canggih, modern dan sesuai dengan tuntutan pasar saat ini yang mengedepankan efisiensi dan efektivitas yang bisa didapatkan.banyaknya referensi yang tersedia juga di internet bisa juga menciptakan inovasi produk berupa barang/jasa yang belum ada


NISSA SABYAN : DEEN ASSALAM


IBU : DINA NURUL AINI


BOM NUKLIR : NASIDA RIA


Tipu Daya Syetan

Tipu Daya Syetan

     

Misi yang di emban syetan adalah mencari teman sebanyak-banyaknya untuk menggoyahkan keimanan seseorang. Godaan-godaan syetan dalam menjerumuskan manusia tersebut bisa berupa dengan cara menyuguhkan segala kesenangan, kenikmatan, kemaksiatan, dan kemunkaran dalam bingkai yang indah menawan. Dengan cara ini manusia diharapkan bisa terseret kedalam “samudra” buatan syetan.
           
Allah SWT berfiman ; “Sesungguhnya syetan itu hanyalah hendak mengadakan diantaramu permusuhan dan kebencian (lewat) minuman keras dan judi, dan menghalangimu daripada mengingat Allah dan daripada shalat. Oleh sebab itu, belum jugakah kamu mau berpikir?” (QS. Almaidah : 91)

            Syetan itu amat pandai menutupi kejahatan dengan kebaikan atau keberuntungan. Sepertihalnya; judi, khamer (minuman keras),dan perjinahan.
1.      Tentang Judi
Tidak ada manusia menjadi kaya dan menjadi hartawan karena berjudi. Kalaupun ada,hanyalah bersifat sementara saja, karena kekayaan dari hasil berjudi itu tidak ada keberkahannya. Berlainan dengan kekayaan yang didapat dari jalan usaha berdagang,tani, dan usaha-usaha lain yang dilakukan secara jujur.
Semisal, kalau ada seratus orang yang terlibat dalam perjudian, maka yang menang itu hanyalah beberapa orang saja. Yang menang tentu makin asyik berjudi sedang yang kalah semakin sengit ingin terus berjudi untuk menebus kekalahannya, sampai ada yang nekad memasang abis semua harta bendanya.
Seringkali pula “disiarkan” oleh syetan, hanyalah orang-orang yang menang saja dalam berjudi. Namanya, serta jumlah uang kemenangannya disiarkan sekali, sedangkan beratus-ratus orang yang kalah dengan nilai kekalahan jutaan rupiah, ditutupi dan disembunyikan (tidak di ekspos).Dengan cara inilah syetan memperhebat perjudian, sehingga menarik perhatian orang banyak untuk berjudi. Hanya manusia yang diberi hidayah oleh Allah lah, yang menghindari judi.

2.      Tentang Khamer(minuman keras)
Dokter manapun mengatakan bahwa yang namanya khamer(minuman yang memabukkan) itu tidak baik untuk kesehatan dan akan merusak pikiran. Lihat saja orang yang sedang mabuk, telah hilang ingatannya yang waras, lakunya sudah seperti hewan saja, dan omongan yang keluar dari mulutnya berisi perkataan keji. Terkadang ia menceritakan rahasia dirinya sendiri dan kehormatan rumahtangganya, sehingga hal-hal yang sepatutnya dirahasiakan seperti hubungan intim dengan istrinya  jadi diketahui orang banyak.
Begitulah syetan menghiasi judi dan minuman keras, supaya manusia tertarik mengerjakannya. Setelah mereka mengerjakannya, maka mereka dijerumuskan ke jurang kehinaan dan kemelaratan. Dan ketika itulah syetan gembira dan tertawa, karena dia telah dapat mengalahkan manusia dengan tipuan jahatnya.

3.      Tentang Zina
Begitupula syetan telah memperdayakan manusia dalam perzinaan. Digambarkannya, bahwa zina itu enak,ringan. Sedang nikah yang syah digambarkannya buruk dan penuh beban resiko, sehingga banyak orang yang memilih zina daripada nikah. Dibisikannya, bahwa zina itu bebas dan merdeka, sedang nikah itu terikat dan terbatas. Pendeknya,bercampur dengan perempuan dari jalan yang haram itu lebih nikmat daripada dengan istri yang syah. Karena dengan perempuan yang haram itu dapat dirasakan bermacam-macam gaya dan kesenangan, apalagi jika berganti-ganti pasangan. Sedang berhubungan dengan istri yang syah hanya didapati satu kesenangan saja. Demikianlah digambarkan oleh syetan kepada manusia agar mereka lebih gemar dan suka berzina.

            Terkait masalah zina, seorang filsuf mengatakan, semua perempuan itu sama rasanya, karena yang namanya nikmat dan lezat hubungan intim datangnya dari pihak laki-laki itu sendiri. Sebab walaupun disediakan beberapa orang perempuan, kalau kelamin si laki-lakinya lemah atau nafsu syahwatnya tidak bergelora, maka nikmat lezat itu tidak akan dirasakannya sama sekali. Nikmatnya bercampur dengan perempuan itu hanya didapati oleh orang yang sehat betul jasmaninya,dan tenang hatinya.
            Sama halnya dengan lezat nikmatnya makan, walaupun dihidangkan berbagai macam makanan yang lezat, tetapi kalau orang yang disediakannya itu sedang sakit sariawan mulut atau lidahnya akibat sakit panas, atau pikirannya terganggu dengan masalah berat sehingga depresi, maka segala makanan yang lezat itu tidak akan dirasakan nikmatnya.

            Kesimpulan dari pembahasan ini, bahwasanya hanya orang yang imannya kuat, tak akan menukar keimanannya dengan bentuk kenikmatan sesaat. Karena keimanan yang tertanam didalam diri lebih berharga ketimbang segudang harta, makanan atau minuman yang lezat. Ia sadar bahwa sedetik saja lengah lalu menuruti kemauan syetan, maka habis sudah amalan-amalan baik yang ia usahakan selama hidupnya. Na’uudzubillah! Semoga kita terjaga dan terhindar dari segala bentuk godaan dan tipu daya syetan.***

Kematian

Tentang Kematian

Alkisah di sudut Kota Madinah, terjadi sebuah percakapan antara Sulaeman bin Abdul Malik, seorang penguasa di zaman Bani Umayah, dengan Abu Hazim. Kedua orang tersebut bercakap-cakap tentang kematian.
            “Ya Abu Hazim, apa sebabnya saya ini merasa takut akan datangnya kematian?” Kata Sulaeman bin Abdul Malik.
            “Karena anda merusak akherat dan hanya membangun dunia. Itulah yang menyebabkan anda takut mati. Enggan meninggalkan alam dunia yang sudah begitu indahnya anda bangun, untuk pindah ke tempat yang baru yang masih dalam keadaan rusak,” jawab Abu Hazim.
            “Tolong jelaskan, bagaimana keadaan orang yang pergi menghadap Allah itu ya Abu Hazim?”
            “Jika orang itu shaleh, perginya menghadap Allah bagaikan musafir yang kembali kekeluarganya. Jika orang itu berdosa, ibarat seorang babu yang kabur dari majikannya dan dipaksa agar pulang kembali menemui tuannya.”
Dalam kitab Durratun Nasihin dikisahkan, tatkala malaikat malakal maut Izrail hendak mencabut roh manusia, pertama kali ia mendatanginya lewat mulut si mu’in. Namun tiba-tiba tidak jadi, kenapa? Karena mulut si mu’min selalu digunakan untuk berdzikir kepada Allah. Kemudian Izrail mencari jalan lain lewat tangannya, demikian juga, lewat tangannya tidak ada jalan untuk mencabut roh si mu’min, karena tangan itu suka digunakan untuk bershodaqoh, mengusap kepala anak yatim, menuilis ilmu agama, maka Izrail mencari jalan lain lewat kaki, namun sama halnya, lewat kaki tidak ada jalan, karena kaki si mu’min sering digunakan untuk berjalan melaksanakan shalat berjamaah di masjid, digunakan berjalan mendatangi majelis dzikir dan pengajian-pengajian. Lalu Izrail mencari jalan lewat telinganya, begitu juga tidak ada jalan, karena telinga si mu’min suka digunakan untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan dzikir. Kemudian Izrail mencari jalan lewat mata, sama halnya, tidak ada jalan, karena mata si mu’min suka dipergunakan untuk menelaah mushaf-mushaf dan membaca Al-Kitab. Maka akhirnya Izrail melaporkan kejadian itu kepada Allah SWT,”Ya Allah, sungguh tidak sanggup saya mencabut roh si mu’min itu dari jasadnya karena tidak ada jalan.” Allah SWT berfirman : “Tulis lah asmaKu ditelapak tanganmu, lalu perlihatkan lah kepada rohnya orang beriman itu!”
            Dengan menyebut asma Allah, ketika si mu’min itu dicabut rohnya dari jasadnya oleh malaikat Izrail,sungguh ia tidak merasakan sakit. “Ruh orang beriman ketika keluar dari jasadnya bagaikan rambut di cabut dari tepung,” demikian kata Nabi SAW.
Dalam riwayat lain dikisahkan, suatu hari Izrail mendekati Nabi Musa AS, lalu Musa AS bertanya,”Apakah engkau dating untuk mengunjungiku atau untuk mencabut nyawaku?”
            Izrail menjawab,”Aku dating untuk mengambil nyawamu.”
            Musa kembali bertanya,”Bisakah engkau beri kesempatan padaku untuk melakukan perpisahan dengan anak-anakku?” Izrail menjawab,”Tidak ada kesempatan untuk itu.”
            Lalu Musa AS bersujud kepada Allah memohon agar Allah memerintahkan Izrail memberikan kesempatan kepadanya untuk menyampaikan kata-kata dengan anak-anaknya. Allah SWT berfirman: “Wahai Izrail, berikan kesempatan pada Musa!”
            Setelah diberinya kesempatan, lalu Musa AS mendatangi ibunya seraya berkata:” Wahai ibu,sebentar lagi saya akan melakukan safar.” Lalu ibunya bertanya,”Wahai anakku,apakah safar itu?” Musa menjawab,”Perjalanan ke akherat.”
            Tiba-tiba ibunya menangis.
            Lalu Musa AS mendatangi istrinya untuk menyampaikan salam perpisahan. Anak-anaknya mendekat kepangkuan Musa AS dan menangis. Musa AS sungguh terharu, ia pun menangis. Allah bertanya kepada Musa AS,”Hai Musa, kamu akan dating menemuiku, untuk apa tangisan dan rintihan itu?” Musa menjawab.”Hatiku mencemaskan anak-anakku.” Allah kemudian berfirman,”Wahai Musa, relakan hatimu untuk meninggalkan mereka, biarkan Aku yang menjaga mereka. Biarkan Aku mengurus mereka dengan kecintaanKu.”
            Barulah hati Musa AS tenang. Lalu Musa AS bertanya kepada Izrail,”Silahkan dari arah mana engkau akan mencabut nyawaku?” Izrail menjawab,”Dari mulutmu wahai Musa.” Musa berkata,”Apakah engkau rela akan mencabut rohku lewat mulutku yang biasa berdzikir bermunajat kepada Allah?” Izrail menjawab,”Kalau begitu lewat tanganmu saja.” Musa kembali bertanya,”Apakah engkau mau mengambil nyawaku lewat tangan yang pernah dipakai untuk membawa lembaran-lembaran Taurot?” Izrail menjawab,”Kalau begitu aku akan mencabut rohmu lewat kakimu.” Musa bertanya lagi,”Apakah engkau mau mengambil nyawa dari kakiku yang pernah berjalan ke bukit Thur untuk bermunajat kepada Allah?” Namun kemudian Izrail memberikan jeruk yang harum untuk dihirup Musa As, seketika itu Musa AS menghembuskan nafasnya yang terakhir.
            Para malaikat bertanya kepada Musa AS,”Ya ahwanal anbiya kaifa wajadtalmaut?(Wahai Nabi yang paling ringan matinya, bagaimana rasanya kematian itu)?” Musa berkata,”Kasy syatin tuslakhu wahiya hayyatan(Seperti kambing yang dikuliti hidup-hidup).”

            Lebih dari ribuan tahun yang lalu, ditengah-tengah syahara, pada hari asyura, Imam Husain AS berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Kematian adalah jembatan penyebrangan dari keburukan dan kesengsaraan ke surge yang luas, kenikmatan abadi. Maka siapakah diantara kalian yang tidak mau berpindah dari penjara ke istana?(Itulah kematian bagi orang yang beriman). Sedangkan bagi orang yang tidak beriman (kafir), kematian adalah perpindahan dari istana ke penjara,dan azab. Kata Imam Husain AS, sesungguhnya ayahku berkata, dari Rasulullah SAW bahwa dunia itu penjara bagi orang mu’min dan surga bagi orang-orang kafir.”
            Sebagian ulama mengatakan bahwa kematian adalah misteri. Hanya Allah SWT yang tahu kapan seseorang itu akan mati, apakah ia di ambil sewaktu masih bayi,muda, dewasa, ataukah dalam usia lanjut? Kematian merupakan jembatan perantara dari kehidupan dunia menuju kehidupan akherat.
            Kematian pasti dating kepada siapapun. Tak mengenl jenis kelamin,kecantikan rupa, juga kekayaan. Jika Allah sudah menghendaki, orang tak akan bisa berkelit lagi. Kenyataannya, banyak orang takut menghadapi kematian. Penyebabnya bukan karena takut menghadapi Allah, tapi karena kurangnya perbekalan yang hendak dibawa. Lain lagi kalau seseorang sudah merasa mempunyai bekal yang cukup untuk bertemu Allah, ia akan merasa gembira dan menunggu-nunggu kedatangannya. Subhanallah!***

Ikhlas


IKHLAS



Dalam kitab Mukhtasar Ihya’, Syekh Syarafudin Yunus menerangkan, bahwasanya siapa yang tulus ikhlas dalam beramal, meskipun tidak niat, maka akan terbukti berkah dari amalan tersebut, bagi dirinya dan keturunannya hingga hari kiamat.
            Diriwayatkan, ketika Nabi Adam AS diturunkan ke bumi, maka berduyun-duyunlah semua bianatang hutan datang menemuinya untuk memberikan salam. Kemudian Adam AS mendo’akan tiap-tiap jenis binatang menurut apa yang layak baginya. Maka datanglah sekelompok rusa (kijang) seraya dido’akan dan di usap punggungnya. Tiba-tiba tubuh rusa itu mengeluarkan misik (harum kasturi).
            Dilain waktu rusa yang lainnya bertanya,”Darimana kamu mendapatkan itu?”
            Maka dijawab, “Kami menemui kekasih Allah,Adam AS, lalu beliau mendo’akan dan mengusap punggung kami.”
            Mendengar jawaban itu rusa yang belum sempat sowan silaturahmi kepada Adam AS suatu hari datang menemui Adam AS. Mereka disambut,kemudian Adam AS mendo’akan dan mengusap punggungnya, akan tetapi tidak keluar harum kasturi dari tubuh rusa-rusa itu. Esoknya rusa itu berkata pada temannya,”Kami telah berbuat seperti kamu, tetapi tidak mendaptkan apa-apa sebagaimana yang terjadi padamu.” Maka dijawab,”Kamu beramal karena untuk mendapatkan apa yang telah di dapat oleh kami. Sedangkan kami saat itu beramal benar-benar tulus ikhlas karena Allah,hanya mengharap ridlo Allah hingga akhirnya mendapat berkah dari keikhlasan amal tersebut.”

            Ma’asyirol muslimin, hikmah yang dapat kita petik dari riwayat tersebut, bahwasanya Allah SWT tidak akan menerima amal yang dilaksanakan tanpa keikhlasan. Maka dari itu, semoga Allah memberi kita rizki keikhlasan, dan menjadikan kita termasuk dari golongan orang-orang yang senantiasa tulus ikhlas dalam beramal.

Assalamu'alaikum wr wb

Dengan ini Kami sampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Muhammad Nasim yang telah memberikan pengetahuan tentang Aplikasi Komputer. Yang tadinya belum tahu, sekarang menjadi tahu. Misal dari kapasitas dan nama pc dari ukurannya.

Sehingga bermanfaat bagi kami dalam mengoperasikan komputer dan membedakan beberapa aplikasi yang ada, bimbingan dan kesabarannya kami ucapkan banyak terima kasih serta minta maaf jika ada kesalahan yang tidak disengaja maupun khilaf.

Wassalamu'alaikum wr wb


Hormat Saya,



Nailal Izzah

SUBJEK PENDIDIKAN HAKIKI Q.S AN-NAJM : 5-6 "MALAIKAT SEBAGAI PENDIDIK"


"MALAIKAT SEBAGAI PENDIDIK"
(Q.S AN-NAJM : 5-6)
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kita sebagai umat beragama, Islam, tentunya mempunyai pedoman hidup sesuai perintah Allah SWT yaitu Al-Qur’an. Dalam pedoman tersebut terdapat aturan-aturan yang harus kita laksanakan dan larangan-larangan yang harus kita tinggalkan. Al-qur’an adalah sumber hukum islam yang pertama bagi umat muslim. Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia di dalamnya menyimpan berbagai mutiara yang mahal harganya yang jika dianalisis secara mendalam sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Diantara mutiara tersebut adalah beberapa konsep pendidikan yang terkandung dalam Al-Quran, diantara konsep tersebut adalah konsep awal pendidikan, kewajiban belajar, tujuan pendidikan dan subjek pendidikan.
Proses pendidikan dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari peran pendidik dan peserta didik itu sendiri. Berhasil atau gagalnya pendidikan diantaranya ditentukan oleh kedua komponen tersebut. Mulai dari kemapanan ilmu pengetahuan pendidik, sampai kemampuan pendidik dalam menguasai objek pendidikan, berbagai syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, motivasi belajar peserta didik, kepribadian anak didik dan tentu saja pengetahuan awal yang dikuasai oleh peserta didik. Agar hasil yang direncanakan tercapai semaksimal mungkin. Disinilah pentingnya pengetahuan tentang subjek pendidikan. Kehidupan kita tidak terlepas dari pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi kita umat Islam. Sebagai seorang calon pendidik, tentunya kita diharapkan menjadi seorang pendidik yang profesional. Dalam Al –Qur’an telah dijelaskan bagaimana menjadi guru yang baik dan profeional. Dengan demikian kita akan dapat bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran islam. Selain kita mendapatkan rizqi kita juga akan mendapatkan berkah dan ridhonya dari Allah SWT. Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih detail tentang subjek pendidikan menurut Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Malaikat
Malaikat adalah makhluk halus yang besifat cahaya, yang dapat menampakkan diri dengan berbagai bentuk yang berbeda-beda, tetapi tidak diberi sifat laki-laki atau perempuan. Tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah SWT. tidak ada satu tempat pun dilangit dan dibumi ini yang tidak terisi oleh malaikat.[1]
Malaikat bukanlah jasad yang dapat kita lihat. Karena itu, segala sesuatu yang berlaku pada jasad fisik seperti lahir, hidup, dan mati tdak berlaku bagi malaikat. Mereka adalah makhluk khas ciptaan Allah dan mempunyai berbagai sifat yang berbeda dari segenap makhluk lainnya.[[2]2]
2.     Tugas malaikat
Malaikat mempunyai bermacam-macam tugas, mereka tidak memiliki syahwat yang dapat memperdayakan dirinya untuk tidak mengingat Allah SWT:
يُسَبِّحُونَ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ
Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang. (Al 'Anbiya'[21]:20)
Diantara tugas para malaikat adalah mengatur segala urusan, menyampaikan wahyu kepada para nabi dan hamba Allah yang dikehendaki-Nya, mendoakan kaum mukmin dan memohonkan ampun,membaca shalawat bagi Nabi Muhammmad S.A.W., mencatan amal pebuatan manusia, mencabut nyawa manusia,meniup sengkakala, menjaga neraka dan menyiksa penghuninya, menjaga surga dan memberi salam penghuninya, dan lain-lain.
Malaikat memiliki bentuk tersendiri dialam gaib yang mampu berubah jika mereka turun kebumi untuk menjalankan suatu tugas. Jadi, tidak ada seorang pun mengetahui bentuk asli malaikat yang diciptakan oleh Allah, kecuali jika ia adalah pemimpin para Nabi dan penutup para Rasul-Nya,serta menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Rasulullah SAW pernah dua kali melihat bentuk asli malaikat jibril: ketika beliau pertama kali menerima risalah islam dan ketika berada di Sidrah al- Muntaha dalam peristiwa Isra’-Mi’raj.
Adapun malaikat sebagai pendidik adalah malaikat Jibril, malaikat jibril adalah Ruh al- Amin, utusan Allah kepada rasul-rasul-Nya dan pemuka para malaikat. Jibril juga termasuk tentara Allah dan hamba-Nya, yang hanya bertindak serta turun kebumi atas perintah-Nya.
Subjek pendidikan sangat berpengaruh pada keberhasilan atau gagalnya suatu  pendidikan. Subjek pendidikan atau seorang pendidik adalah orang yang bertanggung jawab memberikan suatu pengejaran atau pendidikan sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami oleh peserta didik atau objek pendidikan. Subjek pendidikan yang dipahami oleh kebanyakan para ahli yaitu orang tua, guru-guru di sekolah (dalam lingkup Formal) maupun dalam lingkaran informal atau masyarakat. Pendidikan pertama yang kita ketahui selama ini adalah lingkungan keluarga (orang tua), yang biasanya dipelajari dalam psikologi pendidikan.  Namun harus kita ketahui sebagai umat Islam subjek pendidikan yang sebenarnya adalah Allah SWT dan yang kedua adalah Nabi Muhammad SAW.
Pada surat An-Najm ini ditegaskan klasifikasi seorang pendidik atau siapa saja yang berkompeten menjadi subjek pendidikan yakni seperti yang tersurah dalam ayat ini  adalah seperti halnya malaikat Jibril yang mana beliau gambarkan sebagai berikut:
a.       Sangat kuat, maksudnya memiliki fisik dan psikis yang matang dan mampu memecahkan masalah.
b.      Mempunyai akal yang cerdas, yakni seorang pendidik haruslah mempunyai akal yang mumpuni dalam bidangnya yakni berkompeten dalam mengajarkan apa yang diajarkannya sebagai seorang subjek pendidikan.
c.       Menampakkan dengan rupanya yang asli, yakni seorang subjek pendidikan hendaklah bersikap wajar yang tidak melebih-lebihkan segala sesuatu baik dari dirinya maupun apa yang dilakoninya dalam bidangnya.[3]
 
B.     Dalil Malaikat Sebagai Pendidik
QS. An-Najm Ayat 5-6
عَلَّمَهُ شَدِ يْدُ الْقُوَى (5) ذُو مِرَّةٍ فَا سْتَوَى (6)
Artinya:
“Ia diajarkan kepadanya oleh yang sangat kuat, pemilik potensi yang sangat hebat; lalu dia tampil sempurna.”
 
C.     Tafsir Surat An-Najm Ayat 5-6
1.      Tafsir Al-Mishbah
Kata (علمه) bukan berarti bahwa wahyu tersebut bersumber dari malaikat Jibril. Seorang yang mengajar tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Bukankah kita mengajar anak kita membaca, padahal sering kali bacaan yang diajarkan itu bukan karya kita. Menyampaikan atau menjelaskan sesuatu secara baik dan benar adalah salah satu bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan tugas menyampaikan secara baik dan benar kepada Nabi saw., dan itulah yang dimaksud dengan pengajaran disini.
            Kata ( ةمرّ) terambil dari kalimat (اَ مْرَرْ تُ الْحَبْلَ) yang berarti melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata (ذو مرة) digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan seseorang. Al-Biqa’i memahaminya dalam arti ketegasan dan kekuatan yang luar biasa untuk melaksanakan tugas ynag dibebankan kepadanya tanpa sedikitpun mengarah kepada tugas selainnya disertai dengan keikhlasan penuh. Ada juga ynag memahminya dalam arti kekuatan fisik, akal, dan nalar.
            Ada lagi ulama yang memahami ayat ini sebagai berbicara tentang Nabi Muhammad saw., yakni Nabi agung itu adalah seorang tokoh yang kuat kepribadiannya serta matang pikiran dan akalnya lagi sangat tegas dalam membela agama Allah.[4]
2.      Tafsir Al-Azhar
“Yang memberinya ajaran ialah yang sangat kuat.” (ayat 5)
Inilah jaminan selanjutnya tentang wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw., itu. Bahwasannya yang mengajarkan wahyu itu kepada beliau ialah makhluk yang sangat kuat. Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud dengan yang sangat kuat ialah Malaikat Jibril.
“Yang mempunyai keteguhan.” (pangkal ayat 6). Mujahid, al-Hasan dan Ibnu Zaid member arti: “Yang mempunyai keteguhan.” Ibnu Abbas member arti: “Yang mempunyai rupa yang elok.”  Qatadah member arti: “Ynag mempunyai bentuk badan yang tinggi bagus.” Ibnu Katsir ketika member arti berkata: “Tidak ada perbedaan dalam memberi arti yang dikemukakan itu.” Karena Malaikat Jibril itu memang bagus dipandang mata dan mempunyai kekuatan luar biasa. Lanjutan ayat ialah (فا ستو ى) artinya: “yang menampakkan diri yang asli.”
Menurut riwayat dari Ibnu Abi Haitam yang diterimanya dari Abdullah bin Mas’ud, bahwasannya Rosululloh saw. melihat rupanya yang asli itu dua kali. Kali yang pertama ialah ketika Rosul saw. meminta kepada Jibril supaya sudi memperlihatkan diri menurut rupanya yang asli. Permintaan itu dia kabulkan, lalu kelihatanlah dia dalam keasliannya itu memenuhi ufuk. Kali yang kedua ialah ketika ia memperlihatkan dalam keadaannya yang asli itu, ketika Jibril akan menemani beliau pergi Isra’ Mi’raj. Dalam pernyataan diri dari keasliannya itu, Nabi melihatnya dengan sayap yang sangat banyak, 600 (enam ratus) sayap.[5]
3.      Tafsir Al-Maragi
Nabi saw., tak pernah diajari oleh seorang manusia pun. Akan tetapi ia diajari oleh Jibril yang berkekuatan hebat. Sedang manusia itu diciptakan sebagai makhluk yang daif. Ia tidak mendapatkan ilmu kecuali sedikit saja. Di samping itu, Jibril adalah terpercaya perkataannya. Sebab, kecerdasan yang kuat merupakan syarat kepercayaan orang terhadap perkataan orang lain. Begitu pula ia terpercaya hafalan maupun amanatnya. Artinya dia tidak lupa dan tak mungkin merubah.
Jibril memiliki kekuatan-kekuatan pikiran dan kekuatan-kekuatan tubuh. Sebagaimana diriwayatkan bahwa ia pernah mencukil negeri kaum Lut dari laut Hitam yang waktu itu berada dibawah tanah. Lalu memanggulnya pada kedua sayapnya dan diangkatnya negeri itu ke langit, kemudian dibalikkan. Pernah pula ia berteriak terhadap Kaum Samud, sehingga mereka mati semua.
Jibril pernah menampakkan diri dalam rupa yang asli, sebagaimana Allah menciptakan dia dalam rupa tersebut, yaitu ketika Rosululloh saw. ingin melihatnya sedemikian rupa. Yakni bahwa Jibril itu menampakkan diri kepada Rosulullah saw. pada ufuk yang tertinggi, yaitu ufuk matahari.[6]
D.    Aspek Tarbawi
1.     Seorang pendidik harus cerdas dalam mengajar, kuat menghadapi anak didiknya, serta harus konsisten antara ucapan dan perbuatannya.
2.     Seorang pendidik dapat menjadi model dan teladan bagi murid-muridnya.
3.     Seorang guru bersikap sewajarnya tanpa ada sesuatu yang menyimpang.[7]
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pada surat An-Najm ini ditegaskan klasifikasi seorang pendidik atau siapa saja yang berkompeten menjadi subjek pendidikan yakni seperti yang tersurah dalam ayat ini  adalah seperti halnya malaikat Jibril yang mana beliau gambarkan sebagai berikut:
a.      Sangat kuat, maksudnya memiliki fisik dan psikis yang matang dan mampu memecahkan masalah.
b.     Mempunyai akal yang cerdas, yakni seorang pendidik haruslah mempunyai akal yang mumpuni dalam bidangnya yakni berkompeten dalam mengajarkan apa yang diajarkannya sebagai seorang subjek pendidikan.
c.      Menampakkan dengan rupanya yang asli, yakni seorang subjek pendidikan hendaklah bersikap wajar yang tidak melebih-lebihkan segala sesuatu baik dari dirinya maupun apa yang dilakoninya dalam bidangnya.
B.    Saran
               Demikian makalah ini kami buat. Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin             
DAFTAR PUSTAKA
Habub Zain bin Ibrahim bin Sumaith. 1998.  Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan Secara Terpadu. Bandung : Al-bayan
Bahjat Ahmad.  1998. Mengenal Allah. Bandung : Pustaka Hidayah
Hamka. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII. Jakarta: PT. Kipas Putih Aksara.
Izzan, Ahmad.  2012.  Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan.  Banten: PAM Press.
Shihab, M. Quraish. 2003. Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, Muhammad Quraish. Lentera Al-Qur’an: Kisah dan hikmah kehidupan. Bandung: Mizan Media Utama.

[1] Habub Zain bin Ibrahim bin Sumaith,  Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan Secara Terpadu (Bandung: Al-bayan, 1998) hlm. 115
[2] Ahmad Bahjat, Mengenal Allah (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998) hlm. 71
[3] Ahmad Izzan, Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan, (Banten: PAM Press, 2012), hlm. 203
[4] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), hlm. 410-411
[5] Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII, (Jakarta: PT. Kipas Putih Aksara), hlm. 93
[6] Bahrun Abubakar, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1989), hlm 79-81
[7] Muhammad Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an: Kisah dan hikmah kehidupan (Bandung: Mizan Media Utama,2013),hlm 87
 

SUBJEK PENDIDIKAN HAKIKI (Q.S AL-BAQARAH : 31) "ALLAH MENGAJAR NABI ADAM"


ALLAH MENGAJAR NABI ADAM
(Q.S AL-BAQARAH : 31)
 
BAB 1
PENDAHULUN
A.    Latar Belakang Masalah
Allah swt. telah mengajarkan kepada manusia dengan beragam karakter yang unik disitulah titik tanda awal pendidikan. Dalam sejarah, pendidikan telah di lakukan oleh manusia pertama di muka bumi, yaitu sejak Nabi Adam as. Bahkan didalam Al-qur’an dinyatakan bahwa proses pendidikan ini muncul karena adanya motivasi pada diri Adam serta kehendak Allah swt. Sebagai pendidik langsung Adam dengan mengajarkan beberapa nama. Pada kesempatan ini pemakalah berusaha mengungkapkan bahwa manusia didunia ini memang benar membutuhkan pendidikan. Karena tanpa pendidikan hidup manusia akan tidak teratur bahkan bisa merusak sistem kehidupan didunia. Hal ini terbukti dengan pendidikan Nabi Adam as. Yang diterima langsung dari Allah swt.
B.    Rumusan Masalah
1.    jelaskan terbentuknya nabi adam?
2.  Tuliskan Q.S Al-Baqarah : 31 beserta artinya?
3.    Jelaskan Q.S Al-Baqarah : 31 yang terdapat di berbagai Tafsir?
4.  Sebutkan Aplikasi dalam Kehidupan dan Aspek Tarbawinya?
C.    Tujuan Penulisan
1. untuk mengetahui terbentuknya nabi adam a.s
2. untuk mengetahui Q.S Al-Baqarah ayat 31 dan artinya.
3. untuk mengetahi tafsir dalam Al-Qur’an surat Al- baqarah ayat 31.
4.untuk mengetahui aplikasi dalam kehidupan aspek tarbawi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Terciptanya Nabi Adam A.S.
Sesudah langit dan bumi, malaikat dan jin atau iblis diciptakan. Maka Allah hendak menciptakan makhluk yang akan diperintah untuk mengelola bumi. Hal itu diutarakan kepada para malaikat. “Aku akan menciptakan manusia untuk menjadi pengaturdibumi.”
             Para malaikat mengira lalai dalam menjalankan tugasnya maka mereka berkata, “Mengapa Tuhan menciptakan manusia ? Bukankah mereka hanya akan berbuat kerusakan di atas bumi. Mereka akan saling bermusuhan dan berbunuhan. Sedangkan kami para malaikat senantiasa patuh dan mengagungkan nama-Mu ?”
Untuk melenyapkan kekhawatiran para malaikat itu, Allah kemudian berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
           Para malaikat bungkam mendengar penegasan Allah itu. Bukankah Allah maha mengetahui segala sesuatu? Demikianlah Allah kemudian menciptakan Adam dari tanah liat dan lumpur hitam. Setelah terbentuk kemudian dimasukkan roh ke dalamnya. Adam pun kemudian hidup. Bisa berdiri tegak.
Allah kemudian memerintahkan para malaikat untuk bersujud atau menghormat kepada Adam. Para Malaikat pun bersujud sebagai pernyataan hormat dan ucapan selamat atas terciptanya Adam. Hanya Iblis yang tidak mau bersujud. Ia membangkang perintah Allah.
           “Apakah yang membuat engkau tidak mau bersujud kepada Adam?”
“Saya lebih baik dari Adam. Engkau ciptakan saya dari api sedang Adam hanya dari segumpal tanah.” kata Iblis menyombongkan diri. Yang berpendapat api lebih baik daripada tanah adalah Iblis sendiri. Padahal hanya Tuhanlah yang Maha Tahu siapa yang lebihmulia.
           Allah murka mendengar jawaban Iblis, “Hai Iblis keluarlah engkau dari sorga. Sungguh tidak patut kau tinggal di sini lagi dan terkutuklah engkau selama-lamanya!”
Iblis berkata, “Wahai Tuhan! Engkau kutuk dan Engkau usir aku dari sorga karena Adam. Saya rela. Tapi kabulkanlah permohonan saya untuk hidup lama hingga hari kiamatnanti.”
           Permohonan Iblis dikabulkan. Ia akan dibiarkan hidup sampai hari kiamat tiba. Iblis kemudian bersumpah, “Ya, Tuhan karena Engkau telah menghukum saya sebagai yang tersesat, maka saya akan menghalang-halangi Adam dan keturunannya dari jalan-Mu yang lurus. Saya akan mendatangi mereka dari muka dan belakang dari kiri dan dari kanan!”
            Itulah sumpah Iblis. Ia bertekad akan menyesatkan Adam dan keturunannya agar mereka menjauhi perintah Tuhan berbuat kekacauan di muka bumi, sating bermusuhan dan berbunuhan satu sama lain.
  1. TEORI Q.S AL-BAQARAH,2: 31
         Salah satu yang membedakan manusia dari hewan adalah kepandaiannya dalam berbicara karena Allah swt. Yang telah menganugerahi kepandaian tersebut sehingga manusia mampu mengenal, mengingat, dan mengucapkannya. Manusia juga menciptakan kata-kata yang memiliki makna, tidak seperti makhluk lain. Hal ini di jelaskan dalam firmanNya : “Yang Maha Pemurah yang telah mengajarkan Al-qur’an, Dia menciptakan manusia dan mengajarkannya pandai bicara” (QS. Ar Rahman : 1-4).[1][1]
            Dalil allah mengajar nabi adam:                                                                                             
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
             Artinya:
             Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian    mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (Qs,AL-Baqarah,2:31)
  1.   Kandungan Q.S AL-BAQARAH,2:31
ayat ini Allah swt. Menunjukkan suatu keistimewaan yang telah di karuniakan-Nya kepada Adam as. Yang tidak pernah dikaruniakan kepada makhluk lain, yaitu ilmu dan pengetahuan dan kekuatan akal atau daya pikir yang memungkinkannya untuk mempelajari sesuatu dengan sedalam-dalamnya, sehingga Adam as. Beserta keturunannya lebih patut untuk dijadikan “Khalifah” dibanding makhluk lainnya. Allah swt. Mengajarkan pada Nabi Adam as. Berupa nama-nama dan sifat-sifat dari semua benda yang Malaikat pun tidak bisa menjawab pertanyaan yang Allah swt. Berikan, hal ini untuk memperlihatkan keterbatasan ilmu pengetahuan para malaikat itu dan agar mereka mengetahui bahwa Allah swt. Maha mengetahui dari apa yang mereka (malaikat) tidak tahu.[2][2]
D .    TAFSIR AYAT BERDASARKAN KITAB TAFSIR
1.     Tafsir Al-Misbah
Dia yakni Allah swt. Mengajar Adam nama-nama benda seluruhnya, yakni memberinya potensi pengetahuan tentang nama-nama atau kata-kata yang digunakan menunjuk benda-benda, atau mengajarkannya mengenal fungsi benda-benda. Ayat ini menginformasikan bahwa manusia di anugrahi oleh Allah potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda, misalnya fungsi api, fungsi angin, dsb. Dia juga di anugrahi potensi untuk berbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada manusia (anak kecil) bukandimulai dengan kata kerja, tetapi mengajarnya terlebih dahulu nama-nama. Ini Papa ini Mama, itu pena itu buku, dsb. Itulah makna yang dipahami oleh para ulama dari firmanNya : “Dia mengajar Adam nama-nama (benda) seluruhnya”.
 Setelah pengajaran Allah dicerna oleh Adam as, sebagaimana dipahami dari kata kemudian, Allah mengemukakannya benda-benda itu kepada para Malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu, jika kamu benar , dalam dugaan kamu bahwa kalian lebih wajar menjadi khalifah. Sebenarnya perintah ini bukan bertujuan penugasan menjawab, tetapi bertujuan membuktikan kekeliruan mereka. Para Malaikat pun menjawab sambil menyebut menyucikan Allah swt. “Maha suci Engkau, Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Maksud mereka (Malaikat) apa yang Engkau tanyakan itu tidak pernah diajarkan kepada kami. Engkau tidak ajarkan kepada kami itu bukan karena Engkau tidak tahu, tetapi karena ada hikmah dibalik itu. Itulah yang menjadikan manusia istimewa karena kemampuannya yang diberi Allah kepadanya berupa kemampuan mengekspresikan apa yang terlintas dibenaknya, serta kemampuannya menangkap bahasa sehingga ini mengantarnya kepada “Pengetahuan”. Di sisi lain, kemampuan manusia merumuskan ide dan memberi nama bagi segala sesuatu merupakan langkah menuju terciptanya manusia berpengetahuan dan lahirnya ilmu pengetahuan.[3][3]
2.     Tafsir Al-azhar
Sebelum kita bahas mengenai makna pada ayat 31 ini sebelumnya telah turun ayat berturut-turut yaitu 28 dan 29 yang Allah terangkan pada Firman-Nya adalah yang makna intinya sebagai berikut : “Bagaimana kamu kufur terhadap nikmat Allah”?, padahal seluruh isi bumi telah disediakan untukmu, lalu turunlah ayat khalifah : “Dan (ingatlah) tatkala Tuhan yang engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan dibumu seorang khalifah” (pangkal ayat 30). Lalu “Mereka berkata : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau? Dia Berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui !” (ujung ayat 30). Disitu para malaikat meminta penjelasan dan Allah menyatakan maksud-Nya bahwa Allah swt. Tidak membantah pendapat dari Malaikat-Nya, namun Allah menjelaskan bahwasannya pendapat dan ilmu mereka tidaklah seluas dan sejauh pengetahuan Allah.
Bukanlah Tuhan memungkiri bahwa kerusakanpun akan timbul dan darahpun akan tertumpah tetapi ada maksud lain yang lebih jauh dari itu, sehingga kerusakan hanyalah sebagai pelengkap saja dan pembangunan dan pertumpahan darah hanyalah satu tingkat perjalanan hidup saja di dalam menuju kesempurnaan. Demikian sedikit penjelasan mengenai pertanyaan Malaikat. Kemudian di turunkan lanjutan ayat yaitu Allah menciptakan khalifah dan khalifah itu ialah Adam. “Dan telah diajarkanNya kepada Adam nama-namanya semuanya” (pangkal ayat 31). Artinya diberilah oleh Allah kepada Adam itu semua ilmu. “kemudian Dia kemukakan semuanya kepada Malaikat. Lalu Dia berfirman : Beritakanlah kepadaKu nama-nama itu semua, jika adalah kamu makhluk-makhluk yang benar.” (ujung ayat 31). Sesudah Adam dijadikan, kepadanya telah diajarkan oleh Tuhan nama-nama yang dapat dicapai oleh kekuatan manusia, baik dengan pancraindra maupun dengan akal semata-mata, semuanya diajarkan kepadanya. Kemudian Tuhan panggillah Malaikat-malaikat itu dan  Tuhan tanyakan adakah mereka tahu nama-nama itu ? Jika benar pendapat mereka selama ini bahwa jika khalifah itu penyebab terjadinya kerusakan dan pertumpahan darah, sekarang cobalah jawab pertanyaan Tuhan : Dapatkah mereka menunjukan nama-nama itu ? maka turunlah ayat 32 “Mereka menjawab : Maha Suci Engkau! Tidak ada pengetahuan bagi kami, kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Karena sesungguhnya Engkaulah yang Maha Tahu, lagi Maha Bijaksana.” (ayat 32).[4][4]
3 . Tafsir Al-Maraghi
Yang dimaksud dengan al-asma’ adalah nama-nama allah, yakni nama-nama yang telah kita ketahui dan kita Imani wujud-wujudnya.pengertian ini di dasarkan pada pengertian ayat-ayat.AL-Asma di sini berarti nama-nama benda.senagaja digunakan istilah al-asma karena hubungannya sangat kuat.antara yang menanamkan dan yang damai,di samping cepat dipaham.sebab bagaimanapun ilmu yang hakiki itu ialah pemahaman terhadap pengetahuan.kemudian mengenai Bahasa yang digunakan,tentunya berbeda-beda menurut peradaban Bahasa yang tunduk terhadap peraturan itu sendiri.allah swt.telah mengajari nadi adam berbagai nama makhluk yang telah diciptakan-Nya.kemudian allah memberinya ilham untuk-untuk mengetahui eksitensi nama-nama tersebut. Juga keistimewaan-keistimewaan,ciri-ciri khas dan istilah-istilah yang dipakai. Di dalam memberikan ilmu ini,tidak ada bedanya antara diberika ilmu ini, tidak ada bedanya antara diberikan sekaligus dengan diberikannya secara bertahap. Hal ini karena allah maha kuasa untuk berbuat segalanya. Sekalipun istilah yang digunakan dalam Al-Qur’an adalah ‘’ALLma (pengertiannya adalah memberikan ilmu secara bertahab), seperti firman allah yang artinya: dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui ( An-Nisa :4113)
 
Pelajaran yang dapat dipetik dari surat al-baqarah ayat  31 :
1.   Allah swt. Adalah Pencipta manusia yang ditugasi-Nya menjadi khalifah, yakni mengelola bumi sesuai dengan tuntunan-Nya. Pengelolaan dimaksud, antara lain adalah memelihara dan mengembangkannya sesuai dengan penciptaan masing-masing.
2. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kelebihan karena ilmu yang dianugerahkan Allah swt. Kepadanya tanpa mengembangkan potensi pengetahuan, maka seseorang tidak wajar memperoleh kedudukan terhormat sebagai manusia.
3.  Yang bertugas memiliki tanggung jawab harus memahami tugas yang diembannya serta mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan tugas itu. Allah swt. Menyampaikan rencana-Nya kepada malaikat agar malaikat yang bertugas menangani manusia dan penciptaan alam mengetahui tentang objek tugasnya, baik dalam hal pemeliharaan, pencatatan amal, kematian, dll. Demikian juga halnya dengan manusia yang diberikan potensi ilmu menyangkut segala sesuatu serta pengalaman manis berada di syurga dan pahit di gelincirkan setan agar menjadi bekal dalam melaksanakan tugas kekhalifahan dan mengelola bumi guna menciptakan bayang-bayangsyurga di pentas bumi serta menyadari dampak buruk mengikuti setan.
4.   Allah swt. Senang dan menghendaki agar hamba-hambaNya yang berdosa segera bertaubat.
5.  Manusia sangat memerlukan petunjuk Ilahi guna menghilangkan keresahan dan meraih kebahagiaan, sebagaimana dipahami dari penyesalan Nabi Adam as. Dan kegelisahannya yang tersingkap dengan adanya bantuan Ilahi.
6.  Islam tidak mengenal dosa waris, bukan saja karena Allah swt. Telah mengampuni Nabi Adam as. Atas kesalahannya, tetapi karena juga seseorang tidak boleh/dapat menanggung dosa yang dilakukan orang lain. Mengukuhkan dosa kepada orang lain adalah penganiayaan bagi yang tidak berdosa.[5]
B.    APLIKASI DALAM KEHIDUPAN
Pertama, membuat manusia sadar bahwa betapa tidak berarti dirinya dihadapan Allah swt. Sebab seluruh ilmu yang dimiliki manusia ibarat setitik air laut secara keseluruhan. Oleh karena itu manusia tidak ada alasan untuk sombong dan menjadikan ilmu menjadi penyebab kekufuran kedurhakaan kepada yang Maha Mengetahui segalanya. Seharusnya manusi menjadikan ilmu untuk alat ber-taqarub kepadaNya sebagaimana perilaku para ulil albab.
Kedua, dengan menyadari bahwa ilmu Allah swt. Sangat luas, tidak ada satupun - betapa pun kecil dan halusnya – yang luput dari ilmuNya maka manusia akan dapat mengontrol tingkah laku, ucapan amalan bathinnya sehingga selalu sesuai dengan yang diridlai Allah swt.
Ketiga, keyakinan terhadap ilmu Allah swt. Akan menjadi terapi yang ampuh untuk segala penyelewengan, penipuan dan kemaksiatan lainnya. Maka dalam pemahamannya adalah dengan mengaplikasikan sifat Allah swt. Tersebut dalam kehidupan nyata sehari-hari, berusaha melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya karena Allah Maha Melihat, Mendengar, memperhatikan segala apa yang kita lakukan dimana saja.
  1. ASPEK TARBAWI
1. Allah SWT mengajari kita kekuatan, dengan cara memberi kita kesulitan-kesulitan untuk membuat kita tegar.
2. Allah SWT mengajari kita kebijakan, dengan cara memberi kita berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana.
3. Allah SWT memberi kita kemakmuran, dengan cara memberi kita otak dan tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran.
4. Allah SWT mengajari kita keteguhan hati, dengan cara memberi bencana dan bahaya untuk diatasi.
5. Allah SWT mengajarkan kita cinta, dengan cara memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai.
6. Allah SWT mengajari kita kemurahan dan kebaikan hati, dengan cara memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih berganti.
7. Dan Allah SWT mengajari kita terhadap apa yang tidak kita ketahui. Akhirnya kita tahu, ternyata Allah menyelipkan ilmu dalam setiap benda ciptaan-Nya. Dan kita sebagai manusia sekaligus sebagai “peserta didik”-Nya diwajibkan untuk mengikuti kurikulum rancangan-Nya. Karna alam ini adalah universitas tanpa batas, universitas tanpa pagar sebagai grand-design yang amat sempurna.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Demikianlah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna, seimbang, beraturan, sistemik. Maka Allah lah yang paling tahu hakikat dan tujuan penciptaan-Nya, dan telah dikabarkan-Nya ciptaan Allah SWT. Itu kepada manusia. Manusia telah diperintahkan untuk bertafakur atas ciptaan-Nya, sehingga mampu memanfaatkannya. Dan agar manusia mampu mengenal pencipta-Nya, serta mengagungkan-Nya. Dengan ilmu-Nya Allah mengajarkan kepada hamba-Nya apa-apa yang telah diciptakan dengan proses terjadinya, sehingga manusia akan menjadi tahu dan berilmu. Setelah itu akan lahir cabang-cabang ilmu pengetahuan yang menyebar ke setiap penjuru dunia. Dengan ilmunya manusia diharapkan menemukan kebenaran dan menjadikannya sebagai landasan kehidupan.
B.    SARAN
Apa yang ada dalam makalah ini bukan semata pemikiran penulis, akan tetapi diambil dari berbagai referensi yang berkaitan dengan judul yang ditugaskan kepada kami, untuk itu marilah kita ambil hikmah dan manfaatnya.          
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Qayim Al-Jauzi, 2001 Tafsir Ayat Al-qur”an  Tafsir Tarbawi JakartaPT.RajaGrafindo Persada
M. Quraish  Shihab, 2000 Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-qur’an Ciputat Tangerang: Penerbit Lentera hati
Dr. Hamka, 1982 Tafsir Al-Azhar  Juz Jakarta: Pustaka Panjimas
M. Quraish  Shihab, Al-Lubab 2012 Makna,Tujuan, dan Pelajaran dari Surat-surat
Al-qur’an Ciputat Tangerang: Lentera Hati
Al-maraghi,A.M, 1985 tafsir al-maraghi jilid 1,semarang:toha putra


[1] [1] . Ibnu Qayim Al-Jauzi,  Tafsir Ayat Al-qur”an  (Tafsir Tarbawi), (jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2001) hlm.76
[2] [2]. Ibid hlm 78
[3] [3]  M. Quraish  Shihab, Tafsir Al-Misbah  (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-qur’an) , (Ciputat Tangerang: Penerbit Lentera hati, 2000) hlm. 145-147
[4][4] [4]  Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar  (Juz !), (jakarta: Pustaka Panjimas, 1982) hlm. 198-204

 
Nailal Izzah Blog Design by Ipietoon